19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 DEEP EUTECTIC SOLVENT DES
Deep Eutectic Solvent DES merupakan campuran suatu garam dan suatu senyawa Hydrogen Bond Donor HBD yang menghasilkan suatu cairan bening
colourless liquid dengan freezing point yang jauh di bawah freezing point komponen penyusunnya [38]. Dimana karakteristik DES sangat dipengaruhi oleh
jenis dan rasio molar garam dan HBD penyusunnya [27]. Dalam penelitian ini DES yang digunakan berbasis ChCl garam dan D-
GlukosaEtilen Glikol HBD dengan rasio molar ChCl : D-Glukosa dan ChCl : Etilen Glikol masing-masing 2:1 dan 1:2. DES diperoleh dengan memanaskan garam
ChCl dan HBD D-GlukosaEtilen Glikol pada rasio molar yang ditentukan secara bersamaan hingga suhu 80
C dan sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 2 jam, lalu setelah proses pemanasan selesai diperoleh cairan bening
colourless liquid yang disebut DES [27]. Pada tabel 4.1. ditunjukkan karakteristik DES yang diperoleh.
Tabel 4.1 Karakteristik Deep Eutectic Solvent DES pada Suhu 30 C ± 2
C
Karakteristik DES
Jenis DES ChCl : D-Glukosa = 2:1
ChCl : Etilen Glikol = 1:2
Wujud Colourless liquid
Colourless liquid Titik beku
10 C - 20
C 10
C Densitas
1,26352 grml 1,11576 grml
Ph 7,05
7,05 Viskositas
- 26,4476 cP
Pada penelitian Hayyan, dkk.,2013 dilaporkan bahwa DES berbasis ChCl dan D-Glukosa pada rasio molar 2:1 memiliki nilai freezing point terendah
dibandingkan DES pada rasio molar lainnya [27]. Pada penelitian Bagh, dkk.,2013 menyebutkan bahwa DES berbasis ChCl dan Etilen Glikol pada rasio molar 1:2
memiliki nilai freezing point terendah dibandingkan DES pada rasio molar lainnya [39]. Dimana freezing point terendah ini menunjukkan titik eutektik DES yang
diperolah dari ikatan hidrogen antara garam ChCl dan HBD pada rasio molar yang tepat [40]. Hal ini menjadi pertimbangan pemilihan DES berbasis ChCl dan D-
Universitas Sumatera Utara
20 GlukosaEtilen Glikol dengan rasio molar ChCl : D-Glukosa dan ChCl : Etilen
Glikol masing 2:1 dan 1:2. Dalam reaksi transesterifikasi, minyak dan metanol tidak larut sehingga
terdapat dua fasa dalam reaksi. Hal ini menyebabkan perpindahan massa antara metanol dan minyak menurun sehingga mempengaruhi laju reaksi pada tahap awal.
Co-solvent adalah pelarut yang dapat meningkatkan kelarutan metanol dan minyak sehingga menjadi satu fasa dan meningkatkan laju reaksi [41]. Dalam penelitian ini,
DES digunakan sebagai co-solvent dalam sintesis biodiesel karena DES memiliki kemampuan solvasi atau pelarutan yang unik [11]. Dalam bidang lain DES telah
diaplikasikan sebagai pelarut dalam reaksi kimia, proses pemisahan dan pemurnian, elektrokimia dan material kimia [11]. Namun, penggunaan DES sebagai co-solvent
dalam sintesis biodiesel masih sedikit, yaitu diantaranya dilaporkan oleh Zhao, dkk.,2011, yaitu DES sebagai co-solvent dalam reaksi enzimatik sintesis biodiesel
[42] dan Gu, dkk.,2015, yaitu dalam sintesis biodiesel melalui reaksi transesterifikasi menggunakan katalis basa [11]. Oleh karena itu, pada penelitian ini
DES diaplikasikan sebagai co-solvent dalam sintesis biodiesel dari RBDPO menggunakan katalis basa KOH. Dimana, diharapkan DES yang digunakan dapat
meningkatkan kelarutan minyak dengan metanol dan meningkatkan kemampuan katalis.
4.2 ANALISIS BAHAN BAKU REFINED, BLEACHED AND