65
5.3. Analisa Data
Menganalisa hasil perhitungan dariOveral Equipment Effectiveness OEE dan Six Big Losses, yang akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram seperti di
bawah ini.
5.3.1 Analisa DataOverall Equipment EffectivenessOEE
Analisa perhitungan Overall Equipment Effectiveness OEE dilakukan bertujuan untuk melihat tingkat keefektifan penggunaan Mesin Pengaduk KO-
Kneader pada Periode April 2015 – Maret 2016. Pengukuran OEE Mesin KO- Kneader ini berdasarkan faktor waktu, kecepatan serta kualitas pada saat
pengoperasian mesin. Adapun persentase yang dicapai dapat dilihat dari tabel dan diagram pada gambar berikut:
Tabel 5.14 : Persentase pencapaian mesin pengaduk KO-Kneader periode April 2015 – Maret 2016
Periode Availability
AV Performance
Efficiency Rate of Quality
Product Overall
Equipment Effectiveness
April 98,97
71,35 97,34
68,73 Mei
98,12 71,51
96,98 68,05
Juni 94,41
71,96 95,60
64,95 Juli
95,20 72,14
97,10 66,68
Agustus 89,25
74,50 95,94
63,79 September
93,44 75,61
95,34 67,35
Oktober 96,04
76,60 95,46
70,22 November
93,85 74,44
95,24 66,54
Desember 92,83
98,29 97,08
88,58 Januari
97,68 76,63
97,64 73,09
Februari 96,46
73,67 97,46
69,25 Maret
92,43 75,02
97,19 67,39
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Universitas Sumatera Utara
66
Gambar 5.12 : Grafik Perbandingan OEE Mesin Pengaduk KO-Kneaderperiode April 2015-Maret 2016 dengan Standar JIPM Japan Institute Of Plant
Maintenance Dari grafik pada gambar diatas dapat kita lihat bahwa pencapaian OEE
Mesin Pengaduk KO-Kneader selama periode April 2015 – Maret 2016rata-rata pencapaiannya masih dibawah standar JIPM Japan Institute Of Plant
Maintenance. Pencapaian tertinggi terdapat pada bulan Desember dimana angka OEEnya mencapai 99,07 mendekati sempurna, sementara pencapaian terendah
yaitu pada bulan Agustus yaitu hanya 88,58 . Penyebab dari rendahnya nilai tersebut adalah karena kurang pedulinya operator dengan kebutuhan maintenance
mesin tersebut, sehingga memaksakan mesin untuk terus-menerus bekerja demi mencapai target produksi harian, mingguan dan bulanan.
5.3.2 Analisis perhitungan OEE Six Big Losses
Dengan melakukan analisis perhitungan OEE Six Big Losses maka kita dapat melihat lebih jelas yang mempegaruhi efektivitas Mesin Pengaduk KO-
Kneader, maka akan dilakukan perhitungan Time Losses pada masing-masing faktor di dalam Six Big Losses tersebut seperti yang terlihat pada hasil perhitungan
di tabel berikut ini.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
OEE KO-Kneader Standar JIPM
P e
rs e
n ta
se
Periode 2015 - 2016
Overall Equipment Effectiveness OEE
Universitas Sumatera Utara
67
Tabel 5.15: Persentase Faktor Six Big LossesMesin Pengaduk KO-Kneader periode April 2015 – Maret 2016
No Six Big Losses
Total Time Losses jam
Persentase
1 IdlingMinor
Stoppages Losses 1050,66
43,06 2
YieldScrap losses 0,00
0,00 3
Reduce Speed Losses
766,40 31,41
4 Breakdown Losses
352,68 14,45
5 Setup and
Adjustment Losses 9,61
0,39 6
Rework Losses 260,88
10,69
Total 2440,22
100 Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari tabel 5.15 diatas dijelaskan bahwa persentase faktor terbesar dari Losses disebabkan oleh Idling and Minor Stoppages Losses yaitu sebesar 43,06
dengan total kehilangan waktu sebesar 1050,66 jam. Hal ini menerangkan bahwa mesin sering berhenti secara berulang ulang ataupun mesin harus berhenti
dikarenakan gangguan pada mesin yang lain seperti Pre HeaterShaking Machine bermasalah sehingga harus dilakukan pemberhentian produksi.
Gambar 5.13 : Diagram persentase Six Big Losses.
IdlingMinor Stoppages
Losses; 43,06
YieldScrap losses; 31,41
Reduce Speed Losses; 14,45
Breakdown Losses; 0,39
Setup and Adjustment
Losses; 10,69
Persentase Six Big Losses
Universitas Sumatera Utara
68
Tabel 5.16. Six Big Losses Target.
No Six Big Losses
Total Time Losses
jam Persentase
Target
1 Breakdown Losses
352,68 14,45
Zero 2
Setup and Adjustment Losses
9,61 0,39
Minimized 3
IdlingMinor Stoppages Losses
1050,66 43,06
Zero 4
Reduce Speed Losses
766,40 31,41
Zero 5
YieldScrap losses 0,00
Zero 6
Rework Losses 260,88
10,69 Minimized
Total 2440,22
100 Sumber: http:www.plant-maintenance.comarticlesRCMvTPM.shtml
Kegiatan dan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam TPM tidak hanya berfokus pada pencegahan terjadinya kerusakan pada mesinperalatan dan
meminimalkan downtime mesinperalatan. Akan tetapi banyak faktor yang dapat meyebabkan kerugian akibat rendahnya efisiensi mesinperalatan saja. Rendahnya
produktivitas mesinperalatan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan sering diakibatkan oleh penggunaan mesinperalatan yang tidak efektif dan efisien
terdapat enam faktor yang disebut enam kerugian besar six big losses. Menurut Gaspertz, efisiensi adalah ukuran yang menunjukkan bagaimana
sebaiknya sumber-sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Efisiensi merupakan karakteristik proses mengukur
performansi aktual dari sumber daya relatif terhadap standar yang ditetapkan. Sedangkan efektivitas merupakan karakteristik lain dari proses mengukur derajat
pencapaian output dari sistem produksi. Efektivitas diukur dari aktual output rasio terhadap output direncanakan.
Dalam era persaingan bebas saat ini pengukuran sistem produksi yang hanya mengacu pada kuantitas output semata akan dapat menyesatkan, karena
pengukuran ini tidak memperhatikan karakteristik utama dari proses yaitu : kapasitas, efisiensi dan efektivitas. Menggunakan mesinperalatan seefisien
mungkin artinya adalah memaksimalkan fungsi dari kinerja mesinperalatan
Universitas Sumatera Utara
69
produksi dengan tepat guna dan berdaya guna. Untuk dapat meningkatkan produktivitas mesinperalatan yang digunakan maka perlu dilakukan analisis
produktivitas dan efisiensi mesinperalatan pada six big losses. 5.4 Analisa diagram sebab akibat Fish Bone Diagram
Untuk mendapatkan penanganan masalah secepat mungkin, maka perlu dilakukannya analisa sebab akibat terhadap faktor – faktor yang mengakibatkan
masalah - masalah tersebut. Diagram sebab akibat ini sering juga disebut sebagai diagram tulang ikan Fish Bone Diagram.
Analisa ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung dilapangan, wawancara dengan operator, dan juga wawancara dengan shift engineer di pabrik
Anoda Karbon. Hasil wawancara tersebut, merupakan salah satu kemungkinan penyebab dari sulitnya pencapaian OEE yang diharapkan.
Dalam wawancara yang didapat maka diambil parameter – parameter yang mempengaruhi terjadinya kerugianLosses tersebut, yaitu : mesin, manusia,
metode, produksi.
Gambar 5.14 : Diagram Sebab Akibat Fish Bone Diagram.
Universitas Sumatera Utara
70
Dari diagram sebab akibat diatas menerangkan bahwa penyebab mesin mengalami kerugian atau losses oleh karena 4 kategori yaitu manusia, mesin,
metode dan produksi. Hal ini bisa terjadi karena disebabkan oleh :
1. Manusia
Setiap pekerjaan yang dilakukan sangat membutuhkan pengawasan, baikmemantau seberapa besar kemampuan karyawan dan etos kerja saat
bekerjadengan tujuan mengatur serta mengkoordinir berlangsungnya proses dengan baik.
Dari hasil pengamataan yang dilakukan, operator kurang peduli dengan kebutuhan maintenance mesin. Faktor ini disebabkan Bagian Produksi yang
mengharuskan tercapainyan target produksi yang tinggi dengan mengurangi atau menekan waktu pemeliharaan mesin.
Sementara faktor yang lain adalah kurang disiplinnya karyawan terhadap waktu jam kerja, masih banyak waktu yang terbuang ketika akan memulai
pekerjaan, hal ini juga dipengaruhi oleh sistem absensi yang masih menggunakan metode manual.
2. Mesin
Bilamana terjadi kerusakan pada mesin ini dan harus mengganti suku cadang, maka diganti dengan suku cadang yang tidak berdasarkan standar pabrik
pembuat mesin tersebut. Hal ini dikarenakan langkanya spartparts asli karena produsen mesin tidak memproduksi lagi.
Sementara faktor lain adalah adanya gangguan secara tiba – tiba. Bisa saja penyebabnya adalah arus listrik Kwh pada motor penggerak yang tidak stabil
sehingga mengakibatkan trip dan hunting yang bisa menyebabkan kelebihan arus yang dihasilkan ataupun kurang arus. Dikarenakan didalam sebuah pabrik tersebut
merupakan sebuah system yang memiliki keterikatan satu sama lain, maka kerusakan mesin pada mesin yang lain juga mengakibatkan pemberhentian mesin
pengaduk KO-Kneader ini. Hal ini akan menyebabkan Losses karena harus menunggu perbaikan mesin yang mengalami kerusakan tersebut.
3. Metode
Universitas Sumatera Utara
71
Dari label SOP Standart Operation Procedure ada, dan yang dilihat peneliti bahwa masih banyak penerapan maintenance yang kurang baik.
Penggantian komponen maupun jadwal pemeliharaan tidak semua dilakukan secara terjadwal atau preventif. Beberapa komponen utama bahkan diganti hanya
jika terjadi Breakdown Jika ini terus terjadi maka akan menyebabkan performa mesin menurun dan menyebabkan losses.
4. Produksi Target Produksi
Produksi menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan losses di mesin ini karena target pencapaian produksi yang tinggi membuat Bagian Produksi
mengurangi waktu pemeliharaan mesin, Hal ini tentu bertentangan dengan prinsip maintenance itu sendiri, karena jika maintenance dilakukan dengan metode dan
SOP Standart Operation Procedure yang tepat akan meningkatkan hasil produksi.
Target produksi yang tinggi ini juga membuat operator mesin sering melalaikan perawatan mesin dan hanya meementingkan target produksi yang
diberikan bagian produksi.
5.5 Usulan pemecahan masalah 5.5.1 Usulan penyelesaian masalah Six Big Losses
Tabel 5.17 Usulan penyelesaian masalah Six Big Losses.
No. Faktor-faktor
Usulan Penyelesaian 1.
Manusia
a. Disiplin waktu kerja
yang kurang. a.
Penggantian metode absensi konvensional ke metode absensi
fingerprint. b.
Ditanamkan komitmen kerja efisian bagi semua karyawan, terkhusus leader di tim
masing-masing departemen. c.
Penerapan dasar Total Productive MaintenanceTPM pada karyawan.
2. Mesin
a. Komponen mesin
tidak original. a.
Bekerjasama dengan kontraktor atau perusahaan yang bergerak dibidang
material yang profesional dalam
Universitas Sumatera Utara
72
b. Gangguan tiba-tiba
Breakdowns. membuat komponen mesin.
b. Perlu dipertimbangkan untuk melakukan
penggantian mesin baru, karena faktor usia mesin yang sudah tua dan juga
teknologi pengadukan pasta yang terbaru sudah banyak berkembang.
3. Metode
a. Jadwal Maintenance
tidak teratur. a.
Penerapan Preventive Maintenance yang benar dan terjadwal dengan baik.
b. Mulai melakukan penerapan Total
Productive Maintenance TPM.
4. Produksi Target Produksi
a. Fokus perusahaan
lebih ke Target Produksi.
a. Perlu dilakukan penyelarasan pemikiran
bahwasanya Mainteance yang baik akan menghasilkan produksi target produksi
yang baik juga. b.
Perlu dilakukan penyeimbangan waktu produksi dan waktu pemeliharaan mesin.
5.5.2 Penerapan Total Productive Maintenance TPM
Perbedaan Total Productive maintenance TPM dengan planned Maintenance PM yang utama adalah kegiatan pemeliharaan mandiri
autonomous maintenance dan kunci kesuksesan TPM juga tergantung pada kesuksesan program autonomous maintenance. Kegiatan autonomous
maintenance ini melibatkan seluruh karyawan mulai dari pimpinan sampai dengan operator. Dengan adanya kegiatan autonomous maintenance ini maka
setiap operator akan terlibat dalam perawatan dan penanganan setiap masalah yang terjadi pada mesin dibagian produksi anoda karbon.
Sistem pelaksanaan kegiatan maintenance yang diterapkan oleh PT. INALUM merupakan sistem pemeliharaan terencana mulai dari perencanaan
sampai dengan penggantian. Penanganan kerusakaan mesin yang terjadi pada Mesin Pengaduk KO-Kneader merupakan tanggung jawab pada bagian
departemen maintenance. Penerapan pemeliharaan mandiri dilakukan dengan tujuan agar pola pikir operator dimana selama ini operator hanya bisa
Universitas Sumatera Utara
73
menggunakan mesin tetapi tidak dapat memperbaiki. Hal ini harus diubah agar perawatan mesin di perusahaan dapat berjalan dengan baik dan kerusakan
dapat dicegah. Agar hal tersebut dapat tercapai maka dibutuhkan waktu dan usaha untuk melatih operator agar kemampuan dan keahlian yang dibutuhkan
untuk melaksanakan autonomous maintenance dapat ditingkatkan. Kegiatan pemeliharaan mandiri dapat dilakukan oleh operator sesuai dengan TPM
adalah: 1.
Meningkatkan efektivitas mesin dengan mengeliminasi faktor dominan dari Six Big Losses.
2. Meningkatkan pemahaman standar prosedur perbaikan mesin SOP
maintenance. 3.
Melakukan pelatihan secara rutin setiap tahun agar membangun keterampilan operator terhadap tugas-tugas yang ada seperti mengenali
gejala kerusakan mesin, mengetahui perbaikan sementara mesin, dan memahami permasalahan yang sering terjadi pada mesin.
Universitas Sumatera Utara
74
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil pengukuran Overall Equipment EffectivenessOEE pada Mesin Pengaduk KO-Kneader di PT. INALUM
Persero dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1.
Nilai efektivitas mesin dengan metode Overall Equipment Effectiveness OEE pada PT INALUM periode April 2015 – Maret 2016 masih kurang
dari 85. Nilai OEE terendah di periode Agustus 2015 yaitu 63,79 dan nilai tertinggi padaDesember 2015 sebesar 88,58. Faktor yang
mempengaruhi tingkat efektivitas mesin adalah Availability AV dengan persentase rata-rata April 2015 - Maret 2016 sebesar 94-95, Performance
EfficiencyPE dengan persentase rata-rata April 2015 - Maret 2016 sebesar 75-76, dan Rate of Quality ProductRQP dengan persentase rata-rata
April 2015 - Maret 2016 sebesar 96-97. 2.
Akar penyebab dari permasalahan pada Six Big Losses Mesin Pengaduk KO-Kneader terdapat pada faktor IdlingMinor Stoppages Lossessebesar
43,06 yang mencakup: Manusiaoperator, Mesin, Metode, dan Produksi target produksi.
3. Program pemeliharaan mandiri autonomous maintenance merupakan
kunci utama pelaksanaan TPM, dengan pelaksanaan autonomous maintenance efektivitas mesin dapat ditingkatkan karena total time loss
dapat berkurang.
Universitas Sumatera Utara
75
6.2 Saran
Beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan antara lain adalah :
1. Dilakukan pelatihan dasar-dasar Total Productive Maintenancekepada
karyawandi pabrik anoda karbon PT. INALUM Persero. 2.
Sebaiknya dilakukan analisa yang sama untuk semua mesin yang terdapat di pabrik anoda karbon, agar dapat dilakukan evaluasi secara menyeluruh.
3. Berdasarkan hasil dari penelitian yang diperoleh, peneliti menyarankan agar
Total Productive Maintenance TPM ini dapat diimplementasikan untuk kemudian diterapkan sebagai suatu pendekatan yang digunakan dalam
pemeliharaan mesin di PT. INALUM. .
Universitas Sumatera Utara
5
BAB II MESIN PENGADUK KO-KNEADER
2.1 Proses Produksi Aluminium.
Listrik yang dihasilkan melalui PLTA PT. INALUM Persero, yang terletak di Sungai Asahan, disalurkan ke Pabrik Peleburan Aluminium di Kuala
Tanjung melalui 275 KV jaringan transmisi. Bahan baku untuk Aluminium dibongkar di pelabuhan PT INALUM Persero dan dimasukkan ke dalam silo
masing-masing melalui belt conveyor. Alumina di dalam silo kemudian dialirkan ke Dry Scrubber System untuk direaksikan dengan gas HF dari tungku reduksi.
Reacted alumina tersebut kemudian dibawa ke Hopper Pot dengan Anode Changing Crane ACC dan dimasukkan ke dalam tungku reduksi. Kokas yang
ada di dalam silo dicampur dengan butt atau puntung anoda dan dipanaskan dulu. Material-material tersebut dicampur dengan pitch sebagai perekatnya. Kemudian
material tersebut dicetak di Shaking Machine menjadi blok karbon mentah. Blok tersebut kemudian dipanggang di baking furnace.Anoda yang sudah dipanggang
kemudian dibawa ke pabrik penangkaian untuk diberikan tangkai, namanya Anode Assembly. Anode assembly ini kemudian dibawa ke Pabrik Reduksi dengan
kendaraan khusus, Anode Transport Car ATC untuk digunakan sebagai elektroda dalam proses elektrolisa. Setelah anoda tersebut dipakai selama kurang
lebih 28 hari di dalam pot, puntung anoda tersebut diganti dengan yang baru.Puntung tersebut kemudian dipecah di pabrik penangkaian untuk kemudian
dipakai lagi. Di dalam tungku reduksi, alumina akan dielektrolisa menjadi aluminium cair. Setiap 32 jam, setiap pot akan dihisap 1,8 sampai 2 ton
aluminium. Aluminium cair ini kemudian dibawa ke pabrik Penuangan dengan Metal Transport Car MTC dan dituangkan ke dalam Holding Furnace. Setelah
mendapat proses lanjutan, aluminium cair ini dicetak di Casting Machine menjadi ingot, beratnya 22,7 kg per batang. Aluminium batangan ingot ini kemudian
diikat dan siap untuk dipasarkan. PT. INALUM Persero memiliki tiga pabrik utama, yaitu pabrik karbon, pabrik produksi dan pabrik penuangan serta fasilitas
Universitas Sumatera Utara
6
pendukung lainnya. Penelitian ini dilaksanakan dengan objek penelitian yaitu Mesin Pengaduk KO-Kneader yang terdapat di pabrik Anoda Karbon.
1
1 Kontrol kokas : pengaturan terhadap komposisi ukuran kokas, karena
akan mempengaruhi pemakaian coal tar pitch.
2.2 Pabrik Anoda Karbon.
Blok anoda karbon yang disebut Baked Block BB diproduksi di pabrik karbon dengan menggunakan bahan baku berupa kokas Petroleum Coke yang
didatangkan dari Jepang dan Amerika, dan Pitch keras hard pitch yang telah dicairkan dan berfungsi sebagai binderperekat yang diimpor dari Jepang.
Disamping itu, sisa anoda dari tungku reduksi Butt dan bongkahan bekas dari pabrik pemanggangan masih digunakan sebagai bahan untuk pembuatan anoda
blok. Proses pembuatan anoda blok ini terdiri atas :
1. Pembuatan Blok Anoda Mentah di pabrik Anoda Mentah Green Plant.
Kokas yang berasal dari penyimpanan kokas Coke Silo dibawa ke pabrik anoda mentah menggunakan ban berjalan yang disebut belt conveyor
dan bucket elevator. Selanjutnya dilakukan penyaringan secara gravitasi dengan menjatuhkan kokas dari tingkat 8 sehingga tersaring sesuai dengan
ukurannya. Setelah penyaringan, maka diperoleh kokas dengan ukuran sebagai berikut:
a. Kasar-1 Coarse-1 : 3-18 mm
b. Kasar-2 Coarse-2 : 1-3 mm
c. Menengah medium : 1-0,2 mm
d. Debu Dust : 0,2 mm
Hal-hal yang perlu dikontrol untuk anoda mentah yang baik adalah :
1”
Pabrik Peleburan Aluminium”, diakses dari http:www.inalum.co.idarticlepabrik-peleburan-
aluminium.html , pada tanggal 3 Juni 2016 pukul 21.20 WIB.
Universitas Sumatera Utara
7
2 Temperatur pencampuran : temperatur sangat mempengaruhi pasta yang
dihasilkan, dari pencampuran kokas dan coal tar pitch. 3
Proses pencetakan blok anoda dilakukan di shaking machine. 2.
Pemanggangan Blok anoda mentah di Pabrik Pemanggangan Anoda Baking Plant.
Blok anoda mentah dari pabrik anoda mentah diangkut ke pabrik pemanggangan menggunakan Chain conveyor. Di PT INALUM Persero
terdapat 106 tungku pemanggangan anoda yang berukuran 5 x 6 x 5 meter. Kapasitas 1 tungku adalah 75 anoda. Proses pemanggangan ini terdiri atas 5
tahap : 1.
Anode Baking Crane ABC 2.
Pemanasan awal Preheating 3.
Pembakaran awal Firing 4.
Pendinginan Cooling System 5.
Pengeluaran blok anoda Discharging dari furnace. 3.
Penangkaian Anoda Karbon di pabrik penangkaian Rodding Plant. Anoda yang telah dipanggang di baking plant diangkut ke pabrik
penangkaian untuk diberi tangkai. Anoda-anoda yang telah diberi tangkai ini siap untuk digunakan di pabrik peleburan aluminium. Tangkai yang
digunakan terbuat dari aluminium yang pada awalnya didatangkan dari Jepang. Tangkai ini dapat digunakan berulang kali, dengan kata lain bahwa
tangkai yang digunakan adalah tangkai yang sudah dipakai sebelumnya di tungku reduksi. Pada saat pencetakan anoda mentah, pada sisi atas anoda
tersebut telah dibuat lubang sebagai tempat pemasangan tangkai. Agar blok anoda dan tangkai dapat bersatu dengan kuat, maka digunakan besi tuang
Cast Iron. Setelah diberi tangkai, anoda tersebut disemprot dengan aluminium cair untuk mengurangi terjadinya oksidasi antara karbon dan
udara.
Universitas Sumatera Utara
8
2.2.1 Mesin Pengaduk KO-Kneader.
Mesin KO-Kneaderadalah mesin pengadukan material pasta untuk pembuatan anoda block yang terdiri dari coal tar pitch, kokas, dan butt di Anode
Green Plant .Mesin ini banyak digunakan untuk pekerjaan di bidang teknologi proses produksi. Mesin KO-Kneaderterdapat di Anode green Plant yang dipakai
oleh PT. INALUM PERSERO. Mesin KO-Kneaderyang dipakai oleh PT.
INALUM Persero adalah mesin yang diproduksi oleh Buss Ltd Basle Switzerland, salah satu perusahaan pembuat mesin industri yang terkenal di
Swiss. Diakui bahwa pengolahan dalam tahap terkonsentrasi dengan sedikit tidak
pelarut, juga dikenal sebagai pengolahan kering, akan meningkatkan hasil proses per satuan volume, dan karena itu akan lebih menguntungkan.
Jenis pengadukan berdasarkan kecepatan pengadukannya dibedakan menjadi 2, yaitu pengadukan cepat dan pengadukan lambat. Sedangkan proses
pengadukan berdasarkan jenis alat, atau cara pengadukannya dibagi menjadi 3 : 1.
Pengadukan mekanis 2.
Pengadukan hidrolis 3.
Pengadukan pneumatis. Mesin KO-Kneaderyang digunakan di PT. INALUM PERSERO
menggunakan proses pengadukan lambat, agar pencampuran tar pitch, kokas, dan butt teraduk secara sempurna, dan merata. Coal tar pitch mempunyai suhu antara
150
o
C di dalam mesin KO-Kneader, sementara butt dan kokas memiliki suhu 150
o
C setelah melalui proses Preheater PH – 201. Secara umum, tujuan pengadukan lambat dalam pengolahan adalah untuk menghasilkan gerakan secara perlahan
sehingga terjadi kontak antar partikel untuk membentuk gabungan partikel hingga berukuran besar. Pengadukan lambat adalah pengadukan yang dilakukan dengan
gradien kecepatan kecil 20 sampai 100 detik-1 selama 10 hingga 60 menit atau nilai GTd bilangan Champ berkisar 48000 hingga 210000.
Kecepatan pengadukan merupakan parameter penting dalam pengadukan yang dinyatakan dengan gradien kecepatan. Gradien kecepatan merupakan fungsi
dari tenaga yang disuplai P: Dalam hal ini :
Universitas Sumatera Utara
9
� = �
� �.�
� ........ 2.1
P = Suplai tenaga N.ms.
m = Massa material yang diaduk kg.
µ = Viskositas absolut N.sm
3
. v
= kecepatan rpm
2.2.2 KO-Kneaderdi Anode Green Plant PT. INALUM. 1. KO-Kneader– 201 KN – 201.