10
sebagai bahan aditif yang membantu untuk meningkatkan interaksi clay dengan karet alam. Bahan tersebut adalah senyawa amida tersier, yang diperoleh melalui
proses sintesa amidasi, yaitu dengan mereaksikan asam-asam lemak yang berasal dari minyak kelapa sawit dengan dietanolamina NHCH
2
CH
2
OH2 dengan menggunakan katalis CH
3
ONa. Molekul-molekul amida asam lemak tersebut memiliki sifat gabungan yang unik, karena rantai hidrokarbonnya yang panjang
bersifat non-polar sedangkan gugus amidanya bersifat sangat polar [8] . Alkanalomida berfungsi, sebagai surfaktan. Surfaktan merupakan bahan
kimia yang berpengaruh pada aktivitas permukaan. Surfaktan memiliki kemampuan untuk larut dalam air dan minyak. Molekul surfaktan terdiri dari dua
bagian, yaitu gugus yang larut dalam minyak hidrofob dan gugus yang larut dalam air hidrofil. Surfaktan yang memiliki kecenderungan untuk larut dalam
minyak dikelompokkan dalam surfaktan oil soluble, sedangkan yang cenderung larut dalam air dikelompokkan dalam surfaktam water soluble Alkanolamida
dihasilkan dari turunan minyak sawit Refined Bleached Deodorized Palm Stearin RBDPS yang direaksikan dengan dietanolamin. Sintesa Alkanolamida tersebul
dilangsungkan secara laboratoris pada suhu 70 derajat celcius selama 5 jam. Pengamatan dimulai dengan mengamati pengaruh Alkanolamida terhadap ciri-ciri
pematangan dan sifat-sifat kompon Karet Alam [14].
2.2.1 BAHAN VULKANISASI
Vulkanisasi adalah reaksi sambung silang crosslinking molekul- molekul karet oleh sulfur belerang, sehingga dihasilkan suatu vulkanisat karet
yang elastis dan kuat. Keelastisan dan kekuatan karet alam dapat ditingkatkan lagi dengan cara menambahkan pengisi penguat reinforcing filler kedalam karet
tersebut
.
Vulkanisasi adalah suatu proses dimana molekul karet yang linier mengalami reaksi sambung silang sulfur sulfur-crosslinking sehingga menjadi
molekul polimer yang membentuk rangkaian tiga dimensi. Reaksi ini merubah karet yang bersifat plastis lembut dan lemah menjadi karet yang elastis, keras
dan kuat. Vulkanisasi juga dikenal dengan proses pematangan curingcure, dan molekul karet yang sudah tersambung silang crosslinked rubber dirujuk sebagai
vulkanisat karet rubber vulcanizate. Vulkanisat karet tidak lagi bersifat lengket
Universitas Sumatera Utara
11
tacky , tidak melarut tetapi hanya mengembang didalam pelarut organik tertentu.
[14]. Vulkanisasi dalam kaitannya dengan sifat fisik karet adalah setiap
perlakuan yang menurunkan laju alir elastomer, meningkatkan tensile strenght dan modulus. Meskipun vulkanisasi terjadi dengan adanya panas dan bahan
vulkanisasi, proses itu tetap berlangsung secara lambat. Reaksi ini dapat dipercepat dengan penambahan sejumlah kecil bahan organik atau anorganik yang
disebut akselerator. Untuk mengoptimalkan kerjanya akselerator membutuhkan bahan kimia lain yang dikenal sebagai aktivator. Yang dapat berfungsi sebagai
aktivatornya adalah oksida-oksida logam seperti zinkum oksida ZnO [1]. Tanpa proses vulkanisasi crosslinking, karet alam tidak memberikan sifat
elastic dan tidak stabil terhadap suhu. Karet tersebut akan lebih lengket dan lembek jika suhu panas dan bersifat getas jika suhu dingin. Hal ini dikarenakan
unsur karet yang terdiri dari polimer isoprene yang panjang. Rantai polimer yang belum yang belum divulkanisasi akan lebih mudah bergeser saat terjadi perubahan
bentuk. Hjika dilakukan proses vulkanisasi crosslinking, yang terjadi antar rantai polimer itu akan membuat polimer panjang ini saling terkait sehingga tidak
mudah bergeser dari tempatnya. Crosslinking sering juga diistilahkan sebagai proses membentuk ikatan silang antara molekul – molekul karet sehingga
merubah sifat karet dari viskositas yang lunak menjadi produk akhir dengan sifat yang dikehendaki yaitu elastis, berikut adalah proses crosslinking yang terjadi
pada molekul karet [6]. Lateks karet alam setelah dilakukan pemanasan dengan belerang, akan
membentuk ikatan silang antar molekul – molekul karet. Proses ini dapat dilihat pada Gambar 2.2 Proses crosslinking pada molekul karet di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
13
2.2.2 BAHAN PENCEPAT REAKSI ACCELERATOR