melakukan proses belajar. Kondisi ini mencakup semua hal yang relevan dengan kegiatan belajar siswa, antara lain : guru, alat peraga,hubungan antar guru dan
siswa, hubungan sesama siswa, lingkungan kelas, metode yang digunakan, dan sebagainya.
b. Prinsip Mengajar Menurut De Porter 2000:7-8, ada lima prinsip dalam mengajar, yaitu:
1. Segalanya berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh seorang guru, dari kertas
yang dibagikan
hingga rancangan
pelajaran, semuanya
mengirimkan pesan tentang belajar 2.
Segalanya bertujuan Semua yang terjadi dalam pembelajaran mempunyai tujuan.
3. Pengalaman sebelum pemberian nama
Otak manusia berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling
baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.
4. Akui setiap usaha
Kegiatan belajar mengan dung resiko, karena belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka
layak mendapat pengakuan atas kemampuan dan kepercayaan diri mereka.
5. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan
Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.
3. Proses Belajar-Mengajar
Proses belajar-mengajar memiliki empat komponen utama yaitu tujuan, bahan, metode, dan alat penilaian, masing-masing komponen itu harus dipandang
sebagai suatu kesatuan yang tak terpisahkan dan saling mendukung. Menurut Nana Sudjana 1996:9 :
Tujuan, isi atau bahan, metode dan alat, serta penilaian adalah unsur- unsur yang membentuk terjadinya kegiatan pengajaran. Keempat unsur
tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Tujuan akan mempangaruhi bahan, metode, dan penilaian. Demikian juga bahan
akan mempengaruhi metode dan penilaian. Sampai pada giliran penilaian, dalam hal ini hasil penilaian akan mempengaruhi tujuan.
Komponen-komponen dalam proses belajar mengajar dapat dibuat skema pada gambar 2.1:
Gambar 2.1 Komponen-Komponen dalam Proses Belajar-Mengajar
Dalam interaksi belajar-mengajar siswa diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan melalui bahan pengajaran yang dipelajari oleh siswa dan
disampaikan oleh guru dengan metode tertentu. Tujuan merupakan langkah pertama yang harus ada dalam proses belajar-mengajar. Bahan pengajaran harus
mendukung tercapainya tujuan yang diharapkan. Metode dan alat berfungsi sebagai jembatan atau media transformasi bahan pelajaran terhadap tujuan yang
hendak dicapai, sedangkan penilaian berperan sebagai barometer untuk mengukur tercapainya tujuan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar- mengajar adalah interaksi antara siswa dan guru yang untuk mencapai suatu
tujuan pembelajaran. Interaksi ini dilakukan dengan merencanakan dan menyiapkan bahan ajar, alat yang dibutuhkan dan metode yang sesuai dengan
bahan ajar, serta penilaian sebagai pengukur tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
4. Hakikat Fisika
a. Pengertian Fisika Untuk mengetahui hakikat Fisika, terlebih dahulu harus mengetahui
definisi tentang sains. ”Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta–
fakta, konsep–konsep saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Tujuan
Bahan Metode, Alat
Penilaian
Depdiknas, 2006. IPA atau sains dipandang sebagai faktor yang dapat mengubah sikap dan pandangan manusia terhadap alam semesta dari sudut pandang mitologi
menjadi sudut pandang ilmiah. Fisika merupakan salah satu cabang IPA atau sains. Fisika di dalam
kamus besar Bahasa Indonesia 1999:277 didefinisikan sebagai ”Ilmu tentang zat dan energi”. Pendapat Brockhous yang dikutip oleh Herbert Druxes, Gernort
Born, dan Fritz Siemsen1986:3:”Fisika adalah pelajaran tentang kejadian alam yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat,
penyajian secara sistematis dan berdasarkan peraturan–peraturan umum”. Pendapat Grethsen yang dikutip oleh Herbert Druxes et al mengemukakan bahwa:
”Fisika adalah suatu teori yang menunjukan gejala–gejala alam sesederhana– sederhananya dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan–
kenyataanya”. 1986:3. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Fisika
adalah cabang dari IPA yang mempelajari tentang gejala alam, zat, dan energi yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, penyajian secara sistematis
dan berdasarkan peraturan–peraturan umum.
b. Tujuan Pembelajaran Fisika di SMP Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dicapai oleh setiap
strategi pembelajaran. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran harus ditetapkan dan dirumuskan dengan jelas. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan :
Mata pelajaran IPA di SMPMTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1 Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya 2
Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari
3 Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat
4 Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,
bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi
5 Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam 6
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7 Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.Depdiknas, 2006:377
c. Pembelajaran Fisika
Kegiatan belajar-mengajar merupakan kegiatan timbal balik interaksi antara guru dan siswa pada saat pelajaran berlangsung dalam rangka mencapai
tujuan. Pembelajaran Fisika adalah proses belajar-mengajar yang di dalamnya mempelajari alam beserta kejadian–kejadiannya. Dalam pembelajaran Fisika,
pendekatan, metode, model maupun strategi yang digunakan dalam pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik dari pokok bahasan yang sedang diajarkan.
Menurut pendapat Herbert Druxes et al 1983:87:” Pelajaran Fisika harus menerapkan metode pelajaran sendiri. Ini sebagai upaya agar pelajar mengenal
dan memahami gejala atau fenomena, model, teori, dan cara berfikir dalam Fisika.”
Ada beberapa macam model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Fisika. Setiap model memiliki keunggulan dan kelamahan sendiri, artinya suatu
model mungkin saja cocok diterapkan pada suatu bahan ajar tertentu tetapi belum tentu cocok diterapkan pada bahan ajar yang lain. Hal ini disebabkan karena
setiap bahan ajar memiliki karakteristik yang berbeda–beda yang tercermin dalam tujuan pembelajaran dan isi materi. Untuk itu, seorang guru Fisika dituntut
mampu menggunakan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bahan ajar dengan tetap mempertimbangkan faktor siswa dan
lingkungan belajarnya.
5. Model