8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan kerja
Menurut Wowo Sunaryo 2014, kesehatan kerja adalah suatu keadaan seorang pekerja yang terbebas dari gangguan fisik dan mental sebagai akibat
interaksi pekerjaan dan lingkungan. Menurut Anies 2014, kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian pekerja antara pekerja dan lingkungan kerja
nya, baik fisik maupun psikis dalam hal carametode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun
kesejahteraan sosialnya. 2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan kondisi lingkungan kerjanya. 3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaan nya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.
2.2 Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja Pasal 1, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor PER.01MEN1981 tentang Kewajiban melapor Penyakit
Universitas Sumatera Utara
Akibat kerja. Penyakit akibat kerja merupakan manifestasi dari kesehatan kerja atau kondisi kesehatan dari tenaga kerja atau pekerja. Secara umum terdapat tiga
macam cedera tubuh, yaitu : 1. Cumulative trauma disorders CTD
Cumulative trauma disorders trauma gangguan kumulatif, atau dikenal
sebagai repetitive strain injury RSI atau cedera regangan berulang, didefinisikan sebagai gangguan pada otot, tendon, saraf, dan pembuluh darah yang disebabkan
atau diperparah oleh pengerahan tenaga atau gerakan berulang. 2. Repetitive Strain Injuries RSI
Repetitive strain injury RSI adalah istilah umum yang digunakan untuk
merujuk pada beberapa kondisi disktit yang dapat dikaitkan dengan tugas yang berulang, pengerahan kekuatan tenaga, getaran, kompresi mekanik yang
berkelanjutan. Contoh: kondisi yang dapat dikaitkan dengan penyebab tersebut termasuk edema, tendinitis, carpal tunnel syndrome, cubital syndrome, de
quervain syndrome, thoracic outlet syndrome, intersection syndrome, golfers elbow medial epicondylitis, tennis elbow lateral epicondytis, trigger finger,
radial tunnel syndrome, and focal dystonia. 3. Musculoskeletal Disorders MSDs
Menurut Wowo Sunaryo 2014 gangguan musculuskeletal MSDs adalah cedera pada otot, saraf, tendon, ligamen, sendi, tulang rawan atau cakram tulang
belakang. MSDs biasanya hasil dari setiap peristiwa sesaat atau akut seperti slip, perjalanan, atau jatuh, selain itu mencerminkan perkembangan yang lebih
bertahap atau kronis.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja
Menurut Anies 2014, di tempat kerja terdapat faktor-faktor yang menjadi penyebab penyakit akibat kerja sebagai berikut:
1. Bahaya Fisik Bahaya fisik adalah yang paling umum dan akan hadir di sebagian besar
tempat kerja pada suatu waktu tertentu. Golongan fisik, seperti : a. Suara yang bisa menyebabkan pekak atau tuli
b. Radiasi. Radiasi dapat berupa radiasi pengion dan radiasi non pengion. Radiasi pengion misalnya berasal dari bahan-bahan radioaktif yang
menyebabkan antara
lain penyakit-penyakit
sistem darah
dan kulit.Sementara radiasi non pengion, misalnya radiasi elektromagnetik
yang berasal dari peralatan yang mnggunakan listrik. Radiasi sinar inframerah bisa menyebabkan katarak pada lensa mata, sedangkan sinar
untravioler menjadi penyebab conjungtivitis photo electrica. c. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke heat cramps atau
hyperpyrexia, sedangkan suhu-suhu yang rendah antara lain menimbulkan frosbite.
d. Tekanan yang tinggi menyebabkan caisson disease. e. Penerangan lampu yang kurang baik, misalnya menyebabkan kelainan
pada indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.
Universitas Sumatera Utara
2. Bahaya Bahan Kimia Bahan kimia adalah zat yang memiliki karakteristik dan efek, dapat
membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia. Bahaya kimiawi, yaitu : a. Debu yang menyebabkan pnemokoniosis, diantaranya : silikosis, bisinosis,
asbestosis, dan lain-lain. b. Uap yang diantaranya menyebabkan metal fume fever dermatitis atau
keracunan. c. Gas misalnya keracunan oleh CO, H
2
S, dan lain-lain. d. Larutan yang dapat menyebabkan dermatitis.
e. Awan atau kabut, misalnya racun serangga, racun jamur, dan lain-lain yang dapat menimbulkan keracunan.
3. Bahaya Biologi Bahaya biologi adalah organisme atau zat yang dihasilkan oleh
organisme yang mungkin menimbulkan ancaman bagi kesehatan dan keselamatan manusia. Golongan Infeksi, misalnya oleh bakteri, virus, parasit, maupun jamur.
4. Bahaya Ergonomi Bahaya ergonomi terjadi ketika jenis pekerjaan, posisi tubuh dan kondisi
kerja meletakkan beban pada tubuh. Penyebabnya paling sulit untuk untuk di identifikasi secara langsung karena kita tidak selalu segera melihat ketegangan
pada tubuh atau bahaya-bahaya ini saat melakukan. Bahaya ergonomi yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan kontruksi mesin, sikap badan kurang baik,
salah cara melakukan pekerjaan, dan lain-lain yang semuanya menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
kelelahan fisik, bahkan lambat laun berpengaruh pada perubahan fisik tubuh pekerja.
5. Bahaya mental-psikologis Bahaya psikologis menyebabkan pekerja mengalami tekanan mental atau
gangguan. Meskipun termasuk klasifikasi bahaya yang agak baru, sangat penting bahwa bahaya psikologis secara menyeluruh diidentifikasi dan dikendalikan.
2.3 Ergonomi
Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani : ergo kerja dan nomosperaturan, hukum Suma’mur, 2009. Menurut Tarwaka 2004 ergonomi
adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara jenis fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas
maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik. Sedangkan
menurut Suma’mur 2009 ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai
penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaan nya, yang manfaat dari padanya diukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja.
Sementara International Labour Organization ILO mendefinisikan ergonomi sebagai berikut : Penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa
untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimal dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan Anies,
2014. Ergonomi memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja Nurmianto, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Wowo Sunaryo 2014 yang mengutip pendapat MrCormicks dan Sander, memberikan penekanan ergonomi ditinjau dari tiga aspek, yaitu :
1. Faktor Utama Pertimbangan faktor manusia dalam perancangan barang buatan,prosedur
kerja dan lingkungan kerja. Perhatian ergonomi terkait dengan interaksi manusia dengan barang buatan sebagai produk, peralatan kerja, fasilitas kerja, prosedur
yang dilakukan dalam bekerja secara rutin. 2. Tujuan
Tujuan utama adalah meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja, serta memperbaiki keamanan dan keselamatan kerja, mengurangi kelelahan dan stres,
meningkatkan kenyamanan kerja, memperbaiki kualitas hidup dan lingkungan kerja.
3. Pendekatan Aplikasi sistematik dari informasi yang relevan mengenai keunggulan,
keterbatasan, karakteristik, perilaku, dan motivasi manusia terhadap rancangan produk dan prosedur yang digunakan serta lingkungan kerja atau para pengguna
barang buatan.
2.3.1 Risiko Ergonomi
Menurut Wowo Sunaryo 2014 risiko ergonomi merupakan suatu risiko yang menyebabkan cedera akibat kerja, hal itu termasuk hal-hal berikut ini :
1. Penggunaan tenaga kekuatan mengangkat, mendorong, menarik, dan lain- lain.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengulangan, melakukan jenis kegiatan yang sama dari suatu pekerjaan dengan menggunakan otot atau anggota tubuh berulang kali.
3. Kelenturan tubuh lenturan, puntir, jangkauan atas. 4. Pekerjaan statis, diam didalam satu posisi pada suatu periode waktu tertentu.
5. Getaran mesin-mesin. 6. Kontak tegangan, ketika memperoleh suatu permukaan benda tajam dari suatu
alat atau benda kerja terhadap bagian atau tubuh.
2.4 Sikap Kerja
Menurut Anies 2014, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dengan sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan, yaitu :
1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau berdiri secara bergantian.
2. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statik diperkecil.
3. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak membebani, tetapi dapat memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang tidak dipakai untuk
bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh paha. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan relaksasi darah dan
sensibilitas pada paha, mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas.
Universitas Sumatera Utara
Sikap tubuh dalam bekerja terdiri dari : 1. Kerja Duduk
Beberapa jenis pekerjaan ada yang harus dilayani pekerja sambil duduk,seperti juru tik, pekerjaan di laboratorium, tukang jahit manual atau
bertenaga motor listrik garment, pengeditan film, sopir dan sebagainya. Meskipun pelayanan dilakukan sambil duduk, masing-masing memiliki bobot
yang berbeda baik dilihat dari faktor tuntutan intelektual, persepsi dan tenaga. Posisi pelayanan kerja dengan posisi duduk, tentunya dapat digeneralisasi
sebab tukang tik yang menghadap monitor dengan penuh konsentrasi, akan berbeda dengan tukang jahit manual, atau dengan pengrajin pengasah batu akik.
Ditinjau dari aspek kesehatan, bekerja dengan posisi duduk yang memerlukan waktu lama dapat menimbulkan otot perut semakin elastis, tulang belakang
melengkung, otot bagian mata terkonsentrasi sehingga cepat merasa lelah. Kejadian tersebut, jika tidak diimbangi dengan rancangan tempat duduk yang
tidak memberikan keleluasaan gerak atau alih pandang yang memadai tidak menutup kemungkinan terjadi gangguan bagian punggung belakang, ginjal, dan
mata. Bekerja untuk jangka waktu yang lama dalam posisi duduk terjadi
terutama di kantor-kantor, tetapi terjadi di industri perakitan dan pekerjaan kemasan, kadang-kadang untuk operasi mesin. Duduk memiliki sejumlah
keuntungan dibandingkan dengan berdiri. Tubuh lebih baik karena beberapa dukungan yang dapat digunakan, seperti lantai, kursi, sandaran, sandaran tangan,
Universitas Sumatera Utara
permukaan meja kerja. Oleh karena itu,posisi tubuh relatif dapat mengurangi kelelahan daripada berdiri Wowo Sunaryo, 2014.
2. Kerja berdiri setengah duduk Berdasarkan hasil penelitian Gempur, 2003 bahwa tenaga kerja bubut
yang telah terbiasa bekerja dengan posisi berdiri tegak diubah menjadi posisi berdiri setengah duduk tanpa sandaran dan setengah duduk pakai sandaran
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik antar kelompok. Kelelahan biomekanik tersebut berbanding langsung peningkatan asam
laktat dan penurunan glukosa. 3. Kerja Berdiri
Postur tubuh dalam melakukan pelayanan dengan posisi berdiri, merupakan suatu totalitas perilaku kesiagaan dalam menjaga keseimbangan fisik
dan mental Wowo Sunaryo, 2014. Bekerja berdiri statis dan lama akan membebani otot tulang belakang. Suatu perlawanan reaksi terhadap suatu beban
aksi mengakibatkan otot mengalami kontraksi yang berlebihan. Kontraksi otot tulang belakang yang kuat dalam waktu lama mengakibatkan keadaan yang
dikenal sebagai kelelahan fatique. Postur tubuh pada tenaga kerja berdiri statis tegak seperti tukang bubut, beban tubuh lebih banyak diterima oleh otot rangka
pada tulang belakang daripada kaki. Hal itu karena pada saat berdiri otot rangka tulang kaki bisa menahan tubuh bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan bisa
relaksasi. Namun,pada posisi kerja berdiri pada otot rangka tulang belakang tidak bisa relaksasi, otot itu akan menahan beban tubuh secara terus menerus. Apalagi
bila posisi berdiri membungkuk, maka akan lebih membebani otot rangka tulang
Universitas Sumatera Utara
belakang karena terjadi momen tubuh.Suatu perlawanan terhadap suatu beban momen tubuh mengakibatkan otot mengalami kontraksi yang semakin berlebihan.
Kontraksi otot rangka tulang belakang yang kuat dan lama mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan Gempur, 2013.
Menurut Wowo Sunaryo 2014, kecenderungan lainnya adalah memerlukan tenaga lebih besar dibandingkan dengan posisi duduk, mengingat
kaki sebagai tumpuan tubuh Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, hal
ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai seperti pembersih clerks, dokter gigi, penjaga tiket, tukang cukur barbers pasti
memerlukan sepatu ketika bekerja, apabila sepatu tidak pas tidak sesuai maka sangat mungkin sobek bengkak pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar
telapak kaki. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut sepatu kerja yang ergonomis. Sepatu yang baik adalah sepatu yang dapat menahan kaki
tubuh, bukan kaki direpotkan untuk menahan sepatu. Desain sepatu untuk kerja berdiri, ukuran sepatu harus lebih longgar dari ukuran telapak kaki, apabila bagian
sepatu di kaki terjadi penahanan yang sangat kuat pada tali sendi ligamnet pergelangan kaki, dan hal itu terjadi pada jangka waktu yang lama, maka otot
rangka muscles akan mudah mengalami kelelahan Gempur, 2004.
2.4.1 Sikap Kerja Tidak Alamiah
Menurut Tarwaka 2004, sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah,
misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala
Universitas Sumatera Utara
terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap
kerja tidak alamiah ini pada umunya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Di
Indonesia sikap kerja tidak alamiah ini lebih banyak disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan ukuran tubuh
pekerja.
2.4.2 Sikap kerja berulang aktivitas berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut, dan
sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi Tarwaka,
2004. Ketika bergerak ,otot dan tendon bekerja dengan memendek dan memanjang. Peradangan pada tendon dan ligamen sangat mungkin terjadi jika
gerakan yang dilakukan berulang secara terus-menerus tanpa istirahat yang cukup Hardianto dan Yassierli, 2014.
2.5 Tulang Dalam Sistem Rangka Tubuh
Muskuloskeletal berasal dari kata muskulo muskular yang berarti otot dan kata skeletal yang berarti rangkatulang. Muskulo adalah jaringan otot-otot
tubuh,yang dipelajari secara khusus melalui myologi. Sedangkan yang dimaksud dengan skeletal atau osteo adalah tulang kerangka tubuh,yang dipelajari dalam
ilmu osteologi. Otot rangka merupakan sekelompok otot untuk menggerakkan berbagai bagian kerangka. Sistem muskulo dan skeletal mempunyai fungsi yang
Universitas Sumatera Utara
saling mendukung terutama dalam proses pergerakan dan pembentukan postur tubuh Tarwoto dkk, 2009.
Menurut Wowo Sunaryo 2014 struktur otot rangka atau musculoskeletal manusia dibentuk oleh komponen utama seperti tulang, ligamen, tendon, otot dan
sendi. Fungsi utama sistem otot rangka kita adalah untuk menyokong dan melindungi anggota tubuh, mempertahankan posisi tubuh, dan menghasilkan
gerakan.
1. Tulang, Ligamen dan Tendon
Sistem rangka kita terdiri atas 206 tulang yang berhubungan satu sama lain. Tulang sangat berperan sebagai penyokong struktur tubuh dan pembentuk
formasi rangka tubuh. Fungsi lain tulang adalah untuk pergerakan bersama-sama dengan otot, terutama tulang-tulang panjang pada lengan dan kaki. Tulang terdiri
atas sel-sel, matriks organik yang tersusun dari serat kolagen, dan garam-garam anorganik, seperti fosfor dan kalsium. Bagian luar tulang berwujud padat, tapi
dalamnya terdapat perancah tulang spons yang menyerupai sarang lebah. Hal inilah yang membuat tulang kita kuat namun ringan, sehingga tulang mampu
menopang tanpa membebani kita. Berbagai jenis tulang diantaranya : 1. Tulang panjang seperti pada lengan dan kaki, yang bekerja seperti tuas
sehingga digunakan untuk menggerakkan tubuh. 2. Tulang pendek seperti pada pergelangan tangan dan kaki yang memiliki
kekuatan lebih besar dari tulang panjang namun dengan gerakan terbatas. 3. Tulang pipih seperti pada tengkorak untuk perlindungan organ tubuh
4. Tulang dengan bentuk tidak beraturan tulang belakang.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, pada tubuh kita terdapat dua jenis serat yakni kolagen dan elastik. Proporsi perbandingan kolagen dan elastic memengaruhi karakteristik
mekanis tiap jaringan yang ada pada tubuh. Karakteristik mekanis ini dapat dilihat dari berbagai aspek, meliputi : kekerasan, kekuatan, serta daya tahan terhadap
pembebanan, gaya tekan, dan torsi dari luar, baik yang bersifat tiba-tiba maupun berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama.
Ligamen merupakan jaringan yang menghubungkan antara dua buah tulang dan berfungsi untuk mempertahankan stabilitas sendi. Otot-otot terhubung
pada tulang melalui tendon. Tendon berfungsi untuk meneruskan gaya dari otot. Selain memiliki fungsi serupa, ligamen dan tendon berbeda dengan tulang karena
ligamen dan tendon memiliki proporsi kandungan serat kolagen yang lebih sedikit dari tulang. Khususnya pada tendon, tendon dikelilingi oleh lapisan pembungkus
yang berperan besar untuk meredam gesekan ketika bergerak. Jika produksi cairan ini terhambat, maka rasa ngilu dan sakit akan dirasakan ketika melakukan gerakan
yang berulang-ulang. Ligamen dan tendon adalah dua jenis jaringan yang paling sering menderita kelainan akibat kerja dalam jangka panjang.
2. Otot Rangka
Struktur tubuh kita mempunyai sekitar 400 otot yang memiliki fungsi masing-masing. Secara keseluruhan bobot otot hampir mencapai 40-50 bobot
tubuh. Otot mengonsumsi hamper 50 metabolisme tubuh. Berdasarkan aktivitas geraknya, otot rangka dapat dikelompokkan seperti otot sinergis, otot antagonis,
otot fleksor, otot ekstensor, otot abductor, otot adductor.
Universitas Sumatera Utara
Otot rangka mampu berkontraksi memendek dan berelaksasi memanjang. Otot rangka dan tulang bekerja sama untuk bergerak. Jika otot
sinergi berkontraksi, maka otot antagonis berelaksasi. Setiap proses kontraksi membutuhkan energi yang diperoleh dari ATP adenosine triphosphate yang
dipecah membentuk ADP adenosine diphosphate. Menurut Hardianto dan Yassierli 2014 kebutuhan ATP dalam jumlah besar disuplai dengan mengurai
karbohidrat, lemak dan protein yang tersimpan pada tubuh melalui proses anaerobik dan proses aerobik.
2.6 Musculuskeletal Disorders