17
Menurut Wiyono dan Maulamin dalam bukunya Memahami Akuntansi Syariah di Indonesia, transaksi wakalah timbul
karena salah satu pihak memberikan suatu objek perikatan yang berbentuk jasa atau dapat juga disebut sebagai
meminjamkan dirinya untuk melakukan sesuatu atas nama diri pihak lain. Transaksi hawalah timbul karena salah satu pihak
meminjamkan suatu objek perikatan yang berbentuk uang untuk mengambil alih piutang atau utang dari pihak lain.
Selanjutnya, transaksi kafalah timbul jika salah satu pihak memberikan suatu objek yang berbentuk jaminan atas kejadian
tertentu di masa yang akan datang. Transaksi rahn timbul karena salah satu pihak meminjamkan suatu objek perikatan
yang berbentuk uang kepada pihak lainnya yang disertai dengan jaminan.
2. Murabahah
a. Pengertian Murabahah
Murabahah berasal dari kata “Ribh” yang berarti keuntungan
laba atau tambahan Widodo, 2010:19. Murabahah didefiniskan oleh para fuqaha sebagai penjualan barang seharga biaya atau
harga pokok cost barang tersebut ditambah mark up atau marjin atau keuntungan yang disepakati. Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan PSAK No. 102 paragraf 5 tentang Murabahah mendefinisikan murabahah sebagai akad jual beli sebesar biaya
18
perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.
Berdasarkan definisi tersebut, murabahah merupakan transaksi jual beli barang, di mana penjual mengungkapkan harga perolehan
kepada pembeli dan memperoleh keuntungan berdasarkan marjin yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
b. Ketentuan Murabahah
Berikut ini adalah dalil-dalil umum dari Al-quran dan Al- Hadis mengenai akad murabahah:
1 Al-Quran a QS An-Nisa: 29
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”. b QS Al-Baqarah: 280
“Dan jika orang yang terutang itu dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai
dia berkelapangan.
Dan
19
menyedekahkan sebagian atau semua utang itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.
c QS Al-Baqarah: 275
“Orang-orang yang makan mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
berpendapat, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti dari
mengambil riba; dan urusannya terserah kepada Allah. Orang yang kembali mengambil riba, maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya”. 2 Al-Hadis
Beberapa dalil dari Al-Hadis adalah sebagai berikut: a Dari Abu S
a‟id Al-Khudri bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama
suka”. HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan sahih menurut Ibnu Hibban
b Rasulullah saw. bersabda: “Ada tiga hal yang mengandung
keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
20
mudharabah dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan
rumah tangga bukan untuk dijual”. HR. Ibnu Majah dari Shuhaib
c “Sumpah itu melariskan barang dagangan, akan tetapi akan
menghapus keberkahannya”. HR. Imam Bukhari d
“Penundaan pembayaran yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu bentuk kezaliman”. Diriwayatkan
oleh Ash-Shahihain e
“Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya di hari
kiamat dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya”. HR. Imam Muslim
f “Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila
ia menjual dan membeli serta di dalam menagih haknya”.
Diriwayatkan dari
Shahabat Abu
Hurairrah Radhiyallahu‟anhu
c. Jenis-jenis Murabahah
Murabahah digolongkan menjadi dua jenis oleh Riza 2012:145, yaitu:
1 Murabahah Berdasarkan Pesanan Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian
barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk
21
membeli barang yang dipesannya. Murabahah yang bersifat mengikat berarti pembeli harus membeli barang yang
dipesannya dan tidak dapat membatalkan pesanannya. Adapun murabahah yang bersifat tidak mengikat bahwa walaupun telah
memesan barang tetapi pembeli tersebut tidak terikat maka pembeli dapat menerima atau membatalkan barang tersebut.
Negosiasi dan Persyaratan Akad
Serah terima barang Bayar Kewajiban
Beli barang Barang dikirim
secara tunai
Gambar 2.1 Murabahah Berdasarkan Pesanan
Sumber: Riza, 2012, hlm 145
2 Murabahah Tanpa Pesanan Murabahah ini termasuk jenis murabahah yang bersifat
tidak mengikat. Murabahah ini dilakukan tidak melihat ada Penjual
Ba‟i Pembeli
Musytari
Produsen Supplier
22
yang memesan atau tidak sehingga penyediaan barang dilakukan sendiri oleh penjual.
Barang mabi‟
Akad
Cost + margin
Gambar 2.2 Murabahah Tanpa Pesanan
Sumber: Riza, 2012, hlm 146
d. Rukun dan Syarat Murabahah
Menurut Widodo 2010:25 dalam bukunya Seluk Jual Beli Murabahah Perspektif Aplikatif, rukun murabahah dapat
dijelaskan sebagai berikut: 1 Penjual
Ba‟i Penjual dalam hal ini adalah Lembaga Keuangan Islam
LKI, yaitu dapat berupa Bank Umum Syariah BUS, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS, atau Baitul wa Tamwil
BMT yang disebut dengan istilah Koperasi Jasa Keuangan Syariah KJKS.
Penjual Ba‟i
Pembeli Musytari
23
2 Pembeli Musytari Pembeli dalam hal ini adalah nasabah, baik sebagai
pembeli akhir ataupun selaku pedagang. Para pihak yang berakad dipersyaratkan harus cakap menurut hukum. Dalam
pengertian hukum syara‟ harus sudah baligh dan dalam kaitannya dengan hukum perdata sebagai hukum positif, yang
bersangkutan minimal harus berusia 21 tahun. 3 Barang yang Menjadi Objek Jual-Beli
Mabi‟ Barang yang menjadi objek jual-beli dipersyaratkan harus
jelas dari segi sifat, jumlah, jenis yang akan diperjualbelikan termasuk halalan thoyiban, dan tidak tergolong pada barang
yang haram atau yang mendatangkan mudharat. Selain itu, sifat barang harus bernilai. Objek murabahah dipersyaratkan telah
menjadi milik dan dalam penguasaan penjual. 4 Harga Barang Tsaman
Harga barang dan keuntungan harus disebutkan secara jelas jumlahnya dan satuan mata uangnya. Demikian juga cara
pembayarannya, yaitu secara tunai atau secara kredit tangguh. Jika dibayar secara kredit, waktu pembayaran dan jangka
waktunya harus jelas. Dalam konteks pembiayaan, harga jual barang adalah batas maksimal pembiayaan yang disebut plafon
atau limit.
24
5 Kontrak atau Akad Sighat atau Ijab-Qabul Dalam praktiknya, kontrak dapat dibuat secara tertulis di
bawah tangan, namun juga dapat dibuat oleh notaris. Dibandingkan dengan perjanjian di bawah tangan, perjanjian
secara notarial adalah lebih kuat.
e. Metode Penentuan Harga Jual dalam Murabahah
Menurut Wiyono dan Maulamin 2012:135, dalam ba‟i al-
murabahah, syariah memperbolehkan bank untuk mengambil keuntungan atau laba atas transaksi tersebut yang disebut marjin.
Marjin adalah laba kotor atau tingkat selisih antara biaya produksi dan harga jual di pasar Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2008:879. Dalam menentukan keuntungan ada beberapa cara, yakni sebagai berikut:
1 Bank menentukan keuntungan dari jumlah dana yang dipinjam oleh nasabah untuk membeli barang ke bank tersebut sebesar
yang disepakati kedua belah pihak, misalnya 20 dari pokok pinjaman. Apabila yang ditambahkan adalah dua kali
keuntungan per tahun, maka hasilnya sama dengan 40. Cara seperti ini memiliki kelemahan, jika dibayar lebih dari satu
tahun maka keuntungannya ditambah sebesar keuntungan satu tahun dikalikan dengan jumlah tahun, hal ini seolah-olah
sebagai tambahan karena meminjami yang ditentukan di muka, sehingga mengarah kepada riba. Jika hal ini dilakukan untuk
25
menstabilkan daya beli uang yang dipinjamkan bank, seharusnya persentase yang ditambahkan adalah sebesar
estimasi inflasi yang akan datang atau dikurangi sebesar estimasi deflasi seandainya terjadi.
Rumus harga jual cara pertama:
Harga jual = harga pokok aktiva murabahah jumlah pembiayaan + mark up laba x n tahun
2 Atas dasar dana yang dipinjam oleh nasabah, bank syariah menerapkan keuntungan transaksi misalnya 20, jika dibayar
dalam jangka satu atau dua tahun, maka untuk menstabilkan daya beli uang tersebut bank syariah dapat menambahkan
sejumlah dua kali inflasi dua tahun yang akan datang. Sebagai contoh, diperkirakan inflasi 5 per tahun maka faktor
stabilizer daya beli untuk dua tahun adalah 2 x 5 = 10. Jadi, selama dua tahun nasabah mengangsur pokok pinjaman
ditambah keuntungan dan inflasi, yaitu 10 + 20 = 30. Rumus harga jual cara kedua:
Harga jual = harga pokok aktiva murabahah jumlah pembiayaan + inflasi x n tahun + mark up
26
3 Dalam penentuan harga jual bank, bank dapat menerapkan metode penetapan harga jual berdasarkan cost plus mark up.
Rumus harga jual cara ketiga:
Harga jual = harga pokok aktiva murabahah jumlah pembiayaan + cost recovery + mark up
Cost recovery adalah bagian dari estimasi biaya operasi bank syariah yang dibebankan kepada harga pokok aktiva
murabahah atau pembiayaan. Rumus perhitungan cost recovery:
Cost recovery = harga pokok ativa murabahah atau pembiayaan x estimasi biaya operasi satu tahun
Mark up atau laba ditentukan sekian persen dari harga pokok aktiva murabahah atau pembiayaan, misalnya 10. Untuk
menghitung marjin murabahah maka kita dapat menghitung dengan rumus:
Marjin murabahah = cost recovery + mark up harga pokok aktiva murabahah pembiayaan
27
{ }
Pokok Pembiayaan k Menurut Muhammad dalam Anggadini 2009:190, metode
penetapan harga jual murabahah paling efisien adalah pada metode
penetapan harga
jual ketiga,
yaitu dengan
menambahkan cost recovery.
f. Metode Penentuan Angsuran Pokok dan Marjin dalam
Murabahah
Berdasarkan kirteria transaksi syariah yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam Kerangka Dasar Penyajian
dan Pelaporan Keuangan KDPPLK bank syariah yang berlaku mulai 1 Juni 2007, menurut Widodo 2010:37 ada beberapa
metode pricing di bawah ini yang sebagian dipraktikan oleh Lembaga Keuangan Islam LKI, antara lain:
1 Metode Marjin Anuitas Metode ini merupakan modifikasi dari metode efektif. Metode
ini mengatur jumlah angsuran pokok dan marjin yang dibayar agar sama setiap bulan. Jumlah angsuran pokok setiap bulan
akan semakin besar, sementara jumlah marjin akan semakin kecil.
Angsuran Pokok k =
{ }
Pokok Pembiayaan x
Angsuran Marjin k =
28
{ } x Pokok Pembiayaan x
Keterangan: M: Marjin
n : Jangka waktu dalam tahun k : Bulan cicilan ke-..
2 Metode Keuntungan Rata-Rata
Angsuran Pokok per Bulan =
Angsuran Marjin per Bulan =
Keterangan: M: Marjin
n : Jangka waktu dalam tahun 3 Metode Effective Rate
Metode ini menghitung marjin yang harus dibayar setiap bulan sesuai dengan saldo pokok pinjaman bulan sebelumnya.
Angsuran per bulan =
{ }
Keterangan: M: Marjin
n : Jangka waktu dalam tahun
29
4 Metode Flat Rate Dalam metode ini, perhitungan bunga selalu menghasilkan nilai
bunga yang sama setiap bulan, karena bunga dihitung dari persentasi bunga dikalikan pokok pinjaman awal.
Angsuran per bulan =
Keterangan: Pokok pembiayaan : Harga Perolehan
– Uang Muka MK
: Marjin keuntungan n
: Jangka watu dalam tahun 5 Metode Keuntungan Menurun Sliding Rate
Metode keuntungan menurun atau sliding rate merupakan kebalikan dari metode flat rate, yaitu porsi marjin dihitung
berdasarkan pokok hutang tersisa. Sehingga porsi marjin dan pokok dalam angsuran setiap bulan akan berbeda. Dalam
metode ini, porsi marjin di masa-masa awal akan sangat besar dalam angsuran perbulannya, sehingga pokok hutang akan
sangat sedikit berkurang. Jika hendak melakukan pelunasan awal maka jumlah pokok hutang akan masih sangat besar
meski merasa telah membayar angsuran yang jika ditotal jumlahnya cukup besar.
30
g. Perbandingan Kredit dengan Murabahah
Perbandingan dan perbedaan kredit pada bank konvensional dengan pembiayaan murabahah dapat dilihat dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbandingan Kredit dengan
Murabahah
No. Perihal
Kredit Murabahah
1. Sumber hukum
Hukum positif Hukum syara‟
terutama Al-Quran dan Al-Hadist
2. Orientasi
Keuntungan finansial secara
sepihak Lembaga Keuangan
Konvensional yang sifatnya duniawi
Falah, berkah dan mardho tillah,
dengan jangkauan baik duniawi
maupun ukhrowi
3. Prinsip dasar
Pinjam meminjam uang loan atau
lending Jual-beli
4. Obyek transaksi Uang money
Barang goods yang halal
5. Obyek transaksi
pembiayaan atas barang
yang belum ada Boleh
Tidak boleh
6. Jangka waktu
tenor transaksi Berjangka pendek,
menengah, panjang Berjangka pendek
dan menengah 7.
Esensi Loan plus interest
Cost plus margin 8.
Pengertian Pinjam-meminjam
uang yang pemberian dan
pelunasannya dipisahkan oleh
waktu dengan imbalan, yang
berwujud bunga Jual-beli yang
mewajibkan penjual
menyampaikan harga pokok
barang kepada pembeli ditambah
keuntungan yang besarnya sesuai
dengan kesepakatan para
pihak terkait penjual dan
pembeli
Bersambung ke halaman selanjutnya
31
Lanjutan halaman sebelumnya No.
Perihal Kredit
Murabahah 9.
Imbalan dasar Penundaan waktu
Bukan penundaan waktu
10. Imbalan
wujud Bunga
Marjin 11.
Imbalan kaitannya
dengan index Terkait
Tidak boleh terkait
12. Imbalan
rumusan matematis
Pelunasan = Pokok + Bunga
Harga jual = Harga pokok + Marjin
13. Imbalan sifat
Floating rate Penentunya adalah
LKK Fixed rate
Penentunya para pihak
14. Imbalan
potongan atau diskon
Berlaku otomatis dan pasti
Hak prerogatif penjual
15. Imbalan
berlakunya potongan atau
diskon Sebatas jangka
waktu riil kredit Nominal marjin
tidak terkait waktu
16. Imbalan
kaitannya dengan time
value of money Otomatis dan
fungsional pasti berlaku
Tidak berlaku
17. Cara
pembayaran Angsuran atau
cicilan Tunai, angsuran
atau cicilan 18.
Penggunaan atau aplikasi
transaksi Produktif dan
konsumtif Produktif dan
konsumtif
19. Manfaat
pembiayaan Modal kerja dan
investasi jangka panjang
Modal kerja dan konsumtif
20. Sifat aplikasi
kredit dan pembiayaan
murabahah Terdapat bentangan
waktu antara realisasi dan
pelunasan Terdapat
bentangan waktu antara realisasi dan
pelunasan
21. Tujuan
pembiayaan kredit atau
murabahah Pembiayaan untuk
segala hal Penggunaan modal
pembiayaan Islami yang ideal, yaitu
mudharabah dan musyarakah
Bersambung ke halaman selanjutnya
32
Lanjutan halaman sebelumnya No.
Perihal Kredit
Murabahah 22.
Keterlambatan angsuran atau
pelunasan Dikenakan denda
Dalam Islam tidak ada denda yang
bersifat menghukum
23. Denda
perlakuan secara
akuntansi Diakui sebagai
pendapatan legal LKK
Dibukukan ke rekening Dana
Sosial yang akan disalurkan untuk
kemaslahatan umat tidak terbatas pada
kalangan muslim saja
24. Kesimpulan
Lending == Murabahah
Murabahah == Lending
Sumber: Widodo, 2010, hlm 113-115
h. Cakupan Standar Akuntansi Murabahah
Standar akuntansi tentang jual beli murabahah mengacu pada Peraturan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 102 tentang
Akuntansi Murabahah yang mulai berlaku secara efektif per 1 Januari 2008. PSAK No. 102 menggantikan PSAK No. 59 yang
menyangkut tentang pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan murabahah. Menurut PSAK No. 102, cakupan
ketentuan akuntansi yang diatur dalam akuntansi murabahah dapat diterapkan untuk lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah
yang melakukan transaksi murabahah baik sebagai penjual maupun pembeli.
Pengakuan dan Pengukuran Pengakuan dan pengukuran murabahah telah diatur oleh PSAK
No. 102 2007 sebagai berikut:
33
1 Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan. Dalam transaksi ini entitas syariah
akan mencatat, yakni sebagai berikut: Nama Akun
Debit Kredit
Persediaan murabahah Rp xx
Kas Rp xx
2 Pengukuran persediaan murabahah setelah perolehan terbagi dua, yaitu aktiva tersedia untuk dijual dalam murabahah
pesanan mengikat dan pesanan tidak mengikat. Adapun pengukuran untuk aktiva tersedia untuk dijual dalam
murabahah pesanan mengikat adalah sebagai berikut: a Dinilai sebesar biaya perolehan, dan
b Jika terjadi penurunan nilai aktiva karena usang, rusak, atau kondisi lainnya, penurunan nilai tersebut diakui sebagai
beban dan mengurangi nilai aset. Dalam hal terjadi penurunan nilai, maka akan dicatat yakni sebagai berikut:
Nama Akun Debit
Kredit Beban penurunan nilai
Rp xx Persediaan murabahah
Rp xx
Kerugian penurunan dilaporkan di laporan laba rugi sebagai beban lain-lain dan persediaan murabahah akan berkurang
sebesar nilai kerugian tersebut.
34
Apabila dalam murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat maka pengukurannya adalah
sebagai berikut: a Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang
dapat direalisasikan, mana yang lebih rendah, dan b Jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari
biaya perolehan maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Dalam hal ini entitas akan mencatat pengakuan kerugian,
yakni sebagai berikut: Nama Akun
Debit Kredit
Kerugian penurunan
nilai persediaan murabahah
Rp xx Cadangan
penurunan nilai
persediaan murabahah Rp xx
3 Diskon atau potongan pembelian dari pemasok diakui sebagai: a Pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi
sebelum akad murabahah; b kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad
murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli;
c tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad menjadi hak penjual;
d pendapatan operasi lain, jika setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan dalam akad.
35
4 Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah keuntungan yang
disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi,
yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan piutang. Pada waktu akad, bank syariah akan mencatat sebagai berikut:
Nama Akun Debit
Kredit Kas Piutang murabahah
Rp xx Persediaan murabahah
Rp xx Pendapatan marjin murabahah
Rp xx 5 Keuntungan murabahah diakui:
a Pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan secara tunai atau secara tangguh yang tidak melebihi satu
tahun; atau b selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya
untuk merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari satu tahun. Metode-metode berikut ini
digunakan dan dipilih sesuai dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi murabahah nya:
i Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah. Metode ini penerapan untuk murabahah tangguh
dimana risiko penagihan kas dari piutang murabahah dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya
36
relatif kecil. Untuk itu, keuntungan akan dicatat dalam jurnal sebagai berikut:
Nama Akun Debit
Kredit Piutang murabahah
Rp xx Persediaan murabahah
Rp xx Pendapatan marjin murabahah
Rp xx ii Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas
yang berhasil ditagih dari piutang murabahah. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana
risiko piutang tak tertagih relatif besar dan atau beban untuk mengelola dan menagih piutang tersebut relatif
besar juga. Untuk itu, jurnal yang harus dibuat saat penyerahan aset murabahah adalah sebagai berikut:
Nama Akun Debit
Kredit Piutang murabahah
Rp xx Persediaan murabahah
Rp xx Marjin murabahah tangguhan
Rp xx Pada saat menerima pelunasan piutang murabahah dan
mengakui keuntungan murabahah secara proporsional dengan kas yang diterimanya:
Nama Akun Debit
Kredit Kas
Rp xx Marjin murabahah tangguhan
Rp xx Piutang murabahah
Rp xx Pendapatan marjin murabahah
Rp xx
37
iii Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. Metode ini terapan untuk transaksi
murabahah tangguh dimana risiko piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta
penagihannya cukup besar. Dalam praktiknya metode ini jarang digunakan, karena transaksi murabahah
tangguh mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan kasnya. Untuk metode
ini, jurnal yang harus dibuat pada saat penyerahan aset adalah sebagai berikut:
Nama Akun Debit
Kredit Piutang murabahah
Rp xx Persediaan murabahah
Rp xx Marjin murabahah tangguhan
Rp xx
Pada saat menerima pelunasan piutang murabahah secara keseluruhan dan mengakui keuntungan
murabahah: Nama Akun
Debit Kredit
Kas Rp xx
Marjin murabahah tangguhan Rp xx
Piutang murabahah Rp xx
Pendapatan marjin murabahah Rp xx
6 Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi secara tepat waktu atau lebih cepat dari
38
waktu yang disepakati diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah.
7 Potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut: a Jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat
waktu, maka diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah. Jurnal yang harus dibuat yakni:
i Pada saat pengakuan keuntungan murabahah: Nama Akun
Debit Kredit
Marjin murabahah tangguhan Rp xx
Pendapatan marjin murabahah Rp xx
ii Pada saat menerima pelunasan dan mengakui potongan angsuran sebagai pengurang keuntungan murabahah:
Nama Akun Debit
Kredit Kas
Rp xx Pendapatan marjin murabahah
Rp xx Piutang murabahah
Rp xx b Jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran
pembeli, maka diakui sebagai beban. Untuk potongan pelunasan dini, entitas akan mencatat
pengakuan pada saat penyelesaian dengan jurnal, yakni: a Pada saat pengakuan keuntungan murabahah:
Nama Akun Debit
Kredit Marjin murabahah tangguhan
Rp xx Pendapatan marjin murabahah
Rp xx
39
b Pada saat menerima pelunasan: Nama Akun
Debit Kredit
Kas Rekening nasabah Rp xx
Beban lain-lain – potongan
angsuran murabahah Rp xx
Piutang murabahah Rp xx
8 Denda dikenakan apabila pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad dan denda yang diterima
diakui sebagai bagian dana kebajikan qardhul hasan. Pada saat diterima denda diakui sebagai bagian dana sosial dan pada
saat menerima denda entitas akan mengakui adanya penambahan sumber dana kebajikan. Jurnal yang dibuat untuk
mencatat denda: Nama Akun
Debit Kredit
Kas Rekening pembeli Rp xx
Rekening simpanan wadiah –
dana kebajikan qardhul hasan Rp xx
9 Uang muka urbun Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah sebagai berikut:
a Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima;
b jika barang dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai pembayaran piutang merupakan bagian pokok;
40
c jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah diperhitungkan
dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual. Atas uang muka tersebut di atas, penjual akan membuat
pencatatan, yakni: a Pada saat menerima uang muka, jurnal yang dibuat:
Nama Akun Debit
Kredit Kas Rekening pembeli
Rp xx Kewajiban lain
– uang muka murabahah
Rp xx
b Pada saat barang dibeli oleh pembeli, jurnal yang dibuat: Nama Akun
Debit Kredit
Piutang murabahah Rp xx
Marjin murabahah tangguhan Rp xx
Persediaan murabahah Rp xx
Kewajiban lain – uang muka
murabahah Rp xx
Piutang murabahah Rp xx
c Jika pembeli batal membeli barang maka penjual akan mencatat pengembalian uang muka setelah dipotong biaya
administrasi, jurnal yang dibuat: Nama Akun
Debit Kredit
Kewajiban lain – uang muka
murabahah Rp xx
Pendapatan lain-lain Rp xx
Kas Rekening pembeli Rp xx
41
Uang muka murabahah diakui sebagai bagian dari kewajiban atau utang di neraca, apabila sudah terjadi akad murabahah maka utang
tersebut akan menjadi nol dan piutang murabahah akan dikurangi sebesar uang muka tersebut.
Penyajian Penyajian transaksi murabahah di laporan keuangan bergantung
pada rekening yang terpengaruh oleh transaksi murbahah. Berikut adalah penyajian rekening-rekening yang berkaitan dengan
transaksi murabahah: 1 Piutang Murabahah
Piutang murabahah disajikan di neraca pada bagian aset dengan nama rekening piutang murabahah. Berdasarkan PSAK
No. 102, piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi
penyisihan kerugian piutang. 2 Keuntungan Murabahah Tangguhan
Keuntungan murabahah tangguhan disajikan di neraca pada bagian aset dengan nama keuntungan murabahah tangguhan
sebagai pengurang contra account piutang murabahah. Piutang murabahah belum jatuh tempo terdiri atas piutang
murabahah lancer. Adapun piutang murabahah jatuh tempo terdiri atas piutang murabahah dalam perlakuan khusus,
42
piutang murabahah kurang lancer, piutang murabahah diragukan, dan piutang murabahah macet.
3 Aset Murabahah Rekening ini disajikan di neraca pada bagian aset. Namun
demikian, dikarenakan setelah melakukan transaksi pembelian pihak bank syariah melakukan penyerahan aset murabahah
kepada pembeli, maka rekening ini biasanya memiliki saldo nol. Bank mendebit dan mengkredit rekening aset murabahah
secara bersamaan dengan jumlah yang sama. 4 Keuntungan Murabahah
Rekening ini disajikan di laporan laba rugi pada bagian pendapatan dengan nama rekening keuntungan murabahah.
Rekening keuntungan murabahah merupakan gabungan total saldo murabahah akrual dan total saldo murabahah kas. Bank
syariah pada umumnya menyampaikan laporan bagi hasil tahunan maupun secara bulanan kepada nasabah.
Pengungkapan Berdasarkan PSAK No. 102, bank syariah sebagai penjual harus
mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada:
1 Harga perolehan aset murabahah; 2 janji pemesanan murabahah berdasarkan pesanan sebagai
kewajiban atau bukan;
43
3 pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
i. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 55
Buletin Teknis No. 9 yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 16 Januari 2013 menyebutkan bahwa
lembaga keuangan syariah yang menerapkan anuitas untuk pengakuan laba transaksi pembiayaan murabahah sesuai Fatwa
DSN No. 84DSN-MUIXII2012 harus melakukan pengakuan dan pengukuran sesuai dengan ketentuan pada PSAK No. 55, termasuk
akuntansi untuk penurunan nilai dari pembiayaan murabahah. Pengakuan dan pengukuran ini terdapat dalam paragraf 17 sampai
paragraph 20 tentang Suku Bunga Efektif, yaitu: 1 Entitas harus memasukkan kerugian kredit yang terjadi dalam
estimasi arus kas ketika menghitung suku bunga efektif Paragraf 17.
2 Apabila entitas menerapkan metode suku bunga efektif, maka entitas tersebut mengamortisasi setiap fee, poin yang
dibayarkan atau diterima, biaya transaksi, dan premium atau diskonto lainnya yang termasuk dalam perhitungan suku bunga
efektif selama perkiraan umur instrumen tersebut Paragraf 18. 3 Untuk aset keuangan dan liabilitas keuangan dengan suku
bunga mengambang, estimasi ulang yang dilakukan secara berkala atas arus kas guna mencerminkan pergerakan suku
44
bunga pasar akan memengaruhi suku bunga efektifnya Paragraf 19.
4 Jika entitas merevisi estimasi pembayaran atau penerimaannya, maka entitas menyesuaikan nilai tercatat aset keuangan atau
liabilitas keuangan atau kelompok instrumen keuangan untuk mencerminkan arus kas aktual dan arus kas estimasi yang telah
direvisi. Entitas menghitung kembali nilai tercatat dengan menghitung nilai kini dari estimasi arus kas masa depan
menggunakan suku bunga efektif awal dari instrumen keuangan tersebut. Penyesuaian ini diakui sebagai pendapatan atau beban
dalam laba rugi Paragraf 20. Dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia 2008:170
yang dikutip oleh Febriati 2013:210, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai CKPN adalah cadangan yang wajib dibentuk
bank jika terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan sebagai akibat dari satu
atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut peristiwa yang merugikan dan berdampak pada estimasi
arus kas masa depan. Jumlah cadangan kerugian diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini estimasi
arus kas masa depan yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan.
45
Ketentuan PSAK No. 55 mengenai pengakuan cadangan kerugian penurunan nilai terdapat pada paragraf 102, yaitu proses
estimasi terhadap jumlah kerugian penurunan nilai dapat menghasilkan satu nilai atau kisaran range nilai kerugian yang
mungkin terjadi. Dalam hal yang terakhir, entitas harus mengakui kerugian akibat penurunan nilai sebesar estimasi terbaik dalam
kisaran tersebut dengan mempertimbangkan seluruh informasi relevan yang tersedia sebelum laporan keuangan diterbitkan
mengenai kondisi yang terjadi pada tanggal neraca. Ketentuan PSAK No. 55 mengenai pengukuran cadangan kerugian penurunan
nilai terdapat pada paragraf 65 yang meingindikasikan bahwa kerugian penurunan nilai dapat dikatakan telah terjadi jika terdapat
bukti objektif penurunan nilai, yaitu jumlah kerugian penurunan nilai untuk pinjaman yang diukur pada biaya perolehan
diamortisasi adalah selisih antara nilai tercatat pinjaman dengan nilai kini pembayaran pokok pinjaman dan bunga di masa datang
yang didiskonto pada suku bunga efektif awal pinjaman tersebut.
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam
Tabel 2.2.
46
Tabel 2.2 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Anita
Rahmawaty 2007
Ekonomi Syariah: Tinjauan Kritis
Produk Murabahah
dalam Perbankan Syariah di
Indonesia Penelitian tentang
murabahah dan dilakukan dengan studi literatur
Objek penelitian, tidak dilakukan dengan studi
kasus pada perbankan syariah secara langsung
Perlu adanya perbaikan dalam pelaksanaan murabahah karena
konsep jual-beli murabahah bergeser menjadi konsep
peminjaman uang loan
2. Abdul
Shomad 2009
Bay; Al- Murabahah
Deffered Payment Sale di
Lingkungan Bank Syariah
Penelitian tentang murabahah dan dilakukan
dengan studi literatur Objek penelitian, tidak
dilakukan dengan studi kasus pada perbankan
syariah secara langsung Praktik murabahah di
lingkungan syariah bertindak seperti meminjamkan uang.
Bukan seperti jual-beli
3. Sri Dewi
Anggadini 2009
Penerapan Margin Pembiayaan
Murabahah Pada BMT As-Salam
Pacet
– Cianjur Penelitian tentang
murabahah dan dilakukan dengan studi literature
dan studi kasus Objek penelitian,
dilakukan di BMT As- Salam Pacet
– Cianjur Metode penetapan marjin yang
ideal untuk digunakan adalah metode mark-up pricing
Bersambung ke halaman selanjutnya
47
Lanjutan halaman sebelumnya No. Nama Peneliti
Judul Penelitian Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan
Perbedaan 4.
Edib Smolo 2010
Al-Bay Bithaman Ajil BBA as
Practiced in Malaysia: A
Critical Review Penelitian dilakukan
dengan studi literatur dan studi kasus
Objek penelitian, dilakukan di Malaysia
Penggunaan kontrak BBA secara ekstensif dan ketergantungan
bank syariah pada mode pembiayaan berbasis utang akan
menimbulkan konvergensi bank syariah menjadi bank
konvensional yang berbasis bunga
5. Kurneawati
2011 Analisis
Perlakuan Akuntansi
Piutang Murabahah Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia KCI
Gubeng Surabaya Penelitian tentang
murabahah dan dilakukan dengan studi literatur,
studi kasus Objek penelitian,
dilakukan pada PT. Bank BRI KCI Gubeng
Suarabaya BRI Syariah memberi kuasa
kepada nasabah untuk membeli barang, maka dibukukan dalam
perkiraan piutang wakalah sebesar uang yang diserahkan
kepada nasabah, sedangkan apabila barangnya telah ada dan
telah diserahkan kepada nasabah, baru dibukukan dalam perkiraan
piutang murabahah
6. Ekaputri
Ciptani Febriati
2013 Analisis
Penerapan PSAK 55 Atas Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai
Penelitian dilakukan dengan studi literatur dan
studi kasus Tidak terdapat variabel
murabahah. Objek penelitian, dilakukan pada
PT Bank BRI. Proses pengakuan CKPN oleh
PT. Bank Rakyat Indonesia. Tbk dicatat pada biaya perolehan
diamortisasi diukur menggunakan suku bunga efektif
awal instrumen, serta mempertimbangkan seluruh
eksposur pinjaman yang
Bersambung ke halaman selanjutnya
48
Lanjutan halaman sebelumnya No. Nama Peneliti Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
diberikan, bukan hanya yang berkualitas rendah dalam proses
estimasi terhadap penurunan nilai. Sedangkan pada proses
pengukuran CKPN oleh PT. Bank Rakyat Indonesia. Tbk,
aset keuangan dievaluasi secara kolektif diukur berdasarkan
kerugian historis yang pernah dialami perusahaan, yaitu
membandingkan tingkat kerugian historis aset keuangan
tersebut dengan tingkat kerugian historis dengan aset serupa yang
telah diobservasi.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
49
Metode proporsional Metode Anuitas
PSAK 102 PSAK 55
Studi kasus pada PT Bank Syariah Mandiri
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam Gambar 2.3.
Metode pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah Fatwa No. 84DSN-MUIXII2012 dan Buletin Teknis IAI No. 9
Mengacu pada Mengacu pada
Bagaimana metode pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah yang dilakukan PT Bank Syariah Mandiri?
Bersambung ke halaman selanjutnya
50
Lanjutan halaman sebelumnya
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran
Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran
51
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Objek penelitian dilakukan pada PT Bank Syariah Mandiri, yang berlokasi di Wisma Mandiri I Jl. MH. Thamrin No. 5 Jakarta 10340,
Indonesia pada tanggal 4 Juni 2013 s.d. 10 Juli 2013. Ruang lingkup penelitian ini hanya mencakup atas transaksi pembiayaan murabahah yang
dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri.
B. Metode Penelitian
1. Paradigma Penelitian