20 GlukosaEtilen Glikol dengan rasio molar ChCl : D-Glukosa dan ChCl : Etilen
Glikol masing 2:1 dan 1:2. Dalam reaksi transesterifikasi, minyak dan metanol tidak larut sehingga
terdapat dua fasa dalam reaksi. Hal ini menyebabkan perpindahan massa antara metanol dan minyak menurun sehingga mempengaruhi laju reaksi pada tahap awal.
Co-solvent adalah pelarut yang dapat meningkatkan kelarutan metanol dan minyak sehingga menjadi satu fasa dan meningkatkan laju reaksi [41]. Dalam penelitian ini,
DES digunakan sebagai co-solvent dalam sintesis biodiesel karena DES memiliki kemampuan solvasi atau pelarutan yang unik [11]. Dalam bidang lain DES telah
diaplikasikan sebagai pelarut dalam reaksi kimia, proses pemisahan dan pemurnian, elektrokimia dan material kimia [11]. Namun, penggunaan DES sebagai co-solvent
dalam sintesis biodiesel masih sedikit, yaitu diantaranya dilaporkan oleh Zhao, dkk.,2011, yaitu DES sebagai co-solvent dalam reaksi enzimatik sintesis biodiesel
[42] dan Gu, dkk.,2015, yaitu dalam sintesis biodiesel melalui reaksi transesterifikasi menggunakan katalis basa [11]. Oleh karena itu, pada penelitian ini
DES diaplikasikan sebagai co-solvent dalam sintesis biodiesel dari RBDPO menggunakan katalis basa KOH. Dimana, diharapkan DES yang digunakan dapat
meningkatkan kelarutan minyak dengan metanol dan meningkatkan kemampuan katalis.
4.2 ANALISIS BAHAN BAKU REFINED, BLEACHED AND
DEODORIZED PALM OIL RBDPO Bahan baku minyak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Refined,
Bleached and Deodorized Palm Oil RBDPO. RBDPO adalah minyak kelapa sawit
yang telah mengalami proses penyulingan, pemutihan dan penghilangan bau sehingga menyebabkan RBDPO lebih baik digunakan sebagai bahan baku dalam
produksi biodiesel dari pada minyak kelapa sawit mentah CPO [14]. Adanya asam lemak bebas FFA dalam lemak atau minyak merupakan
komponen yang sangat mengganggu, terutama dalam reaksi transesterifikasi minyak trigliserida menggunakan katalis basa. Hal ini karena asam lemak bebas dapat
membentuk sabun melalui reaksi netralisasi dengan katalis basa, sehingga menyebabkan berkurangnya metil ester yang dihasilkan [41 dan 43]. Kadar FFA
bahan bakuyang baik untuk sintesis biodiesel adalah 2. Sintesis biodiesel melalui
Universitas Sumatera Utara
21 reaksi transesterifikasi tidak akan terjadi jika FFA dalam minyak sekitar 3 [44].
Selain itu, kadar air dalam reaksi sintesis biodiesel harus kurang dari sekitar 1 dan sebaiknya kurang dari 0,5 [41].
Dari hasil analisis kadar FFA dan kadar air pada bahan baku RBDPO yang digunakan diperoleh kadar FFA sebesar 1,141 dan kadar air sebesar 0,02 . Hal
ini menunjukkan bahwa bahan baku RBDPO yang digunakan sesuai standar untuk reaksi transesterifikasi sintesis biodiesel menggunakan katalis basa KOH.
Selanjutnya RBDPO dianalisis menggunakan GC Gas Chromatography untuk mengetahui komposisi asam lemak yang terkandung di dalamnya serta untuk
menghitung berat molekul RBDPO dalam bentuk trigliserida. Pada tabel 4.2 ditunjukkan komposisi asam lemak RBDPO yang diperoleh dari kromatogram hasil
analisis GC.
Tabel 4.2 Komposisi Asam Lemak RBDPO
No. Puncak
Retention Time menit
Komponen Penyusun Komposisi
bb
1 13,630
Asam Laurat C
12:0
0,1781 2
16,606 Asam Miristat C
14:0
0,9201 3
19,318 Asam Palmitat C
16:0
39,6016 4
19,590 Asam Palmitoleat C
16:1
0,1549 5
21,590 Asam Stearat C
18:0
4,1055 6
21,916 Asam Oleat C
18:1
43,7615 7
22,426 Asam Linoleat C
18:2
10,5534 8
23,139 Asam Linolenat C
18:3
0,2038 9
23,858 Asam Arakidat C
20:0
0,3712 10
24,247 Asam Eikosenoat C
20:1
0,1511 Dari hasil analisis GC diperoleh komponen asam lemak tertinggi pada bahan
baku RBDPO adalah asam lemak jenuh berupa asam palmitat C
16:0
sebesar 39,6016 dan asam lemak tidak jenuh berupa asam oleat C
18:1
sebesar 43,7615 . Berdasarkan data komposisi asam lemak RBDPO pada tabel 4.2 diperoleh berat
molekul RBDPO dalam bentuk trigliserida sebesar 848,9948 grmol sedangkan
berat molekul FFA RBDPO sebesar 270,7391 grmol. Selain itu, dapat dilihat bahwa
komposisi asam lemak tak jenuh dan asam lemak jenuh pada RBDPO masing- masing adalah sebesar 54,82 dan 45,18 .
Universitas Sumatera Utara
22
4.3 ANALISIS YIELD BIODIESEL