8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan Agency Theory
Dalam dunia bisnis, pemilik menghadapi permasalahan untuk mengelola perusahaannya. Dalam kondisi ini, pemilik tidak dapat mengelola sendiri
perusahaannya, akibatnya tanggung jawab pengelolaan perusahaan diberikan kepada pihak kedua yakni seorang manajer. Dalam hal ini, pemilik disebut sebagai prinsipal
dan manajer disebut sebagai agen. Prinsipal bertindak sebagai pihak yang memberikan mandat kepada agen,
sedangkan agen sebagai pihak yang mengerjakan mandat dari prinsipal. Arifah 2012 : 86 mengatakan :
Prinsipal menginginkan perusahaan dikelola dengan sebaik-baiknya oleh agen sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga dapat menghasilkan
laba, sedangkan agen menginginkan para stakeholder merasa puas dengan kinerjanya selama mengelola perusahaan yang ditunjukkan
dengan meningkatnya laba dari periode ke periode, untuk memperoleh reward atas prestasinya. Meskipun untuk mencapai hal tersebut pihak
manajemen agen terkadang menghalalkan segala cara.
Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan, menurut Jensen dan Meckling 1976 akan memunculkan perbedaan kepentingan antara
manajer dan pemegang saham. Perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen inilah yang disebut sebagai teori keagenan.
9
Inti dari Agency Theory atau teori keagenan adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik
kepentingan Scott dalam Arifah 2012 : 87. Menurut teori keagenan dari Jensen dan Meckling 1976, permasalahan
keagenan ditandai dengan adanya perbedaan kepentingan dan informasi yang tidak lengkap asymmetry information di antara pemilik perusahaan principal dengan
agen agent. Karena adanya permasalahan tersebut, timbullah biaya keagenan yang terdiri dari Jensen dan Mecling, 1976 : 1 the monitoring expenditures by the
principle, 2 the bonding expenditures by the agent, dan 3 the residual loss. The monitoring expenditures by the principle adalah biaya monitoring yang dikeluarkan
prinsipal untuk memonitor perilaku agen. Salah satu contoh biaya ini adalah biaya audit. The bonding expenditures by the agent untuk menjamin bahwa agen tidak
akan menggunakan tindakan tertentu yang akan merugikan prinsipal. Contoh biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh manajer untuk menyediakan laporan
keuangan kepada pemegang saham. Sedangkan the residual loss merupakan penurunan tingkat kesejahteraan prinsipal maupun agen setelah adanya agency
relationship. Biaya monitoring yang dikeluarkan prinsipal adalah biaya pemakaian jasa
pihak ketiga untuk meminimalkan tingkat asimetri informasi antara kedua belah pihak. Auditor merupakan pihak ketiga yang akan memeriksa laporan kondisi
perusahaan yang dikeluarkan oleh agen. Auditor membebankan biaya audit
10
berdasarkan banyak pertimbangan, seperti kondisi klien maupun kondisi auditor itu sendiri.
2.1.2 Ukuran Perusahaan