penetapan Daerah Istimewa Aceh dan Irian Jaya sebagai daerah otonomi khusus yang diatur dengan Undang-Undang.
C. Peran Kepala Daerah dalam Menyelenggarakan Demokrasi di Indonesia
Peran penyelenggaraan pemerintahan daerah tidak terlepas dari penyelenggaraan pemerintahan pusat, karena pemerintahan daerah merupakan
bagian dari penyelenggaraan pemerintahan negara. Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan pusat berlaku juga dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah, termasuk asas-asas penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang pemerintahan
daerah. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham
demokrasi, sehingga semua kewenangan adalah dimiliki oleh rakyat. Negara Indonesia yang besar dan luas dari segi geografis serta terdiri dari beribu-ribu
pulau yang dibatasi dengan laut, akan tidak mungkin dapat melaksanakan demokrasi secara terpusat. Oleh karena itu Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur pemerintahan daerah. Sebagai konsekwensi yuridis konstitusional, maka
dibentuklah pemerintahan daerah yang diatur dengan peraturan perundang- undangan.
Keberadaan pemerintah daerah secara konstitusional, dimana wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten
Universitas Sumatera Utara
dan kota mempunyai pemerintahan daerah serta bentuk susunan pemerintahannya diatur dengan Undang-Undang. Pemerintahan negara membagi-bagi pemerintahan
menjadi pemerintah daerah, yang bertujuan mempercepat dalam mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kuncoro Purbopranoto yang mengutip dari pendapat R. Crince Le Raoy dalam Philipus M Hadjon, menyebutkan asas-asas umum pemerintahan yang baik
terdiri atas 11 sebelas asas, yaitu:
113
1. Asas kepastian hukum principle of legal security;
2. Asas keseimbangan principle of proportionality;
3. Asas kesamaan dalam pengambilan keputusan principle of equality;
4. Asas bertindak cermat principle of carefullness;
5. Asas motivasi untuk setiap keputusan principle of motivation;
6. Asas jangan mencampuradukan kewenangan principle of non misuse
of competence; 7.
Asas permainan yang layak principle of fair play; 8.
Asas keadilan atau kewajaran principle of reasonableness or prohibition of arbitrariness;
9. Asas menanggapi pengharapan yang wajar principle of meeting
raised expectation; 10.
Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal principle of undoing the consequences of an annulled decision;
11. Asas perlindungan atas pandangan hidup pribadi principle of
protecting the personal way of life;
Bentuk-bentuk konkret dari perbuatan nyata feitelijkehandelingen, dapat dicontohkan perbuatan nyata pemerintah dapat dibedakan sesuai dengan
obyeknya, seperti bidang pembangunan adalah pembangunan jembatan dalam rangka memperlancar komunikasi, pengukuran tanah swasta guna pembangunan
113
Hadjon, Philipus M., dkk, Pengantar Hukum Adminsitrasi Indonesia Introduction to the Indonesian Adminstrative Law, Gajah MadaUniversity Press, Yogyakarta, 2005, hlm 270.
Universitas Sumatera Utara
gedung-gedung pemerintah, sedangkan pada bidang penegakkan hukum adalah tindakan paksaan pemerintah bestuursdwang.
114
Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan
kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah.
115
Desentralisasi merupakan penyerahan segala urusan,baik pengaturan dalam pembuatan peraturan perundang-undangan, maupun penyelenggaraan
pemerintah dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk selanjutnya menjadi urusan rumah tangga sendiri. Desentralisasi pemerintahan yang
pelaksanaan diwujudkan dengan pemberian otonomi kepada daerah-daerah, di dalam meningkatkan daerah-daerah mencapai daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Dengan demikian daerah perlu diberikan wewenang
untuk melaksanakan berbagai urusan pemerintahan sebagai urusan rumah tangganya, serta sekaligus memiliki pendapatan daerah.
116
Menurut pendapat Jimly Asshiddiqie penyelenggaraan otonomi daerah menekankan pentingnya prinsip-prinsip demokrasi, peningkatan peran serta
masyarakat, dan pemerataan keadilan dengan memperhitungkan berbagai aspek yang berkenaan dengan potensi dan keanekaragaman antar daerah. Dalam arti
bahwa dalam penyelenggaraan kebijakan otonomi daerah, menyangkut pengalihan
114
Johanes Usfunan, Perbuatan Pemerintah yang Dapat Digugat, Djambatan, Surabaya, 2002, hlm 139.
115
Deddy Supriady Bratakusumah dan Dadang Solihin, Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, hlm 1.
116
Inu Kencana Syafei, Sistem Pemerintahan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm 85-86.
Universitas Sumatera Utara
kewenangan dari pemerintahan ke masyarakat, yang diharapkan dapat tumbuh dan berkembang keprakarsaan dan kemandiriannya dalam iklim demokrasi dewasa
ini.
117
Bachrul Elmi, memberikan penjelasan lebih lanjut tentang governance bahwa kewenangan yang diamanatkan kepada pemerintahan daerah, dilaksanakan
untuk mengelola sumber daya sosial dan ekonomi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.
Prinsip desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah setelah reformasi merupakan persoalan yang sangat penting untuk menciptakan
pemerintahan daerah yang efisien, efektif dan bertanggungjawab dalam kerangka demokrasi yang berlandaskan nilai-nilai hukum yang berkeadilan.
Penyelenggaraan pemerintahan daerah diberikan kebebasan wewenang dalam mengatur dan mengurus untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kebebasan tindakan pemerintahan daerah bukan
kebebasan tanpa dibatasi dengan ketentuan perundang-undangan, tetapi kebebasan dalam menjalankan tindakan pemerintah vrij bestuur dalam membuat suatu
kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
118
117
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm 224.
118
Elmi Bachrul, Keuangan Pemerintah Daerah Otonom di Indonesia, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 2002, hlm 14.
Universitas Sumatera Utara
80
BAB IV PELAKSANAAN PEMILUKADA SERENTAK DALAM