KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF TERHADAP PEMBELIAN JILBAB PADA MAHASISWI

berpendapat bahwa jilbab adalah pakaian orang kampung yang kolot. Oleh karena itu jilbab tidak lagi cocok dipakai di masa modern seperti saat ini. Stigma yang kurang baik terhadap jilbab tersebut, memunculkan sebuah kelompok sosial pecinta fashion yang terus menerus mengkampanyekan penggunaan jilbab melalui berbagai model style yang mereka ciptakan. Peragaan jilbab dengan balutan gaya yang sedang digandrungi masyarakat juga mulai banyak diselenggarakan. Para designer turut berlomba-lomba menunjukkan jilbab hasil karyanya dengan berbagai model yang siap dikonsumsi masyarakat Indonesia. Jilbab menjadi pakaian yang dapat disesuaikan dengan perkembangan fashion yang terkadang dalam penciptaannya luput dari aspek syari’at. Malcolm 2011 menyatakan bahwa fashion merupakan fenomena kultural yang digunakan kelompok untuk mengkontruksi dan mengkomunikasikan identitasnya. Jilbab dapat digunakan menjadi symbol untuk merepresentasikan gaya hidup kelompok sosial melalui fashion.

D. KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF TERHADAP PEMBELIAN JILBAB PADA MAHASISWI

Menurut Sumartono 1998 perilaku konsumtif adalah membeli barang tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan. Albarry 1994 juga mengatakan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku konsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan dari pada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas atau juga dapat diartikan gaya hidup yang bermewah-mewah. Universitas Sumatera Utara Sumartono 2002 menyatakan bahwa perilaku konsumtif begitu dominan dikalangan remaja. Hal tersebut terjadi karena secara psikologis, remaja masih berada dalam proses pembentukan jati diri dan sangat sensitif terhadap pengaruh dunia luar. Usia remaja sebagian individu ada yang masih duduk dibangku sekolah dan ada yang sudah kuliah. Menurut Monk, dkk 2001 bahwa fase remaja akhir dalam rentang usia 18 sampai 21 tahun. Dimana pada usia 18-21 tahun individu telah memasuki perkuliahan menjadi mahasiswi. Segut 2008 juga mengatakan bahwa kelompok usia yang sangat konsumtif adalah kelompok remaja. perilaku konsumtif pada remaja, juga didorong adanya perubahan trend ataupun mode yang secara cepat diikuti remaja. Seperti halnya jilbab yang sedang trend saat ini. Reynold dalam Hotpascaman, 2010 menyatakan bahwa remaja putri lebih banyak membelanjakan uangnya daripada remaja putra untuk keperluan penampilan seperti pakaian, kosmetik, asesoris, dan sepatu. Hal ini jelas menunjukkan bahwa mahasiswi lebih konsumtif dibandingkan mahasiswa. Menurut Sumartono 2002 indikator perilaku konsumtif adalah membeli produk karena iming-iming hadiah, membeli produk karena kemasannya menarik, membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi, membeli produk atas pertimbangan harga bukan atas dasar manfaat atau kegunaannya, membeli produk hanya sekedar menjaga symbol status, memakai produk karena unsur konformitas terhadap terhadap model yang mengiklankan, munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi, mencoba lebih dari dua produk sejenis merek berbeda. Universitas Sumatera Utara Menurut Sumartono 2002 faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku konsumtif individu adalah kebudayaan, kelas sosial, kelompok- kelompok sosial dan referensi serta keluarga. Remaja yang memiliki hubungan sosial dengan peergroup-nya atau teman sebaya, merupakan bentuk kelompok referensi Dacey dan Kenny, 1997. Adanya tekanan dari teman sebaya atau yang biasa disebut dengan peer pressure secara sadar ataupun tidak dapat mempengaruhi perilaku mahasiswi, misalnya saja dalam hal penampilan dan berperilaku, yang sama seperti teman-temannya agar ia dapat diterima dan tidak disisihkan dari pergaulan Utamadi, 2002 dalam Meliala 2009 . Remaja yang berada dibawah peer pressure cenderung untuk conform, untuk menilai, meyakini atau bertindak sesuai dengan penilaian, keyakinan atau tindakan kelompok teman sebayanya Santrock, 1998. Adanya sikap patuh tetapi lebih kepada mengalah ini biasanya dikenal dengan istilah konformitas, yaitu perubahan perilaku seseorang dengan mengikuti tekanan-tekanan dari kelompok Sarwono, 1993. Menurut Taylor, Dkk 2000 konformitas adalah kecenderungan untuk merubah keyakinan atau perilaku seseorang dengan cara-cara yang sesuai dengan kelompok. Ada dua dasar faktor konformitas yaitu pengaruh normatif dan pengaruh informasional. Pengaruh normatif pada konformitas memiliki arti penyesuaian diri dengan keinginan atau harapan orang lain untuk mendapatkan penerimaan dari anggota kelompoknya, sedangkan pengaruh informasional yaitu tekanan yang terbentuk oleh adanya keinginan dari individu untuk memiliki pemikiran yang sama dan beranggapan bahwa informasi dari kelompok lebih kaya Universitas Sumatera Utara dari pada informasi milik pribadi, sehingga individu cenderung untuk konformitas dalam menyamakan pendapat atau sugesti Myers, 2005. Pengaruh normatif memiliki peranan pada proses konsumsi, terjadi disaat individu mengikuti peraturan kelompok. Sedangkan pengaruh informasional memiliki peranan pada proses konsumsi terjadi, apabila individu mendengarkan pendapat dari kelompok dalam hal mengkonsumsi suatu produk, individu menjadikan kelompok sebagai acuan dalam merekomendasikan produk yang akan dikonsumsi Carmen, 2008. Kemudian William 1985 juga mengatakan bahwa konformitas merupakan salah satu faktor kelompok sosial yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan perilaku konsumsi. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hotpascaman 2010 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konformitas dengan perilaku konsumtif yang didasarkan pada pengaruh normatif dan pengaruh informasional pada subjek remaja. Kemudian penelitian tentang jilbab oleh Budiati 2011 mengungkapkan bahwa jilbab sebagai praktik konsumtif, dimana beragam model jilbab ditawarkan dari mulai peragaan busana muslim sampai butik khusus jilbab dijual di Mall, dan jilbab dapat menunjukkan kelas sosial tertentu.

E. HIPOTESIS PENELITIAN