KESIMPULAN SARAN Perkembangan Industri Kimia

29 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan adalah: 1. Jenis HBD penyusun DES sangat mempengaruhi karakteristik DES, sehingga juga mempengaruhi kemampuan DES ketika diaplikasikan sebagai co-solvent dalam sintesis biodiesel. 2. DES berbasis ChCl:Etilen Glikol=1:2 memiliki karakteristik yang lebih baik dari DES berbasis ChCl:D-Glukosa=2:1, yaitu meliputi titik beku, densitas dan viskositas yang lebih rendah. 3. Penggunaan DES berbasis ChCl:D-Glukosa=2:1 dan ChCl:Etilen Glikol=1:2 sebagai co-solvent dalam sintesis biodiesel dari RBDPO menurunkan yield biodiesel. 4. DES berbasis ChCl:D-Glukosa=2:1 tidak cocok diaplikasikan sebagai co- solvent dalam sintesis biodiesel dari RBDPO karena memiliki densitas dan viskositas yang tinggi. 5. DES berbasis ChCl:Etilen Glikol=1:2 tidak cocok diaplikasikan sebagai co- solvent dalam sintesis biodiesel dari RBDPO karena memiliki ikatan hidrogen yang sangat kuat.

5.2 SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan adalah: 1. Peneliti menyarankan untuk meninjau pengaruh rasio molar minyak dan metanol, waktu reaksi, suhu reaksi dan dosis katalis yang berbeda pada sintesis biodiesel dengan menggunakan co-solvent DES. 2. Peneliti menyarankan untuk melakukan analisis karakteristik DES dan analisis komposisi bahan baku minyak terlebih dahulu untuk mengetahui apakah keduanya dapat melarut dengan baik. Universitas Sumatera Utara 30 3. Peneliti menyarankan untuk menggunakan jenis minyak lain sebagai bahan baku pada sintesis biodiesel dengan menggunakan co-solvent DES, misalnya CPO. Universitas Sumatera Utara 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Industri Kimia

Banyak proses kimia yang melibatkan larutan homogen untuk meningkatkan laju reaksi. Namun, sebagian besar pelarut yang digunakan untuk reaksi adalah senyawa organik volatil yang mudah menguap ke atmosfer [15]. Pelarut organik volatil yang digunakan dalam jumlah besar sebagai media reaksi dalam industri kimia sehari-hari berkontribusi sebagai sumber utama pencemaran lingkungan, sehingga pergantian pelarut berbahaya yang mudah menguap dengan pelarut yang mimiliki karakteristik yang lebih baik terhadap lingkungan, kesehatan dan keselamatan merupakan suatu keharusan pada semua industri, seperti peningkatan biodegradabilitas. Polusi dalam ekologi sintetis kimia dapat dihasilkan melalui produk samping atau bahan awal yang tidak bereaksi serta media reaksi seperti pelarut dan katalis. Oleh karena hal tersebut, maka pengembangan teknologi hijau dengan hasil yang tinggi menjadi sangat penting dan ditemukan bahwa cairan ionikionic liquids ILs menarik untuk digunakan dalam banyak reaksi organik [16]. ILs didefinisikan sebagai garam yang memiliki wujud cair pada suhu di bawah 100 °C [17]. ILs telah muncul sebagai pelarut baru yang sesuai untuk sejumlah aplikasi dan baru-baru ini cairan ionik ILs telah mendapat perhatian dalam kimia modern karena penggunaannya yang luas, termasuk dalam bidang katalisis, sintesis, analisis dan penyerapan gas [18,19]. ILs memiliki sifat fleksibilitas, tidak volatil, tidak korosif, immiscibility dengan banyak pelarut organik, memiliki hasil reaksi yang lebih tinggi dan selektif pada berbagai aplikasi untuk menggantikan katalis homogen asam atau katalis heterogen konvensional [19]. Penyiapan ILs sebagai pelarut bebas dalam suatu proses secara jelas muncul sebagai alternatif yang unggul dan dalam beberapa kasus untuk melarutkan substrat yang polaritasnya berbeda membuat ILs menjadi pilihan pelarut ionik yang lebih menarik [18]. Akan tetapi, meskipun semua sifat ILs berharga, seperti tekanan uap yang rendah, stabilitas kimia dan stabilitas termal yang luar biasa dan dapat di daur ulang, ILs tetap tidak sehijau yang diharapkan [16]. ILs masih memiliki keterbatasan, seperti dalam hal biaya, pemurnian dan toksisitas. Dimana saat ini hal tersebut tidak Universitas Sumatera Utara 6 jelas tergantung pada struktur spesies kationik dan untuk mendapat ILs dengan kemurnian yang tinggi tidak mudah karena adanya pengotor akan dapat mempengaruhi sifat fisikokimia dan aktifitasnya [20]. Hal tersebut merupakan rintangan penting untuk implementasi praktis lanjut dari ILs [18]. Selanjutnya, dalam beberapa tahun terakhir muncul deep eutectic solvent DES yang dianggap sebagai calon alternatif untuk menggantikan ILs. DES telah mencapai peningkatan karena menjadi perhatian penting, baik dalam bidang akademik maupun dalam bidang industri karena aplikasi potensinya sebagai pelarut ramah lingkungan [21].

2.2 Deep Eutectic Solvent DES