Analisis Data METODOLOGI PENELITIAN

31 perusahaan. Keuntungan menggunakan model ini yakni menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga disebut dengan Error Component Model ECM. 3. Pemilihan Model Untuk memilih model yang paling tepat dalam mengelola data panel, terdpapat beberapa pengujian sebagai berikut : a. Uji Chow Uji Chow yakni pengujian untuk mnentukan model fixed effect atau random effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Uji chow menggunakan hipotesis sebagai berikut : H : Model Common Effect H 1 : Model Fixed Effect Pegujian hipotesis di atas dengan membandingkan perhitungan F- htung dengan F-tabel. Jika F-hitung lebih kecil dari F-tabel maka H diterima dan model yang digunakan adalah common effect. Jika F-hitung lebih kecil dari F-tabel maka H ditolak dan model yang digunakan adalah fixed effect. b. Uji Hausman Uji Hausman adalah pengujian statistic untuk memilih apakah model fixed effect atau random effect yang paling tepat. Hipotesis untuk uji hausman, yaitu : H : Model Random Effect H 1 : Model Fixed Effect 32 Pengujian pada uji ini didasarkan pada probabilitasnya. Jika probabilitasnya lebih kecil dari nilai α 0,05, maka H ditolak dan model yang digunakan adalah fixed effect. Namun, jika probabilitasnya lebih besar dari α maka H diterima dan model yang digunakan adalah random effect. c. Uji Lagrange Multiplier Uji ini untuk mengetahui apakah model random effect lebih baik dari pada metode common effect. Namun, uji ini tidak perlu dilakukan jika uji chow dan uji hausman menunjukkan hasil yang sama, yaitu menggunakan model fixed effect. 4. Uji Asumsi Klasik Data Panel Uji asumsi klasik yang digunakan dalam regresi liniear dengan pendekatan OLS meliputi uji liniearitas, autokorelasi, heterokedastisitas, multikolenieritas dan normalitas. Namun, tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan karena : a. Uji linearitas hampir tidak dilakukan pada setiap model regresi linier. Karena sudah diasumsikan bahwa model bersifat linier. Kalaupun harus dilakukan hanya untuk melihat sejauh mana tingkat liniearitasnya. b. Uji normalitas pada dasarnya tidak merupakan syarat Best Linier Unbias Estimator dan beberapa pendapat tidak mengharuskan syarat ini sebagai suatu yang wajib dipenuhi. c. Autokorelasi hanya terjadi pada data runtut waktu 33 d. Multikolenieritas perlu dilakukan pada saat regresi linier menggunakan lebih dari satu variable bebas. Jika variable bebas hanya satu, maka tidak mungkin terjadi multikolineritas. e. Heterokedastisitas biasanya terjadi pada data silang, dimana data panel lebih dekat ke ciri data silang disbanding runtut waktu. 5. Uji Signifikansi. a. Uji F Uji F biasa disebut dengan uji anova yang digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variable bebas terhadap variable terikat atau untuk menguji signifikansi antar variable terikat dengan variable bebas. Uji hipetesis uji F adalah sebagai berikut : H : Variabel bebas tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap variable terikat. H 1 : Variabel bebas berpengaruh dan signifikan terhadap varabel terikat. Jika nilai F- hitung kurang dari α 0,05 maka H ditolak dan H 1 diterima. Begitupun sebaliknya jika F- hitung lebih besar dai α maka H diterima dan H 1 ditolak. b. Uji T Uji T digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat dan menganggap variabel lain bersifat tetap. Hipotesis dalam uji T adalah sebagai berikut : 34 H : Variabel bebas tidak berpengaruh dan tidak sifnifikan terhadap variabel terikat. H 1 : Variabel bebas berpengaruh dan signifikan terhadap variabel terikat. Jika nilai uji T kurang dari α 0,05 maka H ditolak dan H 1 diterima. Begitupun sebaliknya jika uji T lebih besar dai α maka H diterima dan H 1 ditolak. c. Adjusted R 2 Adjusted R 2 berguna untuk mengetahui besarnya kontribusi yang diberikan oleh variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikatnya. Nilai dari koefisien determinasi R-Squared ini besarnya antara 0 sampai 1. Nilai ini menunjukkan tingkat koefisien determinasi yang mendekati angka 0 dapat menggambarkan bahwa kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat sangat kecil. Sedangkan, jika tingkat koefisien determinasi mendekati angka 1, hal ini menggambarkan bahwa kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikatnya sangat besar. 6. Kerangka Analisa. Kerangka analisa dibuat untuk mempermudah peneliti dalam melakukan proses analisis. Kerangka penelitian tersebt adalah sebagai berikut 35 Sumber : Basuki dan Yuliadi, 2015 Gambar 3.1 Kerangka Model Panel Objek Penelitian Variabel Dependen y Metode Estimasi Data Variabel Independen X Common Effect Uji Chow Pemilihan Model Regresi Panel Random Effect Fixed Effect Multikolinieritas Uji Asumsi Klasik Uji Hausman Uji Lagrange Mutiplier Adjust R 2 Uji T Uji F Heterokedastisitas Uji Signifikansi Interpretasi 36

BAB IV GAMBARAN UMUM

A. Provinsi Jawa Barat

Kabupaten dan kota provinsi Jawa Barat berjumlah 26 kabupatenkota yang terdiri dari 17 kabupaten dan 9 kota dengan 625 kecamatan dan 5.877 desakelurahan. Jawa barat terbagi dalam empat Badan Koordinasi Pemerintahan Pembangunan Wilayah. Wilayah I Bogor meliputi Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur. Wilayah II Purwakarta meliputi Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, dan Kota Bekasi. Wilayah III Cirebon meliputi Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalenka, dan Kabupaten Kuningan. Wilayah IV Priangan meliputi kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, kabupaten ciamis, dan Kota Banjar. 37 Sumber : Badan Informasi Geospasil, 2003 Gambar 4.1 Peta Jawa Barat Dalam kurun waktu enam tahun kondisi Produk Domestik Regional Bruto, jumlah Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah, Total Aset Perbankan Syariah, Total Aset Perbankan Syariah, dan Pembiayaan yang dilakukan Perbankan Syariah di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut : TABEL 4.1 Data PDRB, DPK BUS dan UUS, Total Aset BUS dan UUS, dan Pembiayaan BUS dan UUS Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 sampai 2015 No Tahun PDRB DPK Total Aset Pembiayaan 1 2010 906685.76 9328 14252 8029 2 2011 1021628.60 12833 20176 11945 3 2012 1128245.68 17462 28187 16990 4 2013 1258989.33 19083 33198 20217 5 2014 1386333.93 23366 41906 25603 6 2015 1525149.16 26398 39794 28031 Sumber : Badan Pusat Statistika dan Statistik Perbankan Syariah data diolah 38 Kondisi perekonomian provinsi Jawa Barat berdasarkan table 4.1 memperlihatkan bahwa selama periode lima tahun baik produk domestik regional brutonya, total aset perbankan syariahnya, dana pihak ketiga yang mampu dihimpun perbankan syariahnya, dan pembiayaan yang bisa dilakukan oleh perbankan syariahnya selalu mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai 2015. 39

B. Daerah Khusus Ibukota Jakarta DKI Jakarta

DKI Jakarta merupakan ibukota ngara Republik Indonesia. Jakarta terdiri dari 1 kabupaten, 5 kota, 44 kecamatan, dan 267 kelurahan. Sumber : Badan Informasi Geospasial, 2003 Gambar 4.2 Peta DKI Jakarta DKI Jakarta adalah kota dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Perekonomian di Jakarta didukung oleh sektor perdagangan, jasa, properti, industri kreatif, dan kuangan. Kondisi prekonomian Jakarta berupa Produk Domestik Regional Bruto, jumlah dana pihak ketiga perbankan syariah, total asset perbankan syariah, dan total pembiayaan perbankan syariah di DKI Jakarta dalam kurun waktu enam tahun pada 2010 sampai 2015 dapat dilihat pada table 4.2 berikut :