ANALISIS YIELD BIODIESEL Sintesis Biodiesel Dari Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) Menggunakan Co-Solvent Deep Eutectic Solvent (DES)

22

4.3 ANALISIS YIELD BIODIESEL

Pada penelitian ini, biodiesel diperoleh melalui reaksi transesterifikasi RBDPO dengan metanol menggunakan katalis basa KOH dan co-solvent Deep Eutectic Solvent DES. Dimana pengaruh jenis dan konsentrasi DES sebagai co- solvent dalam sintesis biodiesel ini merupakan parameter utama. Pada tabel 4.3 ditunjukkan hasil analisis yield biodiesel yang diperoleh. Tabel 4.3 Data Yield Biodiesel Konsentrasi DES bb Yield Biodiesel ChCl : D-Glukosa = 2:1 ChCl : Etilen Glikol = 1:2 92,7916 92,7916 1 89,7973 91,3417 5 71,2025 86,6459 10 51,4925 85,1886 15 19,1234 83,4381 20 10,5426 80,7880 Reaksi transesterifikasi dilakukan pada rasio molar RBDPO : metanol = 6:1, suhu reaksi 60 C, kecepatan pengadukan 600 rpm, waktu reaksi 60 menit, konsentrasi katalis KOH 1 bb dan konsentrasi co-solvent DES yang bervariasi untuk kedua jenis DES, yaitu 0; 1; 5; 10; 15 dan 20 bb. Setelah reaksi transesterifikasi selesai campuran didiamkan selama 1 menit hingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan bawah yang terdiri dari gliserol, katalis KOH, metanol dan DES dipisahkan dari lapisan atas yang mengandung fatty acid metil esterFAME biodiesel. Lalu lapisan atas dicuci dengan air panas 70 C sebanyak 3 kali untuk membuang pengotor-pengotor yang masih terikut. Selanjutnya biodiesel yang diperoleh dianalisis menggunakan GC Gas Chromatography untuk mengetahui yield biodiesel yang diperoleh. 4.3.1 PENGARUH PENAMBAHAN DES BERBASIS ChClD-GLUKOSA SEBAGAI CO-SOLVENT TERHADAP YIELD BIODIESEL Pada penelitian ini biodiesel disintesis dengan dan tanpa penambahan DES sebagai co-solvent untuk melihat pengaruhnya terhadap yield biodiesel. Pada gambar 4.1 ditunjukkan pengaruh penambahan DES berbasis ChClD-Glukosa sebagai co- solvent terhadap yield biodiesel. Universitas Sumatera Utara 23 Gambar 4.1 Pengaruh Konsentrasi DES berbasis ChClD-Glukosa terhadap Yield Biodiesel Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa tanpa penambahan co-solvent DES dihasilkan biodiesel dengan yield tertinggi, yaitu 92,7916 . Sedangkan dengan penambahan co-solvent DES dengan konsentrasi yang semakin meningkat, yaitu 1; 5; 10; 15 dan 20 bb diperoleh yield biodiesel yang semakin menurun, yaitu sebesar 89,7973; 71,2025; 51,4925; 19,1234 dan 10,5426 . DES merupakan pelarut yang memiliki kemampuan solvasi pelarut yang baik, sehingga penambahan DES sebagai co-solvent dalam sintesis biodiesel ini diharapkan dapat meningkatkan kelarutan metanol dengan minyak dalam reaksi transesterifikasi sehingga meningkatkan yield biodiesel [11,45,41]. Boocock 1999 juga menyebutkan bahwa penambahan co-solvent akan meningkatkan kelarutan minyak dan alkohol sehingga yield biodiesel juga akan meningkat [41]. Namun, dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa penambahan DES berbasis ChClD- Glukosa sebagai co-solvent dalam reaksi transesterifikasi menurunkan yield biodiesel. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gu, dkk.,2015 mengenai sintesis biodiesel dari rapeseed oil menggunakan co-solvent DES berbasis ChClGliserol pada rasio molar 1:2 diperoleh bahwa penambahan co-solvent DES 9,27 bb mampu meningkatkan yield biodiesel hingga 98 [11]. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan yield biodiesel tanpa penambahan co-solvent DES, yaitu hanya berkisar 91 . Selanjutnya, pada penelitian Gu, dkk.,2015 juga disebutkan bahwa 20 40 60 80 100 5 10 15 20 25 Y ie ld Konsentrasi DES bb Universitas Sumatera Utara 24 penambahan co-solvent DES dengan konsentrasi yang semakin meningkat menjadi 10 bb dan 20 bb diperoleh yield biodiesel menurun, yaitu masing-masing sebesar 95 dan 88 [11]. Jika dibandingkan dengan sintesis biodiesel dengan penambahan co-solvent DES berbasis ChClD-Glukosa pada konsentrasi yang sama, yaitu 10 dan 20 , dari hasil penelitian diperoleh yield biodiesel 51,4925 dan 10,5426 . Yield biodiesel dengan penambahan co-solvent DES berbasis ChClD- Glukosa ini jauh menurun dibandingkan dengan penambahan co-solvent DES berbasis ChClGliserol pada penelitian Gu, dkk.,2015 [11]. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing DES karena jenis HBD yang berbeda pada DES akan menghasilkan karakteristik DES yang berbeda pula. Sehingga akan mempengaruhi kemampuan DES sebagai co-solvent dalam sintesis biodiesel. Perbedaan karakteristik DES berbasiss ChClGliserol pada rasio molar 1:2 dan DES berbasis ChClD-Glukosa pada rasio molah 2:1 ditunjukkan pada tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4 Karakteristik DES Berbasis ChClD-Glukosa dan ChClGliserol Spesifikasi Jenis DES ChCl : D-Glukosa = 2:1 ChCl : Gliserol = 1:2 Freezing Point 10 C – 20 C -40 C [Zhang 2012] Densitas 1,26352 grml 30 C 1,18 grml 25 C [Zhang 2012] pH 7,05 30 C - Viskositas Tidak dapat di ukur 30 C 259 cP 25 C [Zhang 2012] Dari tabel 4.4 dapat di lihat bahwa DES berbasis ChClD-Glukosa memiliki freezing point dan densitas yang lebih tinggi dibandingkan DES berbasis ChClGliserol. Sedangkan untuk nilai viskositasnya, dari hasil penelitian diperoleh bahwa viskositas DES berbasis ChClD-Glukosa tidak dapat diukur pada suhu ruangan karena berwujud turbid white liquid cairan kental putih. Dimana hal ini menandakan viskositas DES tinggi. Viskositas dan densitas yang tinggi pada DES berbasis ChClD-Glukosa dapat menyebabkan kelarutan metanol dan minyak semakin menurun, sehingga menghambat perpindahan masssa antara metanol dan minyak. Hal ini akan menyebabkan konversi ke arah produk menjadi menurun, sehingga yield biodiesel yang dihasilkan dari sintesis biodiesel menggunakan co- solvent DES berbasis D-Glukosa lebih rendah dibandingkan yield biodiesel tanpa menggunakan co-solvent. Oleh karena itu, penambahan co-solvent DES berbasis D- Glukosa yang semakin meningkat akan menyebabkan yield biodiesel semakin Universitas Sumatera Utara 25 menurun. Hal ini juga didukung oleh penelitian Yusof, dkk.,2014 yaitu bahwa pemilihan DES sebagai suatu pelarut sangat dipengaruhi oleh viskositas DES [3]. Hal ini karena viskositas DES berhubungan erat dengan kemampuan cairan untuk mengangkut massa dalam cairan, sehingga apabila DES memiliki viskositas tinggi maka akan menyebabkan konversi produk rendah. Pada penelitian Hayyan, dkk.,2013 juga disebutkan bahwa pengukuran densitas sangat penting terutama dalam bidang mekanika fluida dan perpindahan massa [27]. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa DES berbasis ChClD-Glukosa tidak cocok digunakan sebagai co-solvent dalam sintesis biodiesel karena memiliki karakteristik yang tidak sesuai sebagai sebuah co-solvent, yaitu memiliki densitas dan viskositas yang tinggi. 4.3.2 PENGARUH PENAMBAHAN DES BERBASIS ChClETILEN GLIKOL SEBAGAI CO-SOLVENT TERHADAP YIELD BIODIESEL Pada gambar 4.2 ditunjukkan pengaruh penambahan DES berbasis ChClEtilen Glikol sebagai co-solvent terhadap yield biodiesel. Gambar 4.2 Pengaruh Konsentrasi DES berbasis ChClEtilen Glikol terhadap Yield Biodiesel Dari grafik pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa tanpa penambahan co- solvent DES dihasilkan biodiesel dengan yield tertinggi, yaitu 92,7916 dan sama 20 40 60 80 100 5 10 15 20 25 Y ie ld Konsentrasi DES bb Universitas Sumatera Utara 26 halnya dengan penambahan co-solvent DES berbasis ChClD-Glukosa yang telah dibahas dalam sub bab sebelumnya, penambahan co-solvent DES berbasis ChClEtilen Glikol juga menurunkan yield biodiesel dan semakin tinggi konsentrasi DES, yield biodiesel yang diperoleh juga semakin menurun. Dari hasil penelitian pada konsentrasi DES 1; 5; 10; 15 dan 20 bb diperoleh yield biodiesel sebesar 91,3417; 86,6459; 85,1886; 83,4381 dan 80,7880 . Oleh karena itu, hasil penelitian yang diperoleh tidak sejalan dengan penelitian Gu, dkk.,2015, yaitu penambahan co-solvent DES berbasis ChClgliserol pada rasio molar 1:2 sebanyak 9,27 bb mampu meningkatkan yield biodiesel hingga 98, dimana nilai ini lebih tinggi dari yield biodiesel tanpa penambahan co- solvent DES, yaitu hanya berkisar 91 [11]. Sedangkan dari hasil penelitian yang diperoleh, penambahan co-solvent DES berbasis ChClEtilen Glikol pada setiap konsentrasi yang ditentukan semuanya menurunkan yield biodiesel. Setiap DES memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan jenis dan rasio komponen penyusunnya, sehingga akan mempengaruhi kemampuan DES sebagai co- solvent dalam sintesis biodiesel [27]. Oleh karena itu ditinjau karakteristik kedua DES, yaitu pada tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Karakteristik DES Berbasis ChClEtilen Glikol dan ChClGliserol Spesifikasi Jenis DES ChCl : Etilen Glikol = 1:2 ChCl : Gliserol = 1:2 Freezing Point 10 C -40 C [Zhang 2012] Densitas 1,11576 grml 30 C 1,18 grml 25 C [Zhang 2012] pH 7,05 30 C - Viskositas 26,4476 30 C 259 cP 25 C [Zhang 2012] Dari tabel 4.5. dapat dilihat bahwa DES berbasis ChClEtilen Glikol pada rasio molar 1:2 yang digunakan dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang lebih baik dari DES berbasis ChClGliserol pada rasio molar 1:2 yang digunakan pada penelian Gu, dkk.,2015 [11]. DES berbasis ChClEtilen Glikol memiliki densitas dan viskositas yang jauh lebih rendah dibandingkan DES berbasis ChClGliserol. Oleh karena itu, seharusnya DES berbasis ChClEtilen Glikol dapat meningkatkan kelarutan metanol dan minyak, sehingga perpindahan massa antara metanol dan minyak juga semakin meningkat. Dimana hal ini akan meningkatkan konversi ke arah produk, sehingga yield biodiesel yang diperoleh semakin Universitas Sumatera Utara 27 Gliserol Ester Trigliserida Alkohol DES meningkat. Akan tetapi, dari hasil penelitian diperoleh hasil sebaliknya, yaitu penggunaan DES berbasis ChClEtilen Glikol sebagai co-solvent dalam sintesis biodiesel menurunkan yield biodiesel. Bahkan penambahan DES pada konsentrasi 1 saja sudah menurunkan yield biodiesel. DES berbasis garam ChCl dan HBD Etilen Glikol pada rasio molar 1: 2 merupakan DES yang memiliki freezing point terendah dibandingkan dengan DES pada rasio molar lainnya, dimana pada rasio molar tersebut gugus hidroksil pada HBD Etilen Glikol memiliki kemampuan yang kuat untuk membentuk interaksi ikatan hidrogen dengan anion halida dari ChCl [11,46]. O CH 2 OC R 1 R 1 COO R’ CH 2 OH O HC OC R 2 + 3R’OH R2 COO R’ + HC OH O H 2 C OC R 3 R3 COO R’ H 2 C OH Gambar 4.3 Reaksi Transesterifikasi sintesis Biodiesel dengan penambahan DES sebagai co-solvent Pada gambar 4.3 dapat di lihat metanol yang mengandung gugus hidroksil OH - juga mungkin akan mengikat anion halida ChCl dalam DES sehingga menghasilkan beberapa molekul metanol bebas dalam reaksi dan dengan demikian akan menghambat reaksi dan menurunkan yield biodiesel yang diperoleh [11]. Selain itu jumlah metanol yang tersedia untuk reaksi transesterifikasi sintesis biodiesel juga akan berkurang dan menyebabkan menurunnya yield biodiesel. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa sintesis biodiesel dari RBDPO menggunakan co-solvent DES berbasis ChClEtilen Glikol pada kondisi reaksi Katalis Universitas Sumatera Utara 28 tertentu dalam penelitian ini tidak cocok. Hal ini karena penambahan co-solvent DES berbasis ChClEtilen Glikol pada konsentrasi 1 saja sudah menurunkan yield biodiesel. Oleh karena itu, dalam kasus sintesis biodiesel menggunakan co-solvent DES perlu diamati pemilihan jenis bahan baku minyak yang digunakan, pemilihan jenis DES serta pemilihan kondisi reaksi yang sesuai untuk reaksi tersebut. Sehingga dapat diperoleh kondisi reaksi yang cocok untuk menghasilkan yield biodiesel yang tinggi dalam sintesis biodiesel dari bahan baku minyak tertentu dengan jenis DES tertentu. Universitas Sumatera Utara 29 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN