Sengketa Kepemilikan Pulau Diaoyu atau Sengkaku

3.3 Sengketa Kepemilikan Pulau Diaoyu atau Sengkaku

Kepulauan Diaoyu atau Senkaku merupakan sebuah kepulauan yang berada di LautTiongkok Timur, tepatnya berada pada sebelah Timur Republik Rakyat China, sebelah selatan Jepang, dan sebelah utara Republik China atau Taiwan. Berada pada garis koordinat 25°47 53 Lintang Utara dan 124°03 21 Bujur Timur kepulauan ini hanya memiliki luas 7 km 2 . Kepulauan Diaoyu atau Senkaku terdiri dari lima pulau besar dan tiga karang, dari lima pulau dan tiga karang yang ada di Kepulauan Diaoyu atau Senkaku tersebut, tidak satu pun dari semua pulau-pulau itu yang berpenghuni pada tahun 2010, meskipun pada awal abad ke-20 sempat berpenghuni sekitar 200 jiwa yang merupakan pekerja untuk sebuah perusahan ikan makarel. Pulau-pulau dan karang-karang tersebut antara lain sebagai berikut: 5 pulau besar 1. Diaoyu Dao 釣魚島 atau Uotsuri Jima 釣魚島 2. Chiwei Yu 赤尾嶼 atau Taisho Jima 大正島 3. Huangwei Yu 黃尾嶼 atau Kuba Jima 久場島 4. Bei Xiaodao 北小島 atau Kita Kojima 北小島 5. Nan Xiaodao 南小島 atau Minami Kojima 南小島 3 karang 1. Bei Yan 北岩 atau Kitaiwa 北岩 2. Nan Yan 南岩 atau Minamiiwa 南岩 3. 3. Fei Jiao Yan 飛礁岩 atau Tobise 飛瀬 Universitas Sumatera Utara Jejak pertama yang tercatat di Kepulauan Diaoyu atau Senkaku dimulai oleh bangsa China melalui catatan perjalanan liang zhong hai dao zhen jing 兩種海道針 經 yang ditulis pada tahun Yongle 2 atau 1403 Masehi. Pada masa itu, nama Kepulauan Diaoyu sudah disebut sebagai Diaoyu 釣魚 . Selain itu, ada pula catatan kedua yang ditulis pada tahun Jiajing 14 atau 1534 Masehi, yaitu shi liuqiu lu 使 琉 球 錄 yang ditulis oleh utusan Kekaisaran China dinasti Ming, Chen Kan, ketika berkunjung ke Ryukyu. Jepang yang ketika itu masih berstatus sebagai negara fasal dari dinasti Ming mengakui bahwa Kepulauan Diaoyu adalah wilayah kedaulatan Kekaisaran Ming. Maka dari itu, dalam bahasa Jepang Kepulauan Diaoyu disebut sebagai Uotsuri 釣魚 yang memiliki arti yang sama dengan nama dalam bahasa China, yaitu ‘memancing ikan’. Sejak Kekaisaran China menganeksasi Taiwan pada tahun 1683, Kepulauan Diaoyu atau Senkaku dijadikan sebagai wilayah di bawah kekuasaan Provinsi Taiwan. Perubahan terjadi setelah China dan Jepang berperang pada tahun 1894 yang akhirnya berakhir pada kekalahan China dengan penandatanganan Traktat Shimonoseki yang menjadikan Taiwan dan Korea menjadi wilayah yang terbebas dari pengaruh Kekaisaran China. Sejak saat itu, Jepang mengambil-alih pemerintahan yang berlangsung di Taiwan, termasuk Kepulauan Diaoyu atau Senkaku tersebut. Jepang kemudian mengklaim bahwa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku ini merupakan teritori bebas, sehingga Jepang kemudian mengganti kekuasaan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku dari Taiwan menjadi di bawah kekuasaan Nansei Kepulauan Ryukyu yang lebih dikenal dengan nama Okinawa. http:www.seniberpikir.comkonfli k-kepulauan- senkaku-antara-cina- jepang Universitas Sumatera Utara Sejak saat itu pula, nama Kepulauan Diaoyu mulai diganti menjadi Senkaku. Setelah Jepang mengalami kekalahan pada Perang Dunia ke-2, kontrol atas Kepulauan Diaoyu atau Senkaku tidak dikembalikan kepada China seperti layaknya Taiwan, melainkan berada di bawah kontrol Amerika Serikat. Hal tersebut terjadi dikarenakan oleh kekuasaan atas Kepulauan Diaoyu atau Senkaku yang telah diubah, dari yang seharusnya di bawah Taiwan menjadi dibawah kekuasaan Okinawa. Amerika Serikat mengendalikan kontrol atas Kepulauan Diaoyu atau Senkaku sejak tahun 1945 sampai tahun 1972. Kontrol Amerika Serikat berakhir pada 1972. Sejak itu, Ryukyu atau Okinawa “kembali” ke Jepang, dan Formosa menjadi milik Taiwan. Adapun Senkaku masih menjadi sengketa antara China dan Jepang dan Taiwan yang belakangan secara sepihak menyatakan berpisah dari China. Jika bagi Jepang kepulauan yang sedang diperebutkan itu adalah Senkaku dan bagi China adalah Diaoyu, maka bagi Taiwan kepulauan itu adalah Tiaoyutai. Sejak kontrol AS berakhir, China secara konsisten mempersoalkan kepemilikan atas Diaoyu atau Senkaku. China juga tak segan memprotes sikap komunitas internasional yang terlihat tidak adil dalam hal kepemilikan Diaoyu. Isu kepemilikan pulau Sengkaku menjadi semakin memanas saat Jepang menyatakan bahwa China ingin merusak kedaulatan Jepang melalui klaim sepihak atas Kepulauan Diaoyu atau Sengkaku. Hal tersebut diperkuat oleh temuan fakta yang menyatakan bahwa China sebelum menemukan ladang minyak bumi di Kepulauan Diaoyu atau Senkaku yang ditemukan pada akhir tahun 1970, masih mengakui kedaulatan Jepang atas Kepulauan Senkaku, misalnya tulisan artikel Koran Renmin Ribao pada tahun 1953 yang menyatakan bahwa Kepulauan Universitas Sumatera Utara Diaoyu yang disebut dengan nama Jepang, Senkaku merupakan wilayah yang berada di bawah kekuasaan Amerika Serikat, yaitu Okinawa. Hal ini yang melemahkan posisi China dalam permasalah sengketa pulau Diaoyu dengan Jepang. Pada tahun 1970 China mulai agresif mengakui kepemilikan kepulauan Diaoyu setelah menemukan sumber alam minyak bumi yang sangat banyak di kepulauan tersebut. Ditinjau dari sejarah regional, tentu Kepulauan Diaoyu atau Senkaku sudah seharusnya tidak perlu dipermasalahkan lagi kedudukannya, karena fakta sejarah menunjukan bahwa China adalah penguasa pertama di kepulauan tersebut. Jepang dalam hal ini menggunakan alasan bahwa legitimasinya atas Kepulauan Diaoyu atau Senkaku berawal dari keterlantaran kepulauan tersebut, dan dalam hal ini Jepang diperkuat dengan kemenangan atas Perang China-Jepang pertama pada tahun 1894-1895 yang menjadikan Jepang memiliki kekuasaan atas Taiwan beserta wilayah-wilayah yang meliputinya, termasuk Kepulauan Diaoyu atau Senkaku. Jika Taiwan dan wilayah-wilayah sekitar Taiwan dikembalikan kepada Republik China pada tahun 1945, seharusnya Kepulauan Diaoyu atau Senkaku yang diganti posisi superordinasinya dari Taiwan menjadi Okinawa seharusnya dikembalikan lagi ke posisi awal sebelum Traktat Shimonoseki ditandatangani. Dari kerancuan ini dapat diperkuat bahwa sebenarnya posisi Jepang dalam isu sengketa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku ini didasari oleh ketidakadilan pihak Jepang maupun negara sekutu, dalam hal ini Amerika Serikat, dalam menempatkan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku yang pernah diganti yurisdiksinya Universitas Sumatera Utara dari posisi awal yaitu dibawah kekuasaan Taiwan. Amerika Serikat justru mendukung Jepang yang menempatkan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku di bawah kekuasaan Okinawa, entah karena pada saat itu Amerika Serikat sempat menduduki Okinawa sejak 1945-1972 dan merasa menyayangkan jika harus mengembalikan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku kepada China atau ada alasan lain dibalik itu. Padahal, secara geografis tampak jelas bahwa jarak antara Kepulauan Diaoyu atau Senkaku dengan Okinawa 410 kilometer dan Taiwan 180 kilometer tentu lebih mendukung untuk diserahkan kepada Taiwan. Di balik ketidakadilan Jepang dan Amerika Serikat terhadap pemahaman historiografi yang dimiliki oleh China, perlu diperhatikan juga sikap pemerintah China sejak masa Republik Tiongkok hingga Republik Rakyat China sebelum tahun 1971 yang cenderung menerima keadaan bahwa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku adalah milik Jepang, yang pada saat kekalahan Jepang diduduki oleh Amerika Serikat. Sikap yang terkesan defensif ini memperlemah posisi China dalam pengambilalihan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku di era kini, mengingat Tiongkok bahkan menyatakan secara terang-terangan di media massa lokal pada tahun 1953, bahwa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku merupakan wilayah negara lain. Kesalahan fatal ini terkesan terlambat ketika China mulai mengambil sikap agresif terhadap keputusan Amerika Serikat yang menyatakan bahwa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku adalah milik Jepang di bawah kekuasaan Okinawa. Pada akhirnya kelemahan-kelemahan dari pemerintahan China sendirilah yang melemahkan posisi China dalam sengketa Kepulauan Diaoyu atau Sengkaku.http:teguhtimur.com20121006mengapa-jepang-menabur-sengketa- dengan-tetangga Universitas Sumatera Utara Di tinjau dari segi faktor sosio-ekonomis, China dan Jepang jelas memiliki kepentingan yang sangat tinggi atas Kepulauan Diaoyu atau Senkaku, mengingat cadangan minyak bumi yang melimpah di daerah tersebut, di tengah dua negara yang miskin sumberdaya alam dan haus akan kebutuhan energi. Dari hal tersebut, tampak jelas bahwa China dan Jepang tampak seperti dua negara yang sedang memperebutkan bukan hanya kedaulatan melainkan faktor ekonomi yang membayangi dari Kepulauan Diaoyu atau Senkaku. Sengketa Kepulauan Diaoyu antara Jepang dan China masih terus berlangsung hingga saat ini. Puncak ketegangan antara Jepang dan China ialah saat Jepang pada Agustus 2012 menasionalisasi kepulauan tersebut dengan cara membeli Kepulauan Senkaku dari pemilik swasta Jepang, tindakan ini dianggap sebagai tindakan provokasi bagi China. Akibat hal tersebut kapal China dengan Jepang saling baku tembak meriam air di wilayah tersebut. Tak jarang pula baik Jepang maupun China saling menangkap nelayan dari kedua negara tersebut yang sedang berlayar di perairan wilayah senkaku. Dalam forum sidang PBB , kedua menteri luar negeri China dan Jepang sempat mengadakan dialog mengenai konflik Kepulauan Senkaku, tetapi pada akhirnya tidak menemukan hasil. Selain SDA yang melimpah di Kepulauan Senkaku, nilai strategis Kepulauan Senkaku pun perlu dipertimbangkan. Letak geografis Kepulauan Senkaku diprediksikan dapat memberikan keuntungan bagi Cina dan Jepang baik di bidang ekonomi maupun pertahanan. Baik China maupun Jepang sadar betul bahwa Kepulauan Senkaku dapat membawa dampak yang besar bagi keduanya. Keduanya dapat memperbesar dan memperkuat masing-masing negaranya. Yang Universitas Sumatera Utara menjadi menarik disini ialah bahwa kedua negara tersebut sama-sama ingin menjadikan Senkaku sebagai basis militer demi membangun pertahanan akan ancaman yang datang juga dari kedua negara tersebut. http:www.seniberpikir.comkonflik-kepulauan-senkaku-antara-cina-jepang Tidak mudah menyelesaikan permasalahan Sengketa Pulau Diaoyu atau Sengkaku apabila Jepang dan China tetap teguh pada pendirian masing-masing yang berlawanan satu dengan yang lain. China dan Jepang dalam hal ini mengambil langkah yang normatif, yaitu mempertahankan status quo, yang menjadikan China dan Jepang tidak mampu mengeksplorasi kekayaan alam yang ada di wilayah Kepulauan Diaoyu atau Senkaku tanpa persetujuan dari kedua belah pihak.

3.4 Analisis Penyelesaian Masalah