BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga
bulan Juni 2016.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan sifat dari suatu keadaan secara sistematis, yaitu untuk memeriksa
kandungan timbal dan kadmium pada lipstik yang beredar di pasaran.
3.3 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lipstik yang beredar di Pasar Petisah Medan yaitulipstik 1, lipstik 2, lipstik 3, lipstik 4, lipstik 5, dan
lipstik 6, dengana kisaran harga 10000 s.d.25000 rupiah yang diambil dari Pasar Petisah Medan.
3.4Bahan
Semua bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisa keluaran E. Merck yaituasam nitrat 65 bv, standar timbal 1000 mcgml, standar
kadmium 1000 mcgml dan akua demineralisata.
3.5 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer Serapan Atom Hitachi Zeeman-2000 dengan nyala campuran udara-asetilen
Universitas Sumatera Utara
lengkap dengan lampu katoda timbal Pb dan lampu katoda cadmium Cd , tanurStuart, kertas Whatman No.42, timbangan analitikShimadzu, botol kaca
gelap, kurs porselen, cawan penguap, spatula, pipet tetes, hot plate Shott, alat- alat gelas Pyrex dan Oberoi
3.6 Pembuatan Pereaksi 3.6.1 Larutan HNO
3
1:1 vv
Sebanyak 500 ml larutan HNO
3
65 vv diencerkan dengan 500 ml akuabides Ditjen POM RI, 1979.
3.7 Prosedur Penelitian 3.7.1 Metode pengambilan sampel
Sampel yang digunakan adalah lipstik yang beredar di Pasar Petisah Medan.Pengambilan sampel lipstik dilakukan secara purposif yang dikenal juga
sebagai sampling pertimbangan dimana sampel ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang diambil dapat mewakili populasi atau
pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan Sudjana, 2005.
3.7.2 Penyiapan sampel
Sampel berupa sediaan lipstik dikeluarkan dari sediaannya, kemudian sampel ditimbang masig-masing ± 5 gram dalam krus porselin yang telah diberi
kode sampel.Perlakuan penimbangan dan penetapan kadar timbal dilakukan sebanyak 6 kali.
3.7.3 Proses destruksi kering Masing-masing lipstik yang telah ditimbang sebanyak±5 gram dalam kurs
porselen,diarangkan di atas hot plate dengan suhu 100
o
Csampai mengarang, lalu diabukan di tanur, mula-mula pada temperatur 100
o
C dan secara perlahan-lahan
Universitas Sumatera Utara
dinaikkan interval 25
o
C setiap 5 menit sampai temperatur menjadi 500
o
C dan pengabuan dilakukan selama 48 jam. Setelah itu dibiarkandingindi dalam
desikator.Kemudian abu dilarutkan dalam 10 ml HNO
3
1:1 vv dan dipanaskan di atas hot plate dengan suhu 100
o
C sampai kering, kemudian ditanur pada suhu 500
o
C selama 1 jam Isaac, 1990.
3.7.4 Pembuatan larutan sampel
Sampel hasil dekstruksi dilarutkan dalam 5 ml HNO
3
1:1 vv hingga larut sempurna, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan kurs porselin
dibilas dengan akua demineralisata sebanyak 3 kali.Hasil pembilasan dimasukkan ke dalam labu tentukur.Setelah itu dicukupkan volumenya dengan akua
demineralisata hingga garis tanda Isaac, 1990. Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No.42 dengan membuang 2,5 ml larutan pertama hasil
penyaringan untuk menjenuhkan kertas saring kemudian filtrat selanjutnya ditampung ke dalam botol. Larutan ini digunakan untuk analisis kuantitatif.
3.7.5 Analisis Kuantitatif 3.7.5.1 Pembuatan larutan standar
3.7.5.1.1 Larutan standar timbal Pb
Larutan standar timbal 1000 ppm dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, diencerkan hingga garis tanda dengan akua
demineralisatadisebut Larutan Induk Baku I LIB I konsentrasi 10 ppm. Dari LIB I 10 ppm, dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam labu
tentukur 50 ml kemudian diencerkan hingga garis tanda dengan akua demineralisatadisebut Larutan Induk Baku II LIB II konsentrasi 2000ppb.
Universitas Sumatera Utara
3.7.5.1.2 Larutan standar kadmium Cd
Larutan standar kadmium 1000 ppm dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, diencerkan hingga garis tanda dengan akua
demineralisatadisebut larutan Induk Baku I LIB I konsentrasi 10 ppm. Dari LIB I 10 ppm, dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu
tentukur 100 ml kemudian diencerkan hingga garistanda dengan akua demineralisatadisebut Larutan Induk Baku II LIB II konsentrasi 100 ppb.
3.7.5.2 Pembuatan kurva kalibrasi 3.7.5.2.1 Pembuatan kurva kalibrasi timbal Pb
Dari LIB II 2000 ppb dipipet masing-masing sebanyak 1,25 ml; 2,5 ml; 3,75 ml; 5 ml; 6,25 ml. Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam lima buah
labu ukur 50 ml yang berbeda kemudian diencerkan dengan akua demineralisatahingga garis tanda dan dikocok hingga homogen sehingga
diperoleh konsentrasi 50 ngml; 100 ngml; 150 ngml; 200 ngml; 250 ngml dan diukur absorbansi pada panjang gelombang 283,3 nm, atomisasi dilakukan dengan
nyala udara-asetilen dengan laju alir 2,0 Lmenit, tinggi burner 7,5 cm, dan lebar celah 0,7 nm.
3.7.5.2.1Pembuatan kurva kalibrasi kadmium Cd
Dari LIB II 100 ppb dipipet masing-masing sebanyak 1,5 ml; 3 ml; 4,5 ml; 6 ml; 7,5 ml. Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam lima buah labu
ukur 50 ml yang berbeda kemudian diencerkan dengan akua demineralisatahingga garis tanda dan dikocok hingga homogen sehingga diperoleh konsentrasi 3 ngml;
6 ngml; 9 ngml; 12 ngml; 15 ngml dan diukur absorbansi pada panjang
Universitas Sumatera Utara
gelombang 228,8 nm, atomisasi dilakukan dengan nyala udara-asetilen dengan laju alir 1,8 Lmenit, tinggi burner 5 cm, dan lebar celah 0,7 nm.
3.7.5.3 Pengukuran larutan sampel dengan spektrofotometer serapan atom
Larutan hasil destruksi digunakan untuk pengukuran logam timbal dan kadmium pada panjang gelombang 283,3 nm dan 228,8 nm. Persiapkan
spektrofotometer serapan atom dengan baik. Pasang lampu katoda timbal untuk penentuan kadar timbal dan lampu katoda kadmium untuk penentuan kadar
kadmium. Kemudian ukur absorbansi sampel dengan masing-masing kurva kalibrasi kedua logam.
3.7.5.3.1 Penghitungan kadar timbal dan kadmium
Data yang diperoleh dari pengukuran serapan larutan standar dibuat kurva kalibrasinya.Konsentrasi larutan sampel dihitung berdasarkan kurva
kalibrasi larutan standar. Menurut Gandjar dan Rohman 2007, kadar logam dalam sampel dapat dihitung dengan persamaan:
Kadar mgl =
Vs Fp
x V
x X
Keterangan: X = konsentrasi analit dalam sampel ppm atau ppb
V = volume total larutan sampel yang diperiksa mL FP = faktor pengenceran dari larutan sampel
Bs = volumesampel yang diambil L
3.7.5.3.2 Penolakan hasil pengamatan
Universitas Sumatera Utara
Kadar timbal dan kadmium yang diperoleh dari hasil pengukuranmasing- masing larutan sampel dianalisis dengan metode standar deviasi. Menurut Sudjana
2005 perhitungan standar deviasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
SD = 1
- n
X -
Xi
2
∑
Keterangan : Xi = Kadar sampel
X
= Kadar rata-rata sampel n = Jumlah pengulangan
Untuk mencari t hitung digunakan rumus:
t
hitung
= n
SD X
- Xi
dan untuk menentukan kadar logam di dalam sampel dengan interval kepercayaan 99, α = 0,01, dk = n-1, dapat digunakan rumus:
Kadar Logam: µ =
X
± tα2, dk x SD √n Keterangan:
X
= Kadar rata-rata sampel SD
= Standar Deviasi dk
= Derajat kebebasan dk = n-1 α
= Interval kepercayaan n
= Jumlah perlakuan
3.7.5.4 Validasi metode analisis 3.7.5.4.1 Uji perolehan kembali Recovery
Universitas Sumatera Utara
Uji perolehan kembali dilakukan dengan metode penambahan larutan standar standard addition method. Pertama-tama dilakukan penentuan kadar
logam dalam sampel, selanjutnya dilakukan penentuan kadar logam dalam sampel setelah penambahan larutan standar dengan konsentrasi tertentu Harmita, 2004.
Sampel sebanyak ±5 gram lalu ditambahkan 3 mL larutan baku timbal konsentrasi 500ngmL dan1 mL larutan baku kadmium konsentrasi 100
ngmL, kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi keringseperti yang telah dilakukan sebelumnya. Lakukan langkah kerja yang sama untuk uji perolehan
kembali kadmium dengan penambahan larutan baku masing-masing. Menurut Harmita 2004, persen perolehan kembali dapat dihitung dengan
rumus di bawah ini: Perolehan Kembali =
A A
F
C C
- C
x 100 Keterangan:
C
A
= Kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku C
F
= Kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku C
A
= Kadar larutan baku yang ditambahkan
3.7.5.4.2 Penentuan Linearitas
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik,
proposional terhadap konsentrasi analit dalam sampel Harmita, 2004. Hubungan linier dikatakan paling baik bila koefisien korelasi yang diperoleh mendekati 1
dan batas persyaratan dari koefisien korelasi masih dapat diterima adalah r ≥ 0,95
menunjukkan korelasi yang erat yang menyatakan adanya hubungan antara X
Universitas Sumatera Utara
konsentrasi dan Y absorbansi Shargel dan Andrew, 1985. Respon linear ditunjukkan melalui persamaan garis sebagai berikut:
y = ax + b dimana :
y = absorbansi x = konsentrasi
a = slope atau kemiringan kurva standar b = Intersep atau perpotongan terhadap sumbu y
3.7.5.4.3 Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi
Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi
merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi
kriteria cermat dan seksama.
Menurut Harmita 2004, batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Simpangan Baku X
SY =
2 n
Yi Y
2
− −
∑
Batas deteksi LOD =
slope X
SY x
3
Batas kuantitasi LOQ =
slope X
SY x
10
3.7.5.4.4 Simpangan baku relatif
Menurut Harmita 2004, keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi
Universitas Sumatera Utara
merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang
homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan.
Menurut Harmita 2004, rumus untuk menghitung simpangan baku relatif sebagai berikut:
RSD = 100
X SD ×
Keterangan: X
= Kadar rata-rata sampel SD
= Standar Deviasi RSD
= Relative Standard Deviation
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Kuantitatif 4.1.1Kurva kalibrasi timbal dan kadmium
Kurva kalibrasi timbal dan kadmium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan baku keduanya pada panjang gelombang masing-masing.
Kurva kalibrasi larutan timbal dan kadmium dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Timbal Pb
Gambar 4.2Kurva Kalibrasi Kadmium Cd
Y = 0,0000338289X – 0,0000285714
Y = 0,0000954286X + 0,0000476190
Konsentrasi ngml Konsentrasi ngml
Universitas Sumatera Utara