c. dokumentasi 2. Metode ilmiah
a. Sidik jari b. Serologi
c. Odontologi d. Antropologi
e. Biologi molekular Namun, metode visual sekarang tidak digunakan lagi karena tidak bisa
dipakai jika keadaan mayat sudah tidak utuh, sudah membusuk, terbakar, mutilasi, serta tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah Kementrian
Kesehatan RI, 2011. Prinsip proses identifikasi adalah dengan membandingkan data korban
yang tidak dikenal post mortem dengan data yang disangka korban ante mortem. Semakin banyak data yang cocok, maka hasilnya semakin baik
Kementrian Kesehatan RI, 2011.
2.5. Jenis Kelamin
Jenis kelamin seseorang dapat diidentifikasi dengan mudah dari organ-organ tubuh spesifik, contohnya payudara. Dari payudara dapat dibedakan dengan jelas
apakah korban laki-laki atau perempuan Gonzales, Vance, Helpern, Uberger, 1954. Pertanyaan mengenai jenis kelamin sering muncul pada kasus disgenesis gonad,
jenazah yang telah membusuk, mutilasi, atau pada kasus yang hanya ditemukan rangka tulang. Pada kasus-kasus tersebut biasanya sulit untuk membedakan apakah orang itu
laki-laki atau perempuan Nandy, 2000. Perbedaan secara umum antara perempuan dengan laki-laki yaitu, perempuan
memiliki lebih sedikit rambut pada permukaan tubuhnya, ekstremitas yang lebih halus, lebih banyak lemak dibawah kulit, dan sedikit otot. Selain itu perempuan juga
memiliki tulang yang lebih kecil, dengan permukaan yang lebih halus dan rongga medulla yang lebih lebar daripada laki-laki. Jika dilihat dari rongga kepala, perempuan
Universitas Sumatera Utara
memiliki rongga kepala yang lebih kecil dan sedikit bagian tulang yang menonjol, rahang bawah yang sempit, dan ukuran wajah yang lebih kecil daripada laki-laki.
Dinding dada pada wanita terlihat lebih kecil dan bulat, sternum lebih pendek serta tangan dan kaki yang lebih kecil dibandingkan laki-laki. Gonzales, Vance, Helpern,
Uberger, 1954. Dilihat dari tulang pelvisnya, akan menunjukkan perbedaan yang lebih jelas
daripada tulang lainnya. Pada perempuan, tulang iliumnya lebih vertikal dan panggulnya lebih sempit dibandingkan laki-laki. Foramen obturatoria pada perempuan
kecil dan berbentuk segitiga, sedangkan pada laki-laki lebih besar dan berbentuk ovoid Gonzales, Vance, Helpern, Uberger, 1954.
Menurut Nandy 2000 ada beberapa data yang bisa digunakan untuk menentukan jenis kelamin, yaitu
1 Morfologi fisik 2 Tulang
3 DNA 4 Pakaian tidak signifikan
5 Biopsi gonad 6 Pemeriksaan Hormon pada kasus interseks
Ciri khas jenis kelamin pada tulang kerangka hanya terlihat pada seseorang yang telah mengalami pubertas. Maka penentuan jenis kelamin dari tulang hanya
mungkin dilakukan pada korban yang telah melampaui masa pubertas Chada, 1995. Untuk menentukan jenis kelamin bisa dengan kerangka yang utuh maupun
yang tidak utuh. Semakin banyak tulang yang dikumpulkan, semakin besar keakuratannya.
Pada rangka utuh keakuratannya sebesar 100, jika rangkanya tidak utuh tetapi didapati tulang pubis dan tengkorak keakuratannya menjadi 98. Pemeriksaan tulang
pelvis saja sebesar 95, tulang tengkorak saja 90, dan dengan tulang panjang keakuratannya sebesar 80-85. Semua kerangka tulang, pelvis tulang pinggul dan
Universitas Sumatera Utara
sakrum, tengkorak, mandibula, sternum dengan manubrium dan tulang femur sangat berguna untuk menentukan jenis kelamin Nandy, 2000.
Tabel 2.1. Perbedaan Jenis Kelamin Berdasarkan Bagian-Bagian Tulang Tengkorak Bagian Tulang Tengkorak
Laki-Laki Perempuan
1. Ukuran Lebih besar, kapasitas
intrakranial 10 lebih besar dari perempuan
Lebih kecil, kapasitas intrakranial 10
lebih kecil dari laki- laki
2. Glabella Kurang menonjol
Lebih menonjol 3. Tulang supra-orbital
Lebih menonjol Kurang menonjol
4. Prosesus mastoideus Lebih menonjol
Kurang menonjol 5. Protuberentia occipital
Lebih menonjol Kurang menonjol
6. Arkus zigomatikum Lebih menonjol
Kurang menonjol 7. Dahi
Cenderung Datar Agak bulat
8. Celah hidung Tinggi dan sempit
Rendah dan lebar 9. Permukaan tulang
Lebih kasar dengan banyak bagian yang
menonjol untuk tempat perlekatan otot
Lebih halus dengan sedikit bagian yang
menonjol untuk tempat perlekatan
otot
Sumber : Nandy, A. Purba. 2000. Principles of Forensic Medicine
2.6. Sefalik Indeks