80
BAB IV PELAKSANAAN PEMILUKADA SERENTAK DALAM
PENYELENGGARAAN DEMOKRASI DI INDONESIA STUDI PADA KPUD KABUPATEN KARO
A. Keefektifan Pemilukada Serentak di Indonesia dari Segi Biaya dan Kinerja Penyelenggaranya
Penyempurnaan presidensialisme memerlukan peninjauan kembali format sistem perwakilan, skema penyelenggaraan dan sistem pemilu, serta sistem
kepartaian. Dalam konteks pemilu, penataan tak hanya terkait urgensi perubahan sistem pemilu, khususnya sistem pileg, melainkan juga penataan skema
penyelenggaraannya ke arah pemilu secara simultan antara pemilu legislatif dan pemilu presiden. Penataan tersebut mengarah pada dua skema pemilu, yakni
pemilu nasional serentak untuk memilih PresidenWapres, DPR dan DPD dan pemilu lokaldaerah serentak untuk memilih anggota DPRD dan kepala-kepala
daerah, baik kabupatenkota maupun provinsi.
119
Masalah efektif dan efisiensi pilkada langsung tidak semata dipandang karena biaya. Efisiensi perlu pula menjawab persoalan rendahnya kepercayaan
trust dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari kinerja Kepala Daerah terpilih. Pelaksanaan demokrasi yang dinilai mahal, dapat diefisiensikan dengan
berbagai cara, sepanjang tidak merusak nilai-nilai demokrasi. Sehingga pasca pilkada akan terbentuk sebuah pemerintahan daerah yang efektif effective
119
Syamsuddin Haris, dkk, Pemilu Nasional Serentak 2019,
http:www.rumahpemilu.compublicdoc2015_02_03_08_18_33_Position20 Paper20 Pemilu20Serentak202019.pdf diakses tanggal 20 Oktober 2015.
Universitas Sumatera Utara
government.
120
Dalam perkembangannya, efisiensi dan efektivitas mulai disebut sebagai bagian terpenting dalam penyelenggaraan pilkada langsung. Hal ini dapat dibaca
pada bagian penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan Memang tidak ada yang menyangkal bahwa demokrasi
memerlukan biaya, termasuk dalam menyelenggarakan pilkada, tetapi kalau biayanya terlalu mahal maka harus dicari yang lebih murah. Bukankah salah satu
prinsip penyelenggaraan pemilu adalah efisien, karena itu faktor biaya menjadi pertimbangan yang sangat penting. Meskipun pelaksanaan pemilukada serentak
dapat menghemat biaya tinggi dan mengurangi tenaga dalam mencari pemimpin bangsa, tetapi tidak dapat kita pungkiri pula pelaksanaan pemilukada serentak
yang baru pertama kali ini dapat menimbulkan berbagai macam problematika. Adapun problematika yang diprediksi menjadi salah satu krikil tajam
penyelenggaraan pemilukada tersebut yakni sengketa massal pemilukada. Bukan menjadi rahasia apabila selama ini pelaksanaan pemilukada di setiap daerah selalu
memunculkan sengketa pemilukada karena sebagian besar calon Kepala Daerah tidak siap untuk kalah.
Kaitannya dengan pilkada langsung, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tidak menjelaskan makna, efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan
pilkada langsung. Efisiensi dan efektivitas dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 32 Tahun 2004 baru diletakkan sebagai 2 dua asas dari 9 Sembilan asas
umum penyelenggaraan negara sebagaimana diatur dalam Pasal 20 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
120
Suharizal, Op. Cit., hlm 197.
Universitas Sumatera Utara
atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang berbunyi sebagai berikut:
“Di samping itu penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah perlu dilakukan dengan menetapkan prinsip efisiensi dan
efektivitas baik yang berkaitan dengan pemanfaatan dana, perlengkapan, personel dengan memerhatikan kondisi wilayah pemilihan.
Dalam regulasi berikutnya, efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan pilkada menjadi salah satu alasan pembentukan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini dapat dibaca pada huruf f konsideran “menimbang” yang berbunyi:
“Bahwa dalam rangka efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah, perlu adanya pengaturan untuk
mengintegritasikan jadwal penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah sehingga Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah perlu diubah.” Pasal 2 Undang-Undang 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengatur bahwa pemilu dilaksanakan secara efektif
dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Rumusan tentang asas-asas pemilu ini sebelumnya pernah dijelaskan dalam Pasal
2 Undang-Undang 22 Tahun 2007 yang berbunyi :
Universitas Sumatera Utara
Penyelenggaraan Pemilu berpedoman kepada asas:
121
1. Mandiri
2. Jujur
3. Adil
4. Kepastian hukum
5. Tertib penyelenggaraan pemilu
6. Kepentingan umum
7. Keterbukaan
8. Proporsionalitas
9. Profesionalitas
10. Akuntabilitas
11. Efisiensi
12. Efektivitas
Konsolidasi demokrasi merupakan upaya dinamis yang perlu dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas demokrasi. Setidaknya, saat ini
dihadapkan pada tiga fenomena sosial yang mengharuskan adanya evaluasi atau sistem, kultur dan aturan berdemokrasi.
1. Sistem demokrasi yang mengagungkan kedaulatan rakyat ternyata
tidak selalu menghasilkan wakil rakyat yang bertindak sesuai dengan aspirasi rakyat.
2. Penyelenggaraan pemerintahan cenderung tidak stabil dan lebih
disibukkan dengan agenda politik kekuasaan. 3.
Berjalannya demokrasi tidak berbanding harus dengan peningkatan kesejahteraan rakyat.
Adapun tujuan dilaksanakannya pemilukada serentak adalah terciptanya efektivitas dan efisiensi. Pada pemilihan gubernur, bupati, walikota itu
dilaksanakan bersamaan, itu tentu bisa menghemat anggaran.
122
121
Ibid. hlm 199.
Penghematan anggaran muncul pada saat KPU membiayai honor petugas TPS, misal pada
pemilihan Gubernur Jawa Barat yang bersamaan dengan pemilihan Bupati atau Walikota, pembiayaan atas petugas TPS hanya perlu dibayarkan satu kali
122
Arief, Tujuan Pilkada Serentak Untuk Terciptanya Efektivitas dan Efisiensi Anggaran, http:www.kpu.go.idindex.phppostread20153829Arief-Tujuan-Pilkada-Serentak-Untuk-
Terciptanya-Efektivitas-dan-Efisiensi-Anggaran diakses pada tanggal 4 Agustus 2015.
Universitas Sumatera Utara
termasuk biaya bimbingan teknis, biaya sosialisasi, dan biaya-biaya lain untuk pembiayaan satu kali pemilihan.
Misal Pemilihan Gubernur Jawa Barat, bersamaan dengan 8 delapan kabupatenkota, hal-hal yang bisa dihemat adalah pembiayaan honorarium
petugas. Jadi petugas di TPS itu sekali kerja dia mengerjakan dua hal, proses rekapitulasi pemilihan gubernur, proses pemungutan dan penghitungan suara
bupati, walikota. Jika tidak mendapatkan jawaban atas sistem pendanaan yang tepat, dikhawatirkan KPU akan mengalami kesulitan besar. Ini juga harus
dipahami oleh semua pihak karena kekhususan KPU sebagai penyelenggara pemilu memang berbeda dengan lembaga-lembaga yang lain, beban yang
ditanggung Bawaslu dalam mengawasi pelaksanaan pilkada serentak. Bagaimanapun juga, Perppu 12014 lahir dengan semangat untuk memperbaiki
kualitas pemilihan Kepala Daerah. Salah satunya, menguatkan penegakan hukum dan mengurangi ekses negatif melalui pencegahan pelanggaran dan penguatan
pengawasan.
123
123
Ibid.
Sebagai pelaksana amanat Undang- Undang tentu saja Bawaslu harus siap. Melaksanakan aturan perppu, dan sebenarnya setelah pileg dan pilpres
sudah mulai mempersiapkan diri. Menurut catatan KPU, pilkada akan digelar di 8 delapan provinsi dan 196 seratus sembilan puluh enam kabupatenkota. Meski
belum memastikan tanggal pemungutan suara, KPU telah membuat beberapa alternatif rangkaian tahapan. Ada tiga simulasi hari pemungutan suara, tanggal 9
September, 7 Oktober, dan 11 November. Tapi paling memungkinkan, minggu kedua atau tanggal 11 November 2015. Bagi Bawaslu, setidaknya terdapat dua isu
Universitas Sumatera Utara
besar pada pelaksanaan pilkada serentak tahun depan. Pertama, perintah perppu tentang pengadaan petugas pengawas di setiap tempat pemungutan suara TPS.
Kedua, kemungkinan dilakukannya pemilihan dan pemungutan suara secara elektronik. Pada Pasal 89 ayat 6 Perppu 12014 menyebutkan keberadaan petugas
pengawas di setiap TPS. Pilkada serentak akan diawasi oleh pengawas yang dilembagakan Bawaslu di setiap TPS. Lalu, pada Pasal 85 ayat 1 disebutkan,
pemberian suara untuk pilkada dapat dilakukan dengan cara memberi tanda satu kali pada surat suara atau dengan memberi suara melalui peralatan pemilihan
suara elektronik. Kemudian, dalam Pasal 98 ayat 3 dicantumkan dalam hal pemberian suara dilakukan dengan cara elektronik, penghitungan suara dilakukan
dengan cara manualatau elektronik. Efisiensi akan dapat tercipta pada tiga hal, yaitu:
1. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian proses penyelenggaraan
tahapan pemilu akan dapat dilakukan secara efisien tidak hanya karena Pemilu Nasional dipisahkan dari Pemilu Lokal tetapi juga
karena hasil evaluasi atas kelemahan pada penyelenggaraan Pemilu Nasional dapat digunakan untuk memperbaiki penyelenggaraan
Pemilu Lokal. Demikian pula sebaliknya.
2. Biaya penyelenggaraan pemilu, khususnya honorarium panitia
pelaksana lokal akan dapat dihemat secara signifikan. Penghematan dapat dilakukan secara signifikan karena dua hal. Pertama, karena
jumlah petugas KPPS, PPS dan PPK seluruh Indonesia mencapai lebih dari 4 juta orang. Dan kedua, karena honorarium petugas sebelum
Pemilu Nasional dipisahkan dari Pemilu Lokal dibayar untuk tiga kali Pemilu Pemilu Anggota DPRD, Pemilu Bupati atau Wali Kota, dan
Pemilu Gubernur dan akan menjadi satu kali Pemilu Pemilu Lokal setelah Pemilu Nasional dipisahkan dari Pemilu Lokal.
3. Efisiensi ketiga dapat dilakukan pada pendayagunaan personel secara
penuh selama lima tahun baik anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU KabupatenKota maupun staf Sekretariat Jendral KPU tingkat pusat,
provinsi dan kabupatenkota. Sebelum Pemilu Nasional dipisahkan dari Pemilu Lokal, baik anggota maupun staf Sekretariat Jendral KPU
hanya bekerja efektif tiga tahun dari lima tahun masa kerja. Dengan
Universitas Sumatera Utara
pemisahan Pemilu Nasional dari Pemilu Lokal, maka anggota dan staf Sekretariat Jendral KPU akan bekerja sepanjang tahun.
Dilihat dari segi anggaran biaya Pilkada tahun 2015 di Kabupaten Karo rancangan anggaran biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan pemilihan
kepala daerah periode ini diperoleh dari dana APBD Kabupaten Karo begitu juga dengan KabupatenKota masing-masing daerah, Pilkada diperoleh dari APBD
KabupatenKota masing-masing.
124
Anggaran Pilkada Kabupaten Karo tahun 2010 pastinya berbeda dengan anggaran tahun 2015 dimana anggaran tahun 2010 berkisar antara Rp.
8.479.796.300,- dalam putaran pertama sedangkan pada putaran kedua sebesar Rp. 2.434.807.900,- sedangkan untuk tahun 2015 rancangan anggaran pemilihan
kepala daerah lebih besar yakni berkisar Rp. 21.725.261.000,- dibandingkan dengan periode tahun 2010 lebih kecil dibandingkan tahun 2015, tetapi anggaran
tahun 2015 tidaklah sepenuhnya dihabiskan jika anggaran ini bersisa maka akan dikembalikan. Anggaran 2015 sangat besar karena adanya peraturan baru dimana
dana alat peraga kampanye ditanggung oleh pihak KPUD sehingga, KPUD memerlukan anggarang yang besar. Untuk honorarium penyelenggara tidak jauh
berbeda dengan periode yang lalu hanya saja karena peraturan baru. Anggaran tersebut bersifat fleksibel tapi dana anggaran sekarang ini lebih besar bukan
berarti untuk dihabiskan pastinya akan dikembalikan.
125
Peraturan alat peraga kampanye yang disediakan oleh pihak KPUD belum ada pada tahun 2010 sehingga dana untuk APK ditanggung oleh calon masing-
124
Hasil wawancara dengan Ahmad Jhon Sikumbang, selaku Kasubbag Umum, KPUD Kabupaten Karo, tanggal 19 Oktober 2015.
125
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
masing bupati, berhubung keluarnya Undang-Undang Nomor 8 tahun 2015 perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetepan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang.
Pasal 65 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 8 tahun 2015 : 1 kampanye dapat dilaksanakan melalui :
a. Pertemuan terbatas;
b. Pertemuan tatap muka dan dialog ;
c. Debat publikdebat terbuka antar pasangan calon ;
d. Penyebaran bahan kampanye kepada umum ;
e. Pemasangan alat peraga ;
f. Iklan media massa cetak dan media massa elektronik; danatau
g. Kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye dan ketentuan
peraturan perundang-undangan 2 Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c, huruf d, huruf e
dan huruf f difasilitasi oleh KPU provinsi dan KPU Kabupatenkota yang didanai APBD.
Dengan demikian biaya anggaran tahun ini lebih besar dengan anggaran periode tahun lalu dikarenakan pihak KPUD di masing masing daerah harus
menanggung segala biaya APK dari para calon bupati yang mencalonkan diri. Untuk penempatan atau lokasi APK sendiri akan ditentukan oleh pihak
KPUD atau berdasarkan kesepakatan dari pihak KPUD dengan para calon,dan mereka tidak bisa menentukan sendiri lokasi-lokasi mereka, karena jika dari
Universitas Sumatera Utara
mereka yang memilih maka pastinya mereka memilih tempat-tempat yang strategis pastinya bagi mereka. Maka pihak KPUD yang menentukan tempat
tempatnya, sedangkan spanduk akan dipampang bersamaan antara calon satu dengan yang lainnya.
Jika calon membuat APK lain dari pada yang telah disediakan pihak KPUD maka peraga itu akan disterilkan, karna kami bekerja sama dengan
bawaslu kemudian panwas juga yang akan mengawasi, kemungkinan apa bila terdapat hal yang diluar ketentuan bersama maka akan di bongkar peraga itu atau
dicabut dan disterilkan. Jadi 1 satu titik tempat peraga atau poster harus diletakkan sama dalam artian sederet dengan nomor urut pasangan bupati dan
wakilnya masing masing. Dengan adanya peraturan ini maka yang lebih hemat dari segi anggaran
biaya adalah pihak calon bupatinya. Tujuan pemerintah sebenarnya menghilangkan money politics sehingga calon-calon itu tidak lagi mengeluarkan
biaya, dimana sebelumnya mayoritas calon menghamburkan dana kampanye demi tim sukses mereka masing-masing. Apalagi jika ada sponsor-sponsor para calon,
dengan adanya sponsor mungkin lebih menguntungkan para calon. Dengan demikian pasti akan terjadi hubungan timbal balik diantara keduanya jika calon
tersebut naik menjabat sebagai kepala daerah tidak dipungkiri balas jasapun akan terjadi, maka dari itu pemerintah ingin menghilangkan kebiasaan yang berbau
money politics, makanya dana APK pihak KPUD yang menanggungnya. Jika berbicara mengenai efisiensi dan efektivitasnya pilkada serentak pada
tahun 2015 ini saya katakan belumlah terjadi, karena ini adalah tahapan awal
Universitas Sumatera Utara
menuju ke efisiensi yang serentak terjadi pada tahun 2022 karena tercantum dalam UU No 8 Tahun 2015. Akan lebih efisiensi lagi karena mungkin diadakan
pemilihan secara electric vote, dimana tanpa harus memakai tinta dan kertas seperti sebelumnya. Contohnya Bali sudah memulainya, terdapat kesan dimana
sebagian orang berpendapat hal semacam itu akan bisa dilakukan kecurangan terhadap jumlah suara yang dikumpulkan. Pastinya sudah ada pengamanan yang
ganda dari pihak ITE, tentunya itu sudah pasti dipikirkan mengenai keamanannya. Tentunya hal ini sangat menghemat dana pengeluaran untuk bahan-bahan logistik
yang berupa kertas, tinta, dan sebagainya. Karena semua itu hanya dipakai sekali saja. Begitu juga dengan hasil suara yang diperoleh akan lebih cepat didapatkan
dengan menggunakan metode electric vote.
B. Pengaturan Kewenangan Kepala Daerah Sementara Selama Menduduki Masa Kekosongan Kepala Daerah