Rapai Peninggalan Alat Musik Arab di Museum Banda Aceh

56 kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. [HR Bukhari, Muslim, dan lainnya. Lihat Shifat Shalat Nabi, hlm. 165-166, karya Al Albani, Maktabah Al Maarif]. Menurut buku makna kesenian pada masyarakat Aceh 2006 ,rebana biasanya digunakan pada acara-acara marawis maupun qasidah bagi beberapa kalangan seperti kelompok Ibu-ibu dan anak-anak sekolah yang sering tampil di berbagai acara adat-istiadat Aceh yang bertujuan menjalin silahturahmi dan melestarikan budaya Aceh yang sering kali alat musik rebana menjadi pengiring suatu tarian Aceh tradisional.Rebana ditampilkan bersama iringan musik beserta tarian seperti tari saman dan seudati.

3. Rapai

Rapai adalah alat musik perkusi tradisional Aceh yang termasuk dalam keluarga drum, yang dimainkan dengan cara dipukul dengan tangan tanpa menggunakan stik. Kata Rapai berasal dari suatu Tarikat yang dalam penyampaian ajarannya untuk mngumpulkan massa pendengarannya memakai alat perkusi alat musik pukul . Tarikat tersebut bernama Rifaiyah.Tarikat adalah jalan untuk mendekati Allah SWT Mustafa Abubakar, 2009: 179 . Universitas Sumatera Utara 57 Menurut Z.H Idris, et al 1993:79 asal kata rapai tidak ditemukan dalam istilah Bahasa Arab , karena istilah kata rapai berasal dari naskah syair yang dinyanyikan bersama RAPAI, alat musik pukul ini berasal dari Syeikh Abdul Kadir Jailani , ulama besar fiqih dari Persia yang hidup di Baghdad dari tahun 1077 hingga 1166 Masehi 470-560 Hijriah. Tokoh ini sendiri baru di kenal sejak abad XI, sedangkan menurut Horgronje 1985 : 268 di kenal pasti pada tahun 1166 abad XII. Rapai dibawa oleh seorang penyiar Islam dari Baghdad bernama Syeh Rapi dimainkan untuk pertama kali di Ibukota Kerajaan Aceh, Banda Khalifah sekarang Gampong Pandee, Banda Aceh sekitar abad ke-11. Alat musik ini ditampilkan bersama iringan tarian seperti tari ranub lampuan, tari seudati, dan tari saman yang merupakan tari tradisional dari Aceh.Abd. Hadjad:1993. Menurut Karya tulis Ilmiah atau Skripsi Sarjana tahun 1995 Lintas Gayo p ada mulanya rapa’i lahir sebagai salah satu bentuk kesenian yang di manfaatkan untuk mengembangkan ajaran agama Islam. Hal ini sejalan dengan masuknya agama Islam ke daerah Aceh, yaitu ke daerah Samudra Pasai.Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam yang pertama di Nusantara yang muncul pada abad ke VII Masehi. Agama Islam tersebut masuk dan berkembang ke daerah Aceh di bawa oleh para saudagar Islam yang berasal dari Arab, Persia dan India Gujarat.Mulanya mereka datang untuk berdagang, kemudian lama kelamaan mereka menyiarkan agama Islam. Untuk lebih mempercepat proses islamisasi, mereka mengadakan perkawinan dengan penduduk setempat. Selain itu kesenian rapa’i di pertunjukkan kepada masyarakat, agar tertarik mendengar dakwah dan merangsang masyarakat mendengar musik yang dibunyikan oleh para awak rapa’i, dengan cara demikian akhirnya mereka masuk dan memeluk agama Islam. Berdasarkan usaha-usaha yang mereka lakukan, agama Islam akhirnya dapat diterima penduduk dan selanjutnya berkembang keseluruh penjuru wilayah nusantara. Universitas Sumatera Utara 58 Menurut sejarahnya oleh awak rapa’i di yakini bahwa rapa’i di bawa oleh Syeikh Abdul Kadir Jailani dari Bahghdad Irak yang kemudian di bawa oleh pengikut-pengikutnya ke Aceh sekitar tahun 900 Masehi.Pengikut- pengikut syeikh abdul kadir jailani yang menyebarkan kesenian rapa’i pada masa itu sekaligus menanamkan ajaran Islam pada masyarakat Aceh.Hal inilah yang membuat masyarakat Aceh merasa tertarik sekaligus menjadikan rapa’i sebagai kesenian tradisional. Adapun cara yang di lakukan oleh pengikut syeikh abdul kadir jailani dalam menyiarkan dan mengembangkan ajaran agama Islam adalah dengan membunyikan rapa’i.Drs. Abd. Hadjad, et al, 1993 Menurut Z.H Idris 1993 rapai dimainkan dari 8 sampai 12 orang pemain yang disebut awak rapai dan disandingkan dengan instrumen lain seperti serune kalee atau buloh merindu. Permainan dari ensemble Rapai tersebut dapat menjangkau pendengaran dari jarak jauh akibat gema yang dipantulkannya dan tidak memerlukan microphone untuk setiap penampilannya bahkan pada malam hari di daerah pedesaan bisa mencapai pendengaran dari jarak 5-10 km. Macam-macam jenis RAPAI: 1. Rapai Daboih 2. Rapai Gerimpheng 3. Rapai Pulot 4. Rapai Pase 5. Rapai Anaktingkah 6. Rapai Kisahhajat Universitas Sumatera Utara 59 Rapai dimainkan dalam posisi duduk melingkar atau duduk berbanjar. Tangan kiri memegang paloh atau palong body rapai, tangan kanan memukul kulit rapai dan bila dipukul ditengah-tengah membran akan menghasilkan suara dengungan atau gema yang besar, tetapi tidak tajam suaranya low.Bila dipukul pada pinggirnya akan mendapatkan suara tajam dan nyaring atau dapat disamakan dengan permainan drum yang dipukul dengan stick pada rimshot.Dalamsebuah permainan rapai, biasanya ada seorang syekhnya pemimpin, dibantu oleh beberapa awakpemukul lainnya. Dalam memainkan sebuah irama lagu, biasanya beberapa buah rapai memukul dengan tempo konstan, sedangkan yang lain dengan tingkahan-tingkahan syncopate dan suara dinamik.Suara phring dari lempengan tembaga yang gemerincing secara satu-satu atau beruntun, kadang-kadang dibarengi pula chorus secara ensemble atau sahut- sahutan mengulang canon yang gegap gempita. Sehingga memberikan warna yang betul-betul meriah pada suatu upacara pertunjukan yang diadakan.Posisi rapai tatkala duduk, tetap dipegang dalam keadaan ditegakkan diatas ujung kaki, sedangkan pemainnya ikut bergoyangbergerak bahkan kepala ikut pula terangguk-angguk, sesuai menurut irama yang dimainkan saat itu. Drs.Abd.Hadjad,etal,1986. Berikut contoh terjemahan Surat Ali Imran, ayat 106 dan 107 yang di terjemahkan ke dalam bahasa Aceh dengan bentuk syair: َﻡْﻮَﻳ ﱡﺾَﻴْﺒَﺗ ٌﻩﻮُﺟُﻭ ﱡﺩَﻮْﺴَﺗَﻭ ٌﻩﻮُﺟُﻭ ﺎﱠﻣَﺄَﻓ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ْﺕﱠﺩَﻮْﺳﺍ ْﻢُﻬُﻫﻮُﺟُﻭ ْﻢُﺗْﺮَﻔَﻛَﺃ َﺪْﻌَﺑ ْﻢُﻜِﻧﺎَﻤﻳِﺇ ﺍﻮُﻗﻭُﺬَﻓ َﺏﺍَﺬَﻌْﻟﺍ ﺎَﻤِﺑ ْﻢُﺘْﻨُﻛ َﻥﻭُﺮُﻔْﻜَﺗ ﺎﱠﻣَﺃَﻭ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ۱۰ ْﺖﱠﻀَﻴْﺑﺍ ْﻢُﻬُﻫﻮُﺟُﻭ ﻲِﻔَﻓ ِﺔَﻤْﺣَﺭ ِﱠﷲ ْﻢُﻫ ﺎَﻬﻴِﻓ َﻥﻭُﺪِﻟﺎَﺧ ۱۰۷ yauma tabya ḍun wujūHun wataswadun wujūHun faʻammā al-lażῑna as- waddat wujūḥuhum akfartum ba’da ab-yaḍat wujūhuhum raḥmati allahi hum fῑhā khālidūna “Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya kepada mereka dikatakan: Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu. Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, Maka mereka berada dalam rahmat Allah surga; mereka kekal di dalamnya.” QS. Ali Imran:106-107 Universitas Sumatera Utara 60 Bak uroe dudoe nyang puteh muka Ngon itam muka dua kaphilah Nyang itam muka teuma geutanyong ‘Oh lheuh meuiman kakaphe di kah Jino karasa azeub bukon le Sebab kakaphe raya that salah Nyang puteh muka teuma that seunang Bandum ureungnyan lam rahmat Allah Keukai disinan sepanjang masa. Adapun contoh syair yang biasa di lantunkan beriringan dengan alat musik Rapai ini yaitu : Alhamdulilah Pujo Keu Tuhan Nyang Peujeut Alam Langet Ngon Donya Teuma Seulaweut Ateuh Janjongan Panghulee Alam Rasul Ambiya Segala Puji kepada Tuhan yang telah menciptakan langit dan dunia selawat dan salam pada junjungan penghulu alam Rasul Ambiya Nanggroe Aceh nyo Tempat loun lahee Bak Ujoung Pantee Pulo Sumatra Dilee Baroo Kon Lam jaro Kaphe Jino Hana lee Aman sentosa… Daerah Aceh ini Tempat lahir ku di ujung pantai pulau sumatera Dulu berada di tangan penjajah Kini telah aman dan sentosa Mustafa Abubakar,2009:172 Universitas Sumatera Utara 61

3.3 Penggunaan Istilah Bahasa Arab dalam Alat musik Aceh