xxvi Berdasarkan penjelasan di atas identitas individu dibentuk menurut
seks atau jenis kelamin yang dibedakan berdasarkan perbedaan biologisnya, tidak dapat diubah dan sudah ada sejak lahir, seperti kromosom dan gen yang
terbentuk. Kromosom untuk perempuan adalah XX sedangkan laki-laki XY. Biasanya perbedaan laki-laki dan perempuan di lihat dari perbedaan organ
reproduksi yang dimiliki. Laki-laki mempunyai penis dan perempuan mempunyai vagina.
b. Gender Sebagai Pembentuk Identitas
Konsep gender menurut Macionis “the significance a society attaches to biological categories of female and male”—arti penting yang diberikan
masyarakat pada kategori biologis laki-laki dan perempuan Kamanto Sunarto, 2006: 11. Selain jenis kelamin atau seks, identitas juga dapat dibentuk melalui
gender. Kalau seks atau jenis kelamin berhubungan dengan biologis, sedangkan gender berhubungan dengan sosial dan budaya. Gender ini juga
dapat berupa bentukan dari masyarakat. Sedangkan Lasswell dan Lasswel mendefinisikan gender sebagai “the
knowledge and awareness, whether conscious or unconscious, that one belongs to one sex and not to the other”—pada pengetahuan dan kesadaran, baik secara
sadar ataupun tidak, bahwa diri seseorang tergolong dalam suatu jenis kelamin tertentu dan bukan dalam jenis kelamin lain Kamanto Sunarto, 2004: 110.
Gender tidak bersifat biologis melainkan dikontruksikan secara sosial. Gender tidak dibawa sejak lahir melainkan dipelajari melalui sosialisasi Kamanto
Sunarto, 2004: 110. Oleh karena itu gender seorang individu dapat berubah- ubah sesuai dengan kontruksi dari masyarakat. Seorang individu laki-laki bisa
memiliki peran atau karakter perempuan, begitu juga sebaliknya seorang individu perempuan juga bisa memiliki peran atau karakter perempuan.
Secara umum gender dapat didefinisikan sebagai perbedaan peran, kedudukan dan sifat yang dilekatkan pada kaum laki-laki maupun perempuan
melalui kontruksi secara sosial maupun kultural. Menurut Oakley, gender berate perbedaan yang bukan biologi dan bukan kodrat Tuhan Ismi Dwi
xxvii Astuti, 2009: 19. Perbedaan biologis yakni perbedaan jenis kelamin sex
adalah kodrat Tuhan dan oleh karenanya secara permanen berbeda. Sedangkan gender adalah perbedaan perilaku behavioral differences antara laki-laki dan
perempuan yang dikontruksi secara sosial, yakni perbedaan yang bukan kodrat dan bukan ketentuan Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia laki-laki dan
perempuan melalui proses sosial dan kultural yang panjang. Misalnya fenomena identitas penari cross gender secara jenis kelamin identitas adalah
laki-laki, sedangkan secara gender dalam menjalani kehidupan keseharian sebagai laki-laki, tetapi untuk kebutuhan panggung atau dunia panggung penari
cross gender dapat berperan sebagai perempuan, karena penari cross gender menarikan tarian perempuan secara lemah gemulai.
Peranan perempuan dibedakan dengan peranan laki-laki. Masyarakat yang telah mengkontruksi secara sosial budaya Ismi Dwi Astuti, 2009: 25.
Gender lebih berhubungan dengan perbedaan peran antara perempuan dan laki- laki sebagai kontruksi sosial, budaya maupun psikologis. Sifat perempuan
dibedakan dengan sifat laki-laki. Dalam terminologi umum dikenal sifat feminin sebagai sifat yang dilekatkan pada perempuan dan sifat maskulin yang
dilekatkan sebagai sifat laki-laki. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada dasarnya berputar di sekitar 2 teori besar: yaitu teori nature dan teori
nurture. Menurut Budiman, beranggapan bahwa perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan disebabkan oleh faktor-faktor biologis kedua insan ini.
Pengikut teori nurture beranggapan bahwa perbedaan ini tercipta melalui proses belajar dari lingkungan Ismi Dwi Astuti, 2009: 23-24. Proses belajar
dari lingkungan adalah sosialisasi. Ada begitu banyak bukti yang menunjukkan adanya perbedaan genetis
dan biokimia antara laki-laki dan perempuan dalam kaitannya dengan kemampuan bahasa, penilaian spesial, agresi, dorongan seks, kemampuan
untuk terfokus kepada tugas atau mengaitkan kedua belahan otak Barker, 2006: 241. Psikolog ‘feminis’ Diane Halpern mulai membuat review tentang
literatur yang meyakini opini bahwa praktik sosialisasi adalah satu-satunya yang bertanggung jawab atas adanya perbedaan seks dalam pola-pola
xxviii pemikiran Barker, 2006 : 241. Begitu pentingnya proses sosialisasi dalam
kehidupan masyarakat untuk menentukan identitas seorang individu. Seks sangat ditentukan oleh alam, dengan karakteristik fisiologis dan
anatomis. Kategori ini sepenuhnya berada diluar pengendalian kultural. Artinya, seks sama sekali tidak berhubungan dengan kebudayaan dimana pun
mereka hidup. Kebudayaan tidak mungkin bisa mengubah bahwa seseorang dilahirkan dengan jenis kelamin tertentu dengan konsekuensi biologi dan
anatomis tertentu pula. Namun demikian, kebudayaan dengan jelas membagi berbagai peranan laki-laki dan perempuan dalam kategori kedua lebih banyak
dipengaruhi oleh mitologi yang berlaku di dalam masyarakat tersebut. Hingga disini sebenarnya sosialisasi sangat penting, karena lazim atau tidak lazim
gender sangat dipengaruhi oleh kebudayaan itu sendiri. Konsep femininitas dan maskulinitas adalah dua ideologi yang
berbeda dan kontradiktif. Femininitas adalah ideologi yang berciri kedamaian, keselamatan, kasih dan keselamatan dan kebersamaan. Sementara maskulinitas
memiliki karakter persaingan, dominasi, eksploitasi dan penindasan. Femininitas untuk perempuan sedangkan maskulinitas untuk laki-laki. Itulah
secara umum kontruksi gender yang diberikan oleh masyarakat. Jadi dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa gender itu
dikontruksikan secara sosial dan budaya oleh masyrakat. Gender tidak bersifat biologis dan dapat berubah-ubah sesuai dengan kontruksi masyarakatnya.
Seperti pembagian peran kerja antara laki-laki dan perempuan. Perempuan juga bisa bekerja di luar ranah domestik dan tidak selalu lemah serta bergantung
terhadap laki-laki.
c. Sosialisasi Sebagai Pembentuk Identitas