Teori Keagenan Tinjauan Pustaka .1 Dividen dan Kebijakan Dividen

D. Teori efek pajak tax effect theory Litzenberger dan Ramaswamy 1982 menyatakan bahwa teori efek pajak atau yang lebih dikenal dengan teori preferensi pajak, semakin tinggi tingkat pajak yang dikenakan pada dividen terhadap capital gain maka efeknya akan negatif pada perusahaan yang membayar dividen tinggi. dengan adanya pajak yang dikenai pada dividen dan capital gain, para investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak. Suwaldiman dan Aziz 2006 berpendapat bahwa ada tiga alasan yang membuat investor lebih memilih tingkat pembagian dividen yang rendah daripada tingkat pembagian dividen yang tinggi, yaitu: 1. tarif pajak yang dikenai Capital gain lebih rendah daripada pendapatan dividen. para investor yang memiliki sebagian besar saham mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. 2. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada efek nilai waktu. 3. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai meninggal, makan sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang. E. Teori Efek Klien Clientele effect theory Dalam Gumanti 2013; 62 menurut Allen et al. 2000 menyatakan bahwa klien berskala besar, seperti investor institusi, cenderung tertarik berinvestasi pada saham yang membagikan dividen. Sebagai contoh, perusahaan industri dengan pertumbuhan tinggi, biasanya membayar dividen dalam jumlah tidak banyak atau bahkan tidak membayar sama sekali akan memikat klien yang menyukai apresiasi harga dalam bentuk capital gains daripada dividen. Di sisi lain, perusahaan yang mampu membayar dividen dalam jumlah besar, akan memikat investor yang menyukai dividen yang tinggi.

2.1.2 Teori Keagenan

Dalam teori keagenan, manajer agen dan pemegang saham atau investor principal memiliki kepentingan yang berbeda. Ini dikarenakan Universitas Sumatera Utara adanya keinginan pihak manajer untuk membagikan dividen yang kecil agar dapat memperkuat keuangan perusahan terhadap masalah investasi di masa depan. Berbanding terbalik dengan pemegang saham yang beranggapan bahwa masalah tambahan dana perusahaan dapat diambil dari hutang perusahaan. Namun manajer tidak dapat sejalan dengan pemegang saham karena hutang dari luar perusahaan memiliki risiko yang lebih tinggi. Perbedaan kepentingan seperti inilah yang membuat konflik kepentingan agency conflict muncul. Menurut Jensen dan Meckling 1976 dalam Risaptoko 2007 perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham sangat rentan terjadi. Penyebabnya karena para pengambil keputusan tidak perlu menanggung resiko akibat adanya kesalahan dalam pengambilan keputusan bisnis, begitu pula jika mereka tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan. Resiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh para pemilik. Dikarenakan pihak manajemen tidak menanggung resiko dan tidak mendapat tekanan dari pihak lain dalam mengamankan investasi para pemegang saham, maka pihak manajemen cenderung membuat keputusan yang tidak optimal. Jensen dan Meckling menghubungkan adanya interaksi antara kebijakan dividen dan insider ownership. Untuk menunjukkan ketidaksimetrisan antara pemilik insiders dan investor luar. Jensen, menemukan bahwa keputusan finansial perusahaan dan insider ownership memiliki ketergantungan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, menurut agency theory, para manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan mereka sendiri, bukan berdasarkan maksimalisasi nilai dalam pengambilan keputusan pendanaan. Risaptoko, 2007 Konflik keagenan dalam kontens teori keagenan kurang begitu terasa pada situasi pembayaran dividen di pasar modal Indonesia. Pada perusahaan publik di indonesia konflik ini lebih banyak terjadi antara pemegang saham pengendali atau mayoritas dengan pemegang saham minoritas. Akibat besarnya porsi kepemilikan saham pengendali membuat konflik pemegang Universitas Sumatera Utara saham dengan manajemen menjadi tidak kentara. Keputusan berapa besar dividen yang akan dibagikan pada RUPS, menjadi hal yang dapat mengurangi konflik antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas. Kebijakan dividen selain menjadi potensi munculnya konflik keagenan antara manajer dan pemegang saham, dapat juga menjadi media yang mengurangi konflik keagenan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas.

2.1.3 Insider Ownership

Dokumen yang terkait

Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 2 66

Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 0 9

Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 1 2

Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 0 8

Pengaruh Insider Ownership, Risiko Pasar, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia

0 3 12

Pengaruh Insider Ownership, Risiko Pasar, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Insider Ownership, Risiko Pasar, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia

0 0 6

Pengaruh Insider Ownership, Risiko Pasar, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia

0 0 18

Pengaruh Insider Ownership, Risiko Pasar, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia

0 1 2

Pengaruh Insider Ownership, Risiko Pasar, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia

0 0 8