Serune Kalee Serunai Peninggalan Alat Musik Arab di Museum Banda Aceh

48

3.2 Peninggalan Alat Musik Arab di Museum Banda Aceh

Adapun Alat-alat Musik Arab yang terdapat didalam Museum Banda Aceh yaitu :

1. Serune Kalee Serunai

ﺔﻳﺎﻧﺮﺻ ṣurnāyatun Abad VII M Islam sudah berkembang di Aceh, seorang ulama dari Persi, Syech Abdullah membawa alat musik yaitu “Serunee Kalee” untuk mengajak para masyarakat belajar ilmu agama islam. Alat musik ini di bawa oleh saudagar Arab yang masuk ke pesisir kerajaan Samudera Pasai dalam kegiatan kesenian di masa itu Mustafa Abubakar, 2009:143-144 . Sebutan serunedalam bahasa Aceh adalah : Seurune serunai dan Kalee nama desa di Laweung Kabupaten Pidie , Nanggroe Aceh Darussalam. Jadi pengertian lengkap adalah Serunai dari Kalee. Di Arab alat musik ini dinamakan Nay bahasa Persia serupa dengan klarinet . Menurut kamus Al- Akbar dalam bahasa Arab serunai disebut ﺔﻳﺎﻧﺮﺻ yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti bunyi yang berasal dari alat musik yang ditiup. Alat tiup seurune kalee diklasifikasikan sebagai alat tiup jenis Aerophone. Bentuk alat musik ini adalah memanjang bulat lurus, pada bagian bawah berbentuk agak besar seperti kelopak bunga teratai Shabri, 2004:41. Universitas Sumatera Utara 49 Menurut buku Ensiklopedia musik dan tari daerah propinsi daerah Istimewa Aceh 1978-1979 biasanya alat musik ini dimainkan bersamaan dengan Rapai dan Gendrang pada acara-acara hiburan, tarian, penyambutan tamu kehormatan.Bahan dasar Serune Kalee ini berupa kayu, kuningan dan tembaga. Bentuk menyerupai seruling bambu.Warna dasarnya hitam yang fungsinya sebagai pemanis atau penghias musik tradisional Aceh.Alat musik ini popular di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar dan Aceh Barat. Biasanya alat musik ini dimainkan bersamaan dengan Rapai dan Gendrang pada acara-acara hiburan, tarian, penyambutan tamu kehormatan di masa raja diraja zaman keemasan kerajaan Aceh Darussalam. Alat musik sejenis ini juga didapati di daerah pesisir dan lain dari Provinsi Aceh, seperti Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar, dan Aceh Barat dengan sebutan serupa Masing-masing daerah yang menggunakan musik jenis ini memberi berbagai macam variasi pada peralatan tersebut, sehingga bentuk dan namanya juga bermacam-macam. Namun, di antara beberapa variasi serune, terdapat kesamaan dalam nuansa suara yang dimunculkan, laras nada, vibrasi,volume,suara,dinamika,dansuaranya.firdausburhan,ed.1986: Peralatan ini berbentuk memanjang bulat lurus dan bulat.Bagian atas peralatan ini berbentuk kecil, kemudian membesar hingga di ujung bagian bawah.Pada tubuhnya terdapat lubang-lubang untuk jari dengan ukuran yang cukup besar.Bagian paling bawah peralatan ini membesar seperti kelopak teratai.Untuk membawa peralatan ini cukup dimasukkan ke dalam kantong Berdasarkan data yang ada, peralatan ini sudah ada sejak masuknya Islam ke Universitas Sumatera Utara 50 Aceh. Ada sebagian yang mengatakan peralatan ini berasal dari Tiongkok Z. H. Idris, 1993: 48-49.Terlepas dari asumsi tersebut, pada kenyataannya memang Aceh pada zaman dahulu merupakan kerajaan yang terbuka.Hal tersebut menjadikan Aceh cukup ramai dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai wilayah di luar negeri.Pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda 1607- 1636, Aceh mempunyai posisi penting.Pada masa ini kebudayaan di Aceh salah satunya adalah bidang kesenian, dengan corak Islam yang kental. Saat ini peralatan Serune Kalee masih memegang peranan penting dalam berbagai pertunjukan kesenian, dalam berbagai upacara, dan lainnya. Serune Kalee sebagai alat primer, berperan membawa lagu yang lebih cenderung instrumentalia.Serune Kalee dimainkan dengan alunan suara yang terus-menerus dan tidak putus-putus.Suara tersebut dihasilkan dari teknik meniup dengan mengambil napas dari mulut dan hidung serta leher. Dengan suara Serune Kalee yang tajam musik akan terdengar dinamik, terkesan heroik, dan mendatangkan semangat. Gaya musikal Serune Kalee yang khas tidak akan terganggu atau mengganggu suara lain pada waktu ikut mengiringi alatmusik lainya Z. H. Idris, 1993: 53. Bentukdanbagian-bagianSeruneKalee Sumber: Z. H. Idris, 1993. Peralatan Hiburan dan Kesenian TradisionalPropinsi Daerah Istimewa Aceh. Jakarta: Proyek Penelitian, Pengkajian,dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya, p. 58. Universitas Sumatera Utara 51 Menurut buku Budaya Aceh 2009 alat musik ini dahulunya di gunakan orang-orang tua Syeikh dengan timbre alunan yang dinamis ataupun heroik sebagai pejuang Aceh yang dapat mendatangkan semangat dengan melafadzkan syair-syair keagamaan dan puji-pujian yang meng-Agungkan Allah SWT dari ayat-ayat Al-Qur’an dan lagu rakyat Aceh . Seperti hal nya contoh beberapa ayat- ayat suci Al-Qur’an yang dilantunkan bersama syair-syair berbahasa Aceh, yakni: Sebagaimana firman-Nya dalam Surat Ali Imran:190, 191: ِﺏﺎَﺒْﻟَ ْﻷﺍ ﻲِﻟﻭُ ِﻷ ٍﺕﺎَﻳ َﻵ ِﺭﺎَﻬﱠﻨﻟﺍَﻭ ِﻞْﻴﱠﻠﻟﺍ ِﻑ َﻼِﺘْﺧﺍَﻭ ِﺽْﺭَ ْﻷﺍَﻭ ِﺕﺍَﻮَﻤﱠﺴﻟﺍ ِﻖْﻠَﺧ ﻲِﻓ ﱠﻥِﺇ ِﻖْﻠَﺧ ﻲِﻓ َﻥﻭُﺮﱠﻜَﻔَﺘَﻳَﻭ ْﻢِﻬِﺑﻮُﻨُﺟ ﻰَﻠَﻋَﻭ ﺍًﺩﻮُﻌُﻗَﻭ ﺎًﻣﺎَﻴِﻗ َ ﱠﷲ َﻥﻭُﺮُﻛْﺬَﻳ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ﺭﺎﱠﻨﻟﺍ َﺏﺍَﺬَﻋ ﺎَﻨِﻘَﻓ َﻚَﻧﺎَﺤْﺒُﺳ ًﻼِﻁﺎَﺑ ﺍَﺬَﻫ َﺖْﻘَﻠَﺧ ﺎَﻣ ﺎَﻨﱠﺑَﺭ ِﺽْﺭَ ْﻷﺍَﻭ ِﺕﺍَﻮَﻤﱠﺴﻟﺍ inna fī khalaqi al- samawāti wal al-arḍi wakhtilāfi al-laili wa an- nahāri la –āyātin lī-ulī al-bābi al-lazīna yażkurūna allāha qiyāman wa qu’ ūdan wa ‘alā junūbihim, wayatfakkarūna fī khalq as-samawāti wa al-arḍi rabbanā mākhalaqta hażā bā ṭilā n sub Ḥ anāka faqinā ‘ażāba an-nāru “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.Q.S.3:190-191 Contoh syair yang biasanya di lantunkan bersama alat musik ini, seperti syair dari Hamzah Fansuri yang merupakan pengaruh langsung dari penyair Arab, salah satunya Ibnu Arabi, adalah penggunaan kata ALLAH SWT pada akhir setiap baris dalam satu bait. Seperti pada syairnya berikut ini: Universitas Sumatera Utara 52 Sabda rasul al-sakhi habib Allah Yakni: yang sakhi itu wali Allah Barang siapa bakhil da’im baid Allah Dunia akhirat ‘aduww Allah Menurut dari pusat penelitian dan pengkajian kebudayaan Islam IAIN Ar-Raniry tahun 1999 berikut contoh terjemahan ayat-ayat suci Al-qur’an yang ia terjemahkan ke dalam Bahasa Aceh dengan bentuk syair. Surah Al Fatihah, ayat 1 dan 2: ﻦﻴﻤﻟﺎﻌﻟﺍ ﺏﺭ ﷲ ﺪﻤﺤﻟﺍ ﻢﻴﺣﺮﻟﺍ ﻦﻣﺮﻟﺍ Al ḥamdu lillāhi rabbi l-’ālamīn Ar ra ḥmāni r-raḥīm Ngon Nama Allah lon Peuphon Tuhan Hadharat yang Maha Murah Tuhanku sidroe geumaseh that-that Donya akhirat rahmat meulimpah Sigala pujoe bandum lat batat Bandum yang meuhat milek Potallah Nyang peujeut alam timu ngon barat Bandum lat batat beunejeut Allah. Universitas Sumatera Utara 53

2. Rebana