5.1.2.8.Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Klasifikasi Perokok danTingkat Ketergantungan Nikotin
Tabel 5.9Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Klasifikasi Perokok dan Tingkat Ketergantungan Nikotin
Tingkat Ketergantungan Nikotin Total
Ketergantungan rendah
Ketergantungan sedang
Ketergantungan tinggi
Perokok Ringan 15
8 23
Perokok Sedang 1
1 Total
15 8
1 24
Tabel diatas menyatakan bahwa seluruh responden dalam kelompok perokok ringan masih berada di tingkat ketergantungan nikotin ringan-sedang.
Responden dengan kategori perokok sedang sudah memiliki tingkat ketergantungan nikotin tinggi. Hal ini menyatakan bahwa kategori perokok yang
lebih berat berada di tingkat ketergantungan yang lebih berat juga.
5.2. Pembahasan
Menurut hasil penelitian ini, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014 yang mempunyai kebiasaan merokok adalah
sebanyak 24 orang atau 27,9. Hasil penelitian ini juga mendekati dengan hasil survey WHO 2006 yang dilakukan oleh Indonesia Global Health Professional
Survey GHPS yaitu 21,1, survey tersebut dilakukan di salah satu Fakultas Kedokteran di Jawa.
Universitas Sumatera Utara
Apabila distribusi responden dinilai berdasarkan periode merokok, mayoritas responden sudah merokok selama 3 tahun yaitu sebanyak 8
responden33,3 dengan rata-rata periode merokok keseluruhan responden adalah 3,54 tahun. Hal ini mengungkapkan bahwa sebagian besar responden
memulai kebiasaan merokok pada saat menduduki bangku SMA. Hasil ini sesuai dengan survey yang dilakukan RISKESDAS 2010 tentang umur mulai merokok
terbanyak adalah 15-19 tahun yaitu 33,1. Periode merokok terkecil responden adalah 1 tahun yaitu sebanyak 2 orang atau 8,3, angka tersebut menyatakan
bahwa responden tersebut mulai merokok pada saat masuk kuliah. Periode merokok terlama yang tercatat pada penelitian ini adalah 7 tahun yaitu satu
responden 4,2. Kebiasaan merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri, juga disebabkan dari faktor lingkungan. Remaja mulai merokok dikatakan
oleh Erickson Komasari Helmi, 2000 berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka
sedang mencari jati dirinya, perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasidari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap
lawan jenis. Berdasarkan jumlah batang rokok yang dihisap setiap harinya, sebanyak 9
responden 37,5 mengkonsumsi 20 batang rokok per hari yang merupakan frekuensi terbanyak. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Prihatin
2012 di FIP UNY yang menyatakan mahasiswa sebagian besar mengkonsumsi 11-20 batang rokok setiap hari. Akantetapi hasil penelitian ini berbeda
denganhasil penelitian yang dilakukan Nurlailah 2010 di Universitas Islam Negeri yang menyatakan 60,8 responden penelitian tersebut mengkonsumsi 1-
10 batang rokok setiap harinya. Perbedaan ini terjadi kemungkinan karena lokasi, jumlah sampeldan karateristik responden yang berbeda dengan penelitian yang
saya lakukan. Konsumsi batang rokok pada responden penelitian ini setelah keseluruhannya di rata-rata, menunjukkan responden mengkonsumsi paling tidak
16 batang setiap hari.Hal ini menyatakan bahwa responden harus membeli 1 bungkus rokok ukuran sedang setiap hari.Walaupun demikian didapati 10
Universitas Sumatera Utara
responden yang mengkonsumsi rokok setiap harinya lebih dari 16 batang yang berarti bahwa responden harus membeli lebih dari 1 bungkus rokok setiap
harinya. Dalam penelitian ini, daripada 24 responden yang diteliti, 23 responden
atau 95,8 merupakan perokok ringan, hanya 1 responden 4,2 yang diklasifikasikan sebagai perokok sedang dan tidak ada responden yang
diklasifikasikan sebagai perokok berat. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Mayasari 2009 yang dilakukan terhadap perokok remaja Kota Medan
di tahun 2007 dan mendapatkan hasil bahwa 89,43 perokok remaja di kategorikan perokok ringan. Kedua penelitian ini menggunakan klasifikasi
perokok yang sama yaitu indeks brinkman. Perhitungan klasifikasi perokokindeks brinkman didapat dengan cara melihatperkalian antara lama periode merokok dan
jumlah batang rokok yang dikonsumsi setiap harinya, dikatakan ringan jika hasilnya 200, sedang 200-600 dan berat jika 600.
Jika dilihat dari jenis rokok yang dikonsumsi oleh responden, sebagian besar responden mengkonsumsi rokok dengan kadar nikotin sedang 1 hingga 1,2
mg yaitu sebanyak 17 responden 70,8 dan kadar nikotin rendah 0,9 mg atau kurang sebanyak 6 responden 25. Hanya ada 1 responden 4,2 yang
mengkonsumsi rokok dengan kadar nikotin tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Mayasari 2009 yang menyatakan jenis rokok yang
dihisap sebagian besar remaja adalah rokok putih atau rokok dengan kadar nikotin sedang 70,73. Semakin tinggi kadar nikotin berarti semakin mudah membuat
seseorang kecanduan karena nikotin memegang peranan penting dalam ketagihan nikotin Sitepoe, 2000.
Berdasarkan hasil skor fagerstorm didapati tingkat ketergantungan nikotin responden. Lebih dari setengah responden baru memiliki tingkat ketergantungan
rendah yaitu sebanyak 15 responden 62,5, 8 responden 33,3 memiliki tingkat ketergantungan sedang dan sudah ada 1 responden 4,2 yang sudah
memiliki tingkat ketergantungan tinggi terhadap nikotin. Hal ini sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
penelitian yang dilakukan oleh Sultan 2014 yang menyatakan bahwa ketergantungan nikotin pada perokok remaja masih berada di tingkat
ketergantungan rendah 60.Menurut Rosita 2012 nikotin mampu menimbulkan perasaan menyenangkan yang membuat perokok ketagihan ingin
merokok lebih banyak dan akan menambah jumlah batang rokok yang dihisap per harinya. Bisa dikatakan bahwa perokok yang awalnya baru coba-coba nantinya
akan menjadi perokok berat yang semakin sulit untuk meninggalkan rokok. Sehingga semakin ketergantungan seseorang maka semakin sulit orang tersebut
untuk berhenti. Gambaran faal paru seluruh responden yang tampak dari hasil
pemeriksaan spirometri masih dalam batas normal. Nilai KVP yang didapati yaitu sebagian besar responden sebanyak 19 responden 79,2mendapatnilai 80 - 90, 4
responden 16,7 berada di nilai 90 - 100 dan 1 responden mendapat nilai 100 4,2.Nilai KVP tersebut menyatakan bahwa seluruh responden tidak
mempunyai kelainan restriksi. Sedangkan untuk nilai VEP1, sebanyak 10 responden 41,7 mendapatnilai 80 - 90, 10 responden 41,7 berada di nilai
90 - 100 dan 4 responden 16,7 mendapat nilai 100. Untuk menilai apakah ada kelainan obstruksi maka dapat di lakukan perhitungan VEP1KVP. Hasil
VEP1KVP yang didapati yaitu 4 responden 16,7 mendapatnilai 80 - 90, 19 responden 79,2 berada di nilai 90 - 100, dan 1 responden 4,2 mendapat
nilai 100. Hasil pemeriksaan ini menyatakan bahwa pada seluruh responden belum ada kelainan paru khususnya kelainan restriksi ataupun obstruksi. Hasil
penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prokhorov 1996 tentang respon pernapasan terhadap kebiasaan merokok di kalangan perokok
remaja yang menyatakan belum adanya kelainan yang tampak pada faal paru, akantetapi jika dibandingkan dengan nilai faal paru bukan perokok, nilai prediksi
normal faal paru perokok mengalami penurunan walaupun masih di atas nilai normal. Pada buku Berhenti Merokok yang diterbitkan oleh Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia menyatakan bahwa hampir 60 partikel yang terhisap dari asap
Universitas Sumatera Utara
utama mainstream smoke terdeposit pada paru yang mengakibatkan terjadinya perubahan struktur dan fungsi parenkim paru.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan berkaitan dengan usia seluruh responden yang masih muda dimana seluruh sistem pertahanan tubuh dan sistem imun masih
dalam keadaan yang optimal.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa perokok Fakultas Kedokteran Sumatera Utara Angkatan 2014 didapati bahwa faal paru
seluruh responden masih dalam batas normal.
6.2 Saran
Dari seluruh proses penelitian yang dijalani oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan peneliti adalah:
1. Kepada MahasiswaResponden a. Walaupun faal paru masih dalam batas normal tetapi bahaya rokok
bukan hanya terhadap paru, tetapi juga terhadap organ lain. Maka sebaiknya berhentilah merokok.
b. Penyakit akibat rokok biasanya bersifat kronik, jadi belum ada efeknya terhadap perokok ringan-sedang. Akantetapi, jika
kebiasaan merokok dilanjutkan terus maka kemungkinan besar penyakit akibat rokok akan muncul.
c. Sebagai calon dokter masa depan, sebaiknya kita menjadi contoh bagi masyarakat dan mencanangkan hidup sehat yang dimulai dari
hidup bebas asap rokok. 2. Kepada Institusi
a. Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur agar membuat atau merevisi ulang kebijakan kampus bebas rokok
b. Sebaiknya sebagai fakultas yang mengasilkan dokter-dokter terbaik di masa depan fakultas dapat menjadi refleksi lingkungan yang
sehat untuk dilihat oleh masyarakat sekitar ataupun fakultas lain.
Universitas Sumatera Utara