61
g Joint United Nations Programme on HIVAIDS UNAIDS bertugas memimpin kegiatan
advokasi global melawan epidemi ini, menjadi ujung tombak inisiatif perawatan dan bantuan bagi penderita-penderitanya.
h Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights OHCHR yang bertugas
mengkoordinir gerakan PBB untuk hak asasi manusia serta memberikan tanggapan terhadap pelanggaran berat hak asasi manusia.
Kebutuhan untuk menciptakan dan mewujudkan tanggung jawab untuk melindungi pengungsi tidak dapat terpenuhi bila tidak ada kerjasama. Untuk itu dalam rangka pemenuhan
kebutuhan tersebut telah dilakukan upaya untuk membina kerjasama antara lembaga-lembaga di atas. Selain untuk melindungi pengungsi kerjasama tersebut penting guna mengatasi masalah
pengungsi.
D. Konsep Tentang Hak Asasi Manusia
Meskipun tidak menggunakan istilah fundamental human rights hak asasi manusia yang asasi atau human rights and fundamental freedoms hak manusia dan kebebasan asasi
sebagaimana yang kita kenal sejak 1945, melainkan istilah rights hak atau liberties kebebasan, atau droits de l’homme et du citoyen hak manusia dan warga negara, konsep hak
asasi dan kebebasan fundamental, yang di Indonesia dikenal sebagai hak asasi manusia dengan akronimnya HAM. Sebagai konsep hak dan kebebasan yang melekat pada diri manusia yang
harus dihormati dan dilindungi. Lahir ditingkat nasional khususnya Inggris, Amerika Serikat, dan Prancis pada abad ke-17 dan ke-18 dengan dikeluarkannya instrumen HAM nasional dalam
Universitas Sumatera Utara
62
bentuk peraturan perundang-undangan nasional atau instrumen deklaratif yang memuat ketentuan atau yang mengenai HAM, yakni :
67
Bill of Rights di Inggris pada 1688
Virginia Declaration of Rights di Amerika Serikat pada 1776
Declaration of Independence di Amerika Serikat pada 1776
Declaration des Droits de l’Homme et du Citoyen di Prancis pada 1789
Bill of Rights di Amerika Serikat pada 1791
Pada abad ke-19 konsep penghormatan dan perlindungan HAM mulai berkembang di tingkat internasional, artinya dianut oleh komunitas bangsa-bangsa dalam hubungan antara
mereka.
68
HAM adalah hak mendasar, dalam harga diri dan nilai-nilai individu manusia, kesederajatan antara laki-laki dan perempuan dan kesederajatan antara bangsa yang besar dan
dengan yang kecil. HAM dalam penerapan kehendaknya tidak membedakan ras, agama, suku, jenis kelamin, atau bahasa. Begitu pula dalam upaya menjamin perlakuan manusiawi terutama
bagi kelompok rentan. Hukum Internasional yang terfokus untuk menjaga martabat dan kesejahteraan masing-masing individu. Kedua perangkat hukum meningkatkan perlindungan
pengungsi.
69
Hukum HAM berlaku untuk siapa saja, termasuk pengungsi tanpa memperdulikan status resmi mereka. Seperti yang telah dijelaskan sebelum-sebelumnya bahwa pengungsi adalah
segolongan manusia yang sangat rentan terhadap perlakuan sewenang-wenang oleh para
67
Enny Soeprapto, Perkembangan Hukum Hak Asasi Manusia Internasional, 2006. Hlm. 1
68
Ibid.
69
UNHCR, Pengenalan tentang Perlindungan Internasional, Melindungi Orang-orang yang Menjadi Perhatian UNHCR. Switzerland: Komisaris Tinggi PBB Untuk Urusan Pengungsi, 2005. Hlm. 53
Universitas Sumatera Utara
63
penguasa baik di negara mereka sendiri ataupun di negara dimana mereka mengungsi. Hukum ini merupakan standar kepada pengungsi dan pencari suaka di wilayahnya. Ini sangat penting untuk
negara-negara yang belum jadi peserta dari traktat pengungsi manapun baik Konvensi 1951, Protokol 1967, ataupun Konvensi Pengungsi Organization Africa Union OAU.
70
a. DUHAM Deklarasi Umum Hak-hak Asasi Manusia 1948
Adapun perangkat HAM internasional yang berkaitan dengan pengungsi dan dijadikan sebagai dasar perlindungan dan perlakuan pengungsi. Perangkat yang dimaksud adalah DUHAM
1948, ICCPR 1966, ICESCR 1966, dan CAT 1984.
Pasal 9,13, dan 14 DUHAM yang telah ditandatangani Pemerintah Indonesia memberikan perlindungan, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap hak-hak dan
kebebasan dasar para pengungsi dan pencari suaka. Pasal 9 DUHAM mengatur bahwa “tidak seorangpun boleh ditangkap, ditahan atau dibuang dengan sewenang-wenang”.
71
1 Setiap orang berhak atas kebebasan bergerak dan berdiam di dalam batas-batas setiap
negara. Selanjutnya pasal 13 DUHAM mengatur bahwa :
2 Setiap orang berhak meninggalkan suatu negeri, termasuk negerinya sendiri, dan berhak
kembali ke negerinya.
72
Lebih lanjut pasal 14 DUHAM mengatur bahwa :
70
Ibid.
71
Lihat Pasal 9 Deklarasi Umum Hak-hak Asasi Manusia 1948
72
Ibid., Pasal 13
Universitas Sumatera Utara
64
1 Setiap orang berhak mencari dan mendapatkan suaka di negeri lain untuk melindungi diri
dari pengejaran. 2
Hak ini tidak berlaku untuk kasus pengejaran yang benar-benar timbul karena kejahatan- kejahatan yang tidak berhubungan dengan politik, atau karena perbuatan-perbuatan yang
bertentangan dengan tujuan dan dasar PBB.
73
Selain hak-hak yang terdapat dalam Pasal 9, 13, dan 14 sebagaimana yang telah disebutkan diatas, dibeberapa pasal lain juga terdapat hak-hak yang krusial bagi perlindungan
pengungsi, diantaranya hak atas hidup, hak atas rasa aman, hak untuk mencari dan menikmati suaka, bebas dari penyiksaan atau perlakuan dan hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi,
dan merendahkan martabat manusia, bebas dari perbudakan, kebebasan berpikir dan beragama, bebas dari penangkapan dan penahanan sewenang-wenang, serta kebebasan berpendapat dan
berekspresi.
74
b. ICCPR International Covenant on Civil an Political Rights 1966
Kovenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik selanjutnya disingkat Kovenan Sipol 1966 merupakan Kovenan yang disahkan oleh Majelis Umum PBB melalui Resolusi No.2200 A
XXI. Kovenan Sipol bertujuan untuk mengukuhkan pokok-pokok HAM di bidang sipil dan politik yang tercantum dalam DUHAM sehingga menjadi ketentuan-ketentuan yang mengikat
secara hukum dan penjabarannya mencakup pokok-pokok lain yang terkait.
75
73
Ibid., Pasal 14
74
Asep Mulyana, Membaca Fenomena Pengungsi dan Pencari Suaka. Penelitian oleh Komnas HAM. 2011.
75
Lihat lebih lanjut Sejarah Perkembangan Lahirnya Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik bagian Penjelasan atas Undang-undang Republik Indonesia No.12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International
Covenant on Civil and Political Rights Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik.
Universitas Sumatera Utara
65
Kovenan Sipol muncul atas dasar cita-cita manusia yang bebas untuk menikmati kebebasan sipil dan politik dan kebebasan dari ketakutan dan kemiskinan, hanya dapat dicapai
apabila diciptakan kondisi dimana setiap orang dapat menikmati hak-hak sipil dan politik, serta hak ekonomi, sosial dan budaya.
76
Dalam hal ini, jika dikaitkan dengan pengungsi maka para pengungsi juga mempunyai hak atas semua hak dan kebebasan dasar seperti disebutkan dalam instrumen hak asasi manusia
internasional. Dengan demikian maka perlindungan bagi pengungsi harus dilihat dalam konteks perlindungan hak asasi manusia yang lebih luas.
77
1 Setiap orang yang secara sah berada dalam wilayah suatu Negara, berhak atas kebebasan
untuk bergerak dan kebebasan untuk memilih tempat tinggalnya dalam wilayah tersebut. Hak-hak mengenai perlindungan pengungsi juga diatur dalam Kovenan Sipol yang
terdapat dalam Pasal 12, 13, 14, dan Pasal 16. Dalam Pasal 12 diatur bahwa :
2 Setiap orang bebas untuk meninggalkan negara mana pun, termasuk negaranya sendiri.
3 Hak-hak diatas tidak boleh dikenai pembatasan apapun kecuali pembatasan yang
ditentukan oleh hukum guna melindungi keamanan nasional dan ketertiban umum, kesehatan atau moral masyarakat, atau hak-hak dan kebebasan dari orang lain, dan yang
sesuai dengan hak-hak lain yang diakui dalam Kovenan ini. 4
Tidak seorang pun boleh secara sewenang-wenang dirampas hak nya untuk memasuki negaranya sendiri.
78
Selanjutnya Pasal 13 mengatur bahwa :
76
Ibid.
77
Ibid.
78
Lihat Pasal 12 Kovenan Sipol 1966
Universitas Sumatera Utara
66
“Seorang asing yang secara sah berada dalam wilayah suatu negara pihak dalam Kovenan ini, hanya dapat diusir dari wilayah tersebut sebagai akibat keputusan yang diambil berdasarkan
hukum, dan kecuali ada alasan-alasan kuat mengenai keamanan nasional, harus diberikan kesempatan untuk mengajukan alasan untuk menolak pengusiran tersebut, dan berhak meminta
agar kasusnya ditinjau kembali dan diwakili untuk tujuan ini oleh badan yang berwenang atau orang atau orang-orang yang secara khusus ditunjuk oleh badan yang berwenang”.
79
1 Semua orang mempunyai kedudukan yang sama dihadapan pengadilan dan badan peradilan.
Dalam menentukan tuduhan pidana terhadapnya, atau dalam menentukan segala hak dan kewajibannya dalam suatu gugatan, setiap orang berhak atas pemeriksaan yang adil dan
terbuka untuk umum, oleh suatu badan peradilan yang berwenang, bebas dan tidak berpihak dan dibentuk menurut hukum. Media dan masyarakat dapat dilarang untuk mengikuti seluruh
atau sebagian siding karena alasan moral, ketertiban umum atau keamanan nasional dalam suatu masyarakat yang demokratis atau apabila benar-benar diperlukan menurut pendapat
pengadilan dalam keadaan khusus, dimana publikasi justru akan merugikan kepentingan keadaan sendiri ; namun setiap keputusan yang diambil dalam perkara pidana maupun
perdata harus diucapkan dalam sidang yang terbuka, kecuali bilamana kepentingan anak- anak menentukan sebaliknya, atau apabila persidangan tersebut berkenaan dengan
perselisihan perkawinan atau perwalian anak-anak. Selanjutnya Pasal 14 mengatur bahwa :
2 Setiap orang yang dituduh melakukan kejahatan berhak dianggap tidak bersalah sampai
kesalahannya dibuktikan menurut hukum.
79
Ibid., Pasal 13
Universitas Sumatera Utara
67
3 Dalam menentukan tindak pidana yang dituduhkan padanya, setiap orang berhak atas
jaminan-jaminan minimal berikut ini, dalam persamaan yang penuh : a.
Untuk diberitahukan secepatnya dan secara rinci dalam bahasa yang dapat dimengertinya, tentang sifat dan alasan tuduhan yang dikenakan terhadapnya
b. Untuk diberi waktu dan fasilitas yang memadai untuk mempersiapkan pembelaan dan
berhubungan dengan pengacara yang dipilihnya sendiri c.
Untuk diadili tanpa penundaan yang tidak semestinya d.
Untuk diadili dengan kehadirannya, dan untuk membela diri secara langsung atau melalui pembela yang dipilihnya sendiri, untuk diberitahukan tentang hak ini bila ia tidak
mempunyai pembela dan untuk mendapatkan bantuan hukum demi kepentingan keadilan, dan tanpa membayar jika ia tidak memiliki dana yang cukup untuk membayarnya.
e. Untuk memeriksa atau meminta diperiksanya saksi-saksi yang memberatkannya dan
meminta dihadirkan dan diperiksanya saksi-saksi yang meringankannya, dengan syarat- syarat yang sama dengan saksi-saksi yang memberatkannya.
f. Untuk mendapatkan bantuan cuma-cuma dari penerjemah apabila ia tidak mengerti atau
tidak dapat berbicara dalam bahasa yang digunakan di pengadilan g.
Untuk tidak dipaksa memberikan kesaksian yang memberatkan dirinya, atau dipaksa mengaku bersalah.
4 Dalam kasus orang dibawah umur, prosedur yang dipakai harus mempertimbangkan usia
mereka dan keinginan untuk meningkatkan rehabilitasi bagi mereka. 5
Setiap orang yang dijatuhi hukuman berhak atas peninjauan kembali terhadap keputusannya atau hukumannya oleh pengadilan yang lebih tinggi, sesuai dengan hukum.
Universitas Sumatera Utara
68
6 Apabila seseorang telah dijatuhi hukuman dengan keputusan hukum yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap, dan apabila kemudian ternyata diputuskan sebaliknya atau diampuni berdasarkan suatu fakta baru, atau fakta yang baru saja ditemukan menunjukkan
secara meyakinkan bahwa telah terjadi kesalahan dalam penegakan keadilan. Maka orang yang telah menderita hukuman sebagai akibat dari keputusan tersebut harus diberi ganti rugi
menurut hukum, kecuali jika dibuktikan bahwa tidak terungkapnya fakta yang tidak diketahui itu, sepenuhnya atau untuk sebagian disebabkan karena dirinya sendiri.
7 Tidak seorang pun dapat diadili atau dihukum kembali untuk tindak pidana yang pernah
dilakukan, untuk mana ia telah dihukum atau dibebaskan, sesuai dengan hukum dan hukum acara pidana di masing-masing negara.
80
Selanjutnya Pasal 16 Kovenan Sipol mengatur bahwa : “setiap orang berhak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum dimanapun ia berada.
81
c. ICESCR International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights 1966
Dengan demikian bahwa setiap negara berkewajiban untuk berupaya keras bagi pemajuan dan pelaksanaan hak-hak yang diakui dalam
Kovenan ini”.
Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya selanjutnya disingkat Kovenan Ekosob merupakan Kovenan yang membahas tentang hak-hak ekonomi, sosial dan
budaya dimana hak-hak tersebut adalah bagian tak terpisahkan dari hak asasi manusia.
82
80
Ibid., Pasal 14
81
Ibid., Pasal 16
82
Indonesia ESC Rights Action Network, Mengenai Kovenan Internasional Tentang Hak-hak Ekosob ICESCR, http:indonesia-escrights-net.blogspot.com200908mengenai-kovenan-internasional-tentang.html
, Diakses pada hari Rabu 10 Juni 2015, Pukul 11.20 WIB
Universitas Sumatera Utara
69
Hak Ekosob menciptakan kondisi bagi peningkatan kapabilitas dengan menghapuskan deprivasikesenjangan. Hak-hak ini memungkinkan kebebasan untuk menentukan cara hidup
yang kita hargai. Potensi manusia bisa diekspresikan melalui hak-hak sipil dan politik namun pengembangan potensi tersebut membutuhkan keadaan-keadaan sosial dan ekonomi yang
memadai.
83
1 Setiap negara pihak pada Kovenan ini, berjanji untuk mengambil langkah-langkah, baik
secara individual maupun melalui bantuan dan kerjasama internasional, khususnya dibidang ekonomi dan teknis sepanjang tersedia sumber dayanya, untuk secara progresif
mencapai perwujudan penuh dari hak-hak yang diakui oleh Kovenan ini dengan cara-cara yang sesuai, termasuk dengan pengambilan langkah-langkah legislatif.
Perlindungan hak-hak pengungsi atau warga negara asingimigran dalam Kovenan ini diatur dalam Pasal 2 yang menyatakan bahwa :
2 Negara pihak pada Kovenan ini berjanji untuk menjamin bahwa hak-hak yang diatur
dalam Kovenan ini akan dilaksanakan tanpa diskriminasi apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik, atau pendapat lainnya, asal-usul kebangsaan atau
sosial, kekayaan, kelahiran atau status lainnya. 3
Negara-negara berkembang dengan memperhatikan hak asasi manusia dan perekonomian nasionalnya, dapat menentukan sampai seberapa jauh mereka dapat menjamin hak-hak
ekonomi yang diakui dalam Kovenan ini kepada warga negara asing.
84
d. CAT The United Nations Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or
Degrading Treatment or Punishment 1984
83
Ibid.
84
Lihat Pasal 2 Kovenan Ekosob 1966
Universitas Sumatera Utara
70
Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia selanjutnya disingkat Konvensi Anti
Penyiksaan adalah sebuah instrumen hukum internasional yang bertujuan untuk mencegah penyiksaan terjadi diseluruh dunia.
Konvensi ini mewajibkan negara-negara pihak untuk mengambil langkah-langkah efektif untuk mencegah penyiksaan terjadi di wilayahnya dan konvensi melarang pemulangan paksa
atau ekstradisi terhadap seseorang ke negara lain di mana ia berhadapan dengan risiko penyiksaan.
85
1 Tidak ada negara pihak yang boleh mengusir, mengembalikan refouler, atau
mengekstradisi seseorang ke negara lain apabila terdapat alasan yang cukup kuat untuk menduga bahwa orang itu dalam bahaya karena menjadi sasaran penyiksaan.
Perlindungan HAM pengungsi atau warga negara asingimigran mengenai anti penyiksaan diatur dalam Pasal 3, bahwa :
2 Untuk menentukan apakah terdapat alasan-alasan semacam itu, pihak berwenang harus
mempertimbangkan semua hal yang berkaitan, termasuk apabila mungkin terdapat pola tetap pelanggaran yang besar, mencolok atau massal terdapat hak asasi manusia di negara
tersebut.
86
Unsur utama dari perlindungan internasional terhadap diri seorang pengungsi adalah mereka tidak untuk dipulangkan secara paksa ke negara dimana kehidupan dan kebebasan
85
ICJR, 2012, Konvensi Anti Penyiksaan, http:icjr.or.idkonvensi-anti-penyiksaan
. Diakses pada hari Rabu 10 Juni 2015 pukul 13.00 WIB
86
Lihat Pasal 2 Konvensi Anti Penyiksaan 1984
Universitas Sumatera Utara
71
mereka akan terancam. Prinsip inilah dalam Konvensi tahun 1951 tentang status pengungsi yang disebut dengan prinsip non refoulement.
Namun kadang kala kendala yang dihadapi para pengungsi adalah banyak negara-negara belum menjadi peserta dari instrumen HAM diatas dan Konvensi 1951 ataupun Protokol 1967.
Sehingga tidak jarang kehadiran pengungsi di negara persinggahan atau negara tujuan dipulangkan secara paksa. Perlakuan seperti itu jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum
internasional yang telah diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab. Kewajiban internasional yang melekat kepada setiap negara yang menganggap mereka adalah bagian masyarakat internasional,
terlepas apakah negara itu menjadi anggota dari organisasi internasional seperti PBB, atau anggota dari organisasi internasional lainnya, ataupun peserta atau bukan dari sebuah konvensi
internasional untuk memperlakukan secara manusiawi para pengungsi.
Universitas Sumatera Utara
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang