Efektivitas Penggunaan Strategi Pembelajaran Talking Stick Berbantuan Multimedia Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VII Pada Mata Pelajaan Fisika Pokok Bahasan Gerak Lurus.
TALKING STICK
BERBANTUAN MULTIMEDIA
PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF
SISWA KELAS VII PADA MATA PELAJAAN FISIKA POKOK
BAHASAN GERAK LURUS
Skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
oleh: Annisa’ Hidayati
4201406006
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
(2)
ii
Berbantuan Multimedia Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VII Pada Mata Pelajaan Fisika Pokok Bahasan Gerak Lurus”telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan di sidang panitia ujian skripsi jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengertahuan Alam.
Semarang,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Achmad Sopyan, M.Pd. Dr. Sarwi, M.Si
NIP 19600611 198403 1 001 NIP 19620809 198703 1 001
(3)
iii
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar‐benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang,
Yang menyatakan
Annisa’ Hidayati
NIM. 4201406006
(4)
iv
Skripsi yang berjudul :“Efektivitas Penggunaan Strategi Pembelajaran Talking Stick
Berbantuan Multimedia Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VII Pada Mata Pelajaan Fisika Pokok Bahasan Gerak Lurus”
Telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian skripsi jurusan fisika FMIPA UNNES pada tanggal 06 Oktober 2010.
Panitia :
Ketua Sekretaris
Dr. Kasmadi Imam S, M.S Dr. Putut Marwoto, M.S NIP 19511115 197903 1 001 NIP 19630821 198803 1 004 Ketua Penguji
Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph. D NIP. 19520613 197612 1 002
Anggota Penguji/ Anggota Penguji/ Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr. Achmad Sopyan, M.Pd Dr. Sarwi, M.Si
NIP. 19600611 198403 1 001 NIP. 19620809 198703 1 001
(5)
v Motto:
• Pijakkan kaki selangkah di depan tubuhmu agar dapat melesat maju.
• Awas marang waskitaning urip lan eling marang sangkan paraning dumadi.
• Kebahagiaan terindah adalah saat kita bisa melihat orang yang kita sayangi bahagia akan kita.
• Masa lalu adalah kenangan, masa kini adalah perjuangan dan masa yang akan datang adalah asa dan angan.
• Tak ada kesempurnaan di dunia ini, namun semuanya tercipta seimbang dalam sebuah harmoni.
• Perdamaian tidak dapat dijaga dengan Kekuatan. Ia hanya dapat dicapai melalui saling pengertian (Albert Einstein).
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
1. Ayah dan bunda yang telah memberi semangat disaat aku lemah, memberi motivasi disaat aku harus berjuang dan memberi teguran disaat aku lalai.
2. Segenap keluarga yang telah memberiku inspirasi dan memahami tentang tujuan.
3. ”Menyoen Club” ( Menyex, Cunx-krink, Nggabroel, Lojer, & Hohox) yang memberiku tangisan kecil saat aku terharu, memberiku senyum manis saat aku bahagia, memberiku dentuman semangat saat aku harus hadapi dunia dan memberiku kerinduan yang mendalam saat aromanya tak tertangkap oleh inderaku.
(6)
vi asa. GUSLAT MIPA bisa...!!!
5. Kinanthi Kost dan Sekar Biru Kost yang telah memberiku naungan dan kenyamanan selama aku menjalani studi.
6. Rekan-rekan himafi, palafi, KMW serta anak-anak Laskar yang telah berjuang bersama tuk mencari jati diri sebagai bekal kehidupan.
(7)
vii
Segala puji dan syukur terucap kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala karunia‐Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir studi dengan segala kemudahan dan tanpa halangan yang berarti.
Penyusun menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan dan kerjasama dari beberapa pihak yang telah berkenan membantu dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian
3. Bapak Dr. Putut Marwoto, M. S , selaku Ketua Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
4. Bapak Dr. Achmad Sopyan, M.Pd, Sebagai pembimbing utama, yang telah menuntun, membimbing, dan memberi pengarahan yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi ini
5. Bapak Dr. Sarwi, M.Si, sebagai pembimbing pendamping, yang juga telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini
6. Bapak Drs. Nathan Hindarto, Ph.D, sebagai dosen wali yang telah memberi pengarahan dan bimbingan dalam perkuliahan selama ini.
7. Kepala SMP Kartika III‐1 Semarang yang telah memberikan ijin penelitian 8. Ayahanda, ibunda, dan keluarga tercinta.
(8)
viii
Semarang,
Penyusun
(9)
ix
Berbantuan Multimedia Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VII Pada Mata Pelajaan Fisika Pokok Bahasan Gerak Lurus. Skripsi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing : (1) Dr. Achmad Sopyan, M.Pd. ; (2) Dr. Sarwi, M.Si.
Kata kunci: Talking Stick, Multimedia, kemampuan Kognitif.
Fisika merupakan cabang IPA yang beberapa tahun terakhir ini masuk dalam UAN yang menuntut kemampuan kognitif siswa. Strategi pembelajaran yang menggabungkan belajar dan bermain serta penggunaan media dirasa efektif digunakan dalam pencapaian hasil belajar yang optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar Efektivitas Penggunaan Strategi Pembelajaran Talking Stick Berbantuan Multimedia Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VII Pada Mata Pelajaan Fisika Pokok Bahasan Gerak Lurus.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen yang belajar dengan Strategi Pembelajaran Talking Stick Berbantuan Multimedia Pembelajaran pada Pokok Bahasan Gerak Lurus dan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Adapun populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Kartika III-1 Semarang. Data hasil belajar kognitif diperoleh dari tes yang diberikan pada kedua kelas. Berdasarkan tes yang dilaksanakan diperoleh nilai rata-rata kelas kontro adalah 64 dan pada kelas eksperimen sebesar 71. Hasil tersebut menunjukkan perbedaan hasil yang dicapai antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dan jika di uji menggunakan uji t didapat nilai t sebesar 1,96. Jika dibandingkan dengan t pada tabel dengan taraf signifikansi 5% yaitu 1,68 maka nilai t dari perhitungan lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan perbedaan yang signifikan yang positif antara rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sehingga dapat ditarik kesimpulan Strategi Pembelajaran Talking Stick Berbantuan Multimedia Pembelajaran efektif digunakan dalam pencapaian Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VII Pada Mata Pelajaan Fisika Pokok Bahasan Gerak Lurus.
(10)
x
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Penegasan Istilah ... 5
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ... 8
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Belajar, Pembelajaran, Hasil Belajar dan Hasil Belajar Kognitif ... 10
(11)
xi
2.4 Multimedia Pembelajaran ... 18
2.5 Gerak Lurus ... 20
2.6 Kerangka Berpikir ... 26
2.7 Hipotesis ... 28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel ... 29
3.2 Variabel Penelitian ... 30
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 30
3.4 Rancangan Penelitian ... 31
3.5 Instrumen ... 34
3.6 Analisis Data ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 44
4.2 Pembahasan ... 49
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 52
5.2 Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 54
LAMPIRAN
(12)
xii
Tabel Halaman
3.1 Prosedur Penelitian ... 31
3.2Daftar validitas soal ujicoba ... 35
3.3 Daftar tingkat kesukaran soal ... 36
3.4Klasifikasi Daya Pembeda ... 37
3.5Daftar daya pembeda soal ujicoba ... 37
4.1 Daftar hasil uji normalitas nilai ulangan harian I kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 45
4.2 Data hasil belajar kognitif ... 46
4.3Daftar hasil uji normalitas nilai evaluasi kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 48
(13)
xiii
Gambar Halaman
2.1Sketsa jarak dan perpindahan ... 21 2.2Grafik hubungan antara kecepatan (v) terhadap waktu (t) pada gerak
lurus beraturan.. ... 23 2.3Grafik hubungan antara perpindahan (s) terhadap waktu (t) pada
gerak lurus beraturan .. ... 23
2.4Grafik hubungan antara percepatan (a) terhadap waktu (t)pada gerak
lurus berubah beraturan.. ... 25
2.5Grafik hubungan antara kecepatan (
v
) terhadap waktu (t)pada gerak lurus berubah beraturan (a) GLBB dipercepat (b) GLBB diperlambat. ... 25 2.6Grafik hubungan antara perpindahan (s) terhadap waktu (t) padagerak lurus berubah beraturan. ... 25
2.7Tampilan pita Ticker Timer pada GLBB. ... 26 4.1 Grafik data hasil belajar kognitif kelompok kontrol dan kelompok
Eksperimen. ... 47
(14)
xiv
Lampiran Halaman
1. Daftar peserta didik kelas kontrol ... 56
2. Daftar peserta didik kelas eksperimen ... 57
3. Daftar nilai ulangan harian I kelas VII SMP Kartika III‐1 Semarang tahun ajaran 2009/2010 ... 58
4. Uji normalitas ulangan harian I kelompok kontrol ... 59
5. Uji normalitas ulangan harian I kelompok eksperimen ... 60
6. Uji homogenitas populasi ... 61
7. Kisi‐kisi soal uji coba ... 62
8. Soal uji coba ... 63
9. Kunci Jawaban soal uji coba ... 70
10. Analisis soal uji coba ... 71
11. Perhitungan validitas butir soal ... 72
12. Perhitungan reliabilitas soal ... 74
13. Perhitungan daya pembeda soal ... 75
14. Perhitungan tingkat kesukaran soal ... 76
15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas eksperimen ... 77
16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas kontrol ... 85
17. Naskah multimedia pembelajaran ... 91
(15)
xv
21. Kunci jawaban soal evaluasi ... 112
22. Daftar nilai hasil evaluasi kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 116
23. Perhitungan data hasil evaluasi ... 117
24. Uji normalitas hasil evaluasi kelas kontrol ... 118
25. Uji normalitas hasil evaluasi kelas eksperimen ... 119
26. Uji perbedaan dua rata‐rata data hasil evaluasi kelas kontrol dan kelas Eksperinen ... 120
27. Dokumentasi penelitian ... 121
28. Surat Usulan Pembimbing ... 124
29. Daftar Hadir Dosen Pembimbing dalam Ujian Seminar ... 125
30. Daftar Hadir Peserta dalam Ujian Seminar ... 126
31. Surat Ijin Penelitian kepada Kepala SMP Kartika III‐1 Semarang ... 127
32. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ... 128
(16)
1
1.1
Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pelajaran eksak yang mengutamakan pandangan dan pemikiran ilmiah, realistis dan logis. Pada pembelajaran IPA peserta didik diarahkan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap secara ilmiah sehingga mampu memahami alam sekitar sebagai lingkungan hidupnya.
Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA. Didalam konteks pembelajaran, fisika lebih cenderung mengutamakan pengetahuan mengenai konsep atau pemikiran ilmiah yang mengacu pada fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari‐hari. Dasar utama pembelajaran fisika adalah memberikan bekal kepada peserta didik berupa konsep‐konsep ilmiah sehingga nantinya mampu memahami lingkungan, peristiwa sehari‐hari dan mampu meningkatkan sumbang pikiran terhadap kemajuan teknologi.
Akan tetapi, dalam realita pendidikan negara Indonesia fisika merupakan salah satu pelajaran yang jarang diminati. Siswa selalu menganggap fisika sebagai pelajaran yang didominasi oleh rentetan rumus yang sulit untuk dipahami dan dipelajari. Paradigma itulah yang mempengaruhi pola pikir tiap peserta didik sehingga membawa mereka kepada pemikiran bahwa pelajaran fisika sangat menakutkan. Pemikiran tersebut akan mempengaruhi optimalisasi pencapaian hasil belajar. Oleh karena itu, diperlukan metode penyampaian yang tepat agar tercapai pemahaman yang maksimal sehingga tercapai hasil belajar yang optimal. Iklim belajar yang kondusif dan suasana
(17)
belajar yang menarik serta menyenangkan menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam pembelajaran fisika.
Beberapa tahun belakangan ini IPA (fisika) merupakan salah satu dari beberapa mata pelajaran yang diujikan secara nasional pada jenjang sekolah menengah pertama. Pada ujian akhir nasional (UAN) siswa diuji kemampuan kognitifnya. Sehingga, dalam pebelajaran harus dipertimbangkan strategi belajar yang dapat meningkatkan kemampuan belajar kognitif siswa.
Salah satu bahasan fisika yang dianggap perlu pemahaman lebih dalam untuk mempelajarinya adalah gerak lurus. Pokok bahasan ini masih kategorikan sebagai materi yang sulit oleh siswa kelas VII SMP. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa yang dapat diketahui melalui hasil evaluasi yang dikenalkan pada siswa.
Fisika merupakan pemahaman mengenai konsep‐konsep dalam kehidupan sehari‐hari. Peristiwa‐peristiwa nyata yang terjadi disekitar kita merupakan gambaran dasar dari pembelajaran fisika. Oleh karena itu, pembelajaran fisika hendaknya mengarahkan siswa agar menanamkan gambaran‐gambaran itu dalam pemikirannya. Khususnya pada pokok bahasan gerak lurus pada pelajaran fisika kelas VII SMP. Oleh karena itu, perlu adanya stimulus belajar yang tepat agar pemahaman siswa dapat dimaksimalkan. Salah satu stimulus yang bisa digunakan adalah sebuah media interaktif yang disajikan dengan aspek penglihatan(visual) maupun pendengaran(audio).
Menurut Nasution (2000:94) pelajaran akan lebih menarik dan berhasil apabila dihubungkan dengan pengalaman‐pengalaman di mana anak dapat melihat, meraba, berbuat, mencoba, berpikir, dan sebagainya. Pelajaran tidak hanya bersifat intelektual,
(18)
melainkan juga bersifat emosional. Kegembiraan belajar dapat mempertinggi hasil pelajaran. Pengintegrasian kuis seperti acara‐acara televisi atau permainan ke dalam pembelajaran bukan tidak mungkin merupakan strategi yang dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa.
Meskipun demikian, media yang bagus akan terlihat percuma jika tidak dapat tersampaikan kepada siswa dengan baik. Selain adanya media, faktor lain yang menunjang keberhasilan pembelajaran adalah metode mengajar. Peningkatan interaksi dan suasana belajar yang menyenangkan menjadi sokongan kuat dalam pencapaian pemahaman. Talking Stick merupakan satu dari bermacam strategi pembelajaran yang mengutamakan interaksi antar siswa dan guru. Dalam strategi pembelajaran Talking Stick suasana belajar dibuat senyaman mungkin agar tercipta suasana yang menyenangkan. Pembelajaran menggunakan sebuah tongkat (Stick) untuk memulai sebuah interaksi.
Menilik dari permasalahan dan gambaran yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk mengkaji masalah tersebut dan mengadakan penelitian dengan judul skripsi “Efektivitas Penggunaan Strategi Pembelajaran Talking Stick Berbantuan Multimedia Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VII Pada Mata Pelajaan Fisika Pokok Bahasan Gerak Lurus.”
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini adalah “ Apakah penggunaan strategi pembelajaran Talking Stick berbantuan multimedia pembelajaran
(19)
efektif untuk mencapai hasil belajar kognitif yang optimal pada pelajaan fisika pokok bahasan gerak lurus siswa kelas VII SMP?”
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui evektifitas penggunaan strategi pembelajaran Talking Stick berbantuan multimedia pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VII Pada Mata Pelajaan Fisika Pokok Bahasan Gerak Lurus.
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diraih dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Siswa
a. Menghilangkan kejenuhan siswa dalam pelaksanaan KBM pelajaran fisika dengan menerapkan variasi strategi pembelajaran baru yang lebih inovatif dan menyenangkan.
b. Meningkatkan pemahaman materi khususnya pada pokok bahasan Gerak Lurus sehingga bisa mencapai hasil belajar yang optimal.
2. Bagi Guru
a. Mendapatkan pengalaman pengelolaan pembelajaran baru yang dapat menggugah motivasi serta minat siswa sehingga mendapatkan hasil belajar yang optimal.
b. Meningkatkan kualitas pembelajaran dan profesionalitas guru. 3. Bagi Peneliti
(20)
Memberikan pengalaman mengenai penggunaan variasi pembelajaran sehingga mendapatkan strategi yang tepat dalam pengelolaan pembelajaran.
4. Bagi Sekolah
Menambah perangkat pembelajaran sehingga dapat membantu menciptakan suasana belajar yang kondusif guna meningkatkan mutu belajar sekolah.
1.5
Penegasan Istilah
Dalam konteks komunikasi sehari‐hari sering terjadi adanya ambiguitas, hal ini mengakibatkan kesalahpahaman dalam menyampaikan suatu maksud. untuk menghindari adanya salah pengertian terhadap istilah‐istilah yang terdapat dalam judul ini, maka perlu dijelaskan istilah‐istilah yang dianggap penting.
1. Efektivitas
Dalam kamus besar bahas Indonesia disebutkan bahwa efektif adalah sesuatu hal yang ada efeknya (akibat, pengaruhnya, kesannya) atau sesuatau yang dapat membawa hasil; berhasil guna ( tentang usaha, tindakan ).
Efektivitas dalam kamus tersebut diartikan sebagai keadaan berpengaruh, hal berkesan, atau keberhasilan (tentang usaha, tindakan).
(KBBI,2008)
Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang diterapkan akan memberikan dampak atau pengaruh kearah yang lebih baik bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang biasa diterapkan. Jika dikaitkan dengan hasil belajar, maka penerapan pembelajaran ini dapat dikatakan efektif jika
(21)
dapat memberikan pengaruh menuju hasil belajar yang lebih baik dibanding hasil belajar dengan metode konvensional.
2. Talking Stick
Pembelajaran dengan strategi Talking Stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Strategi ini diawali dengan penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Kemudian dengan bantuan stick (tongkat) yang bergulir siswa dituntun untuk merefleksikan atau mengulang kembali materi yang sudah dipelajari dengan cara menjawab pertanyaan dari guru. Siapa yang memegang tongkat, dialah yang wajib menjawab pertanyaan (talking) (Suprijono, 2009: 109).
3. Multimedia Pembelajaran
Multimedia merupakan suatu gabungan antara teks, gambar, grafis, animasi, audio dan video, serta cara penyampaian interaktif yang dapat membuat suatu pengalaman belajar bagi siswa seperti dalam kehidupan nyata disekitarnya. (Winarno dkk, 2009: 8)
Dalam penelitian ini multimedia yang dimaksud adalah media belajar interaktif yang berbentuk audio visual berupa Game Edukasi sebagai media pembantu dalam pembelajaran fisika pada pokok bahasan gerak lurus kelas VII SMP.
4. Hasil Belajar kognitif
Dalam bukunya Catharina Tri Anni menjelaskan bahwa Hasil Belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. ( Anni, 2006: 5)
(22)
Sudjana menyebutkan bahwa Hasil Belajar adalah kemampuan‐kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. (Sudjana, 1990:22)
Selain itu dalam buku lain disebutkan bahwa hasil belajar adalah pola‐pola perbuatan, nilai‐nilai, pengertian‐pengertian, sikap‐sikap, apresiasi dan ketrampilan. ( Suprijono, 2009: 5)
Hasil belajar kognitif merupakan hasil belajar yang diambil sesuai dengan ranah kognitif.
Pada penelitian ini hasil belajar yang diukur merupakan hasil belajar yang utuh sehingga segala aspek mengenai pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, serta pemecahan masalah terangkum menjadi satu kesatuan pegukuran. Hasil belajar yang diukur merupakan hasil akhir evaluasi yang merupakan hasil belajar kognitif.
5. Gerak Lurus
Dalam pennelitian ini gerak lurus yang dimaksud adalah materi gerak lurus kelas VII semester genap pada siswa SMP sesuai dengan kurikulum KTSP. Pada penelitian ini dilakukan pembatasan ruang lingkup pembahasan. Ateri yang dibahas hanya berkisar pada pengertian gerak, jenis gerak berdasarkan lintasan, kelajuan dan kecepatan, gerak lurus beraturan ( GLB ), percepatan, serta gerak lurus berubah beraturan (GLBB).
1.6
Sistematika Penulisan Skripsi
Secara garis besar skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
(23)
1. Bagian awal skripsi
Pada bagian awal skripsi ini berisi halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, abstraksi, daftar isi, dan daftar lampiran.
2. Bagian inti skripsi
Bagian inti skripsi terdiri dari lima bab yaitu:
a. Bab I Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan mengenai Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Sistematika Penulisan Skripsi.
b. Bab II Landasan Teori Dan Hipotesis, bab ini tentang teori‐teoi yang menjadi tinjauan dalam penelitian seperti Pembelajaran dan hasil belajar, Strategi TS (Talking Stick), multimedia Pembelajaran, Uraian Materi Gerak Lurus, Kerangka Berpikir, dan Hipotesis.
c. Bab III Metode Penelitian, dalam bab ini membahas tentang Objek Penelitian, Variabel Penelitian, Desain Penelitian, Prosedur Pengumpulan Data, Metode Pengumpulan Data, dan Analisis Instrumen Penelitian.
d. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang analisis hasil penelitian dan pembahasannya.
e. Bab V Penutup berisi tentang simpulan dan saran. 3. Bagian akhir skripsi
(24)
9
2.1
Belajar, Pembelajaran, Hasil Belajar dan Hasil Belajar Kognitif
2.1.1Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakupsegala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan (Anni, 2006: 2). Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Dahar, 1988: 12‐13).
Beberapa pakar pendidikan mendefinisikanbelajar sebagai berikut:
a. Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
b. Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
c. Cronbach
Learning is shown by a change in behavior as a result of experience (belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).
(25)
d. Harold Spears
Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.
e. Geoch
Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan.
f. Morgan
Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari
pengalaman.
(Suprijono, 2009: 2)
2.1.2 Pembelajaran
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata Learning. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Pada proses pembelajaranguru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator bagi jalannya proses belajar. Jadi, subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis ( Suprijono, 2009: 13).
Beberapa teori belajar mendeskripsikan pembelajaran sebagai berikut:
a. Usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku si belajar (behavioristik).
(26)
b. Cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari (kognitif).
c. Memberikan kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai denngan minat dan kemampuanya (humanistik).
(Sugandi, 2006: 9) 2.1.3Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek‐aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar (Anni, 2006: 5).
Hasil belajar adalah pola‐pola perbuatan, nilai‐nilai, pengertian‐pengertian, sikap‐sikap, apresiasi dan ketrampilan(Suprijono, 2009: 5).
Menurut Gagne hasil belajar tersebut berupa:
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.
b. Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. c. Strategi kognitf yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri.
d. Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
Sikap adalah kemampuan untuk menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
(27)
2.1.4Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar kognitif merupakan takaran dari tingkat kemampuan atau ketrampilan intelektual dari tingkat rendah sampai dengan tingkat tinggi (Sugandi, 2006:24).
Ranah kognitif dibagi kedalam beberapa kategori yang tersusun secara hierarki sebagai berikut:
a. Kemampuan kognitif tingkat pengetahuan (C1), yaitu kemampuan untuk megingat informasi yang telah diterima misalnya informasi mengenai konsep, rumus, fakta dan sebagainya.
b. Kemampuan kognitif tingkat pemahaman (C2), yaitu kemampuan mental untuk menjelaskan informasi yang telah diketahui dengan bahasa sendiri.
c. Kemampuan kognitif tingkat penerapan (C3), merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah diketahui ke dalan situasi atau konteks baru.
d. Kemampuan kognitif tingkat analisis (C4), yaitu kemampuan menguraikan suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi dan semacamnya atas elemen‐elemennya, sehingga dapat menentukan hubungan antar elemen.
e. Kemampuan kognitif tingkat sintesis (C5), merupakan kemampuan mengkombinasikan elemen‐elemen ke dalam satuan atau struktur.
f. Kemampuan kognitif tingkat evaluasi (C6), adalah kemampuan menilai suatu pendapat, gagasan, produk, metode dan semacamnya dengan suatu criteria tertentu.
(28)
2.2
Strategi Pembelajaran Talking
Stick
Pembelajaran dengan strategi Talking Stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Strategi ini diawali dengan penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Kemudian dengan bantuan stick (tongkat) yang bergulir siswa dituntun untuk merefleksikan atau mengulang kembali materi yang sudah dipelajari dengan cara menjawab pertanyaan dari guru. Siapa yang memegang tongkat, dialah yang wajib menjawab pertanyaan (talking) (Suprijono, 2009: 109).
Dalam sebuah jurnal internasional dikemukakan bahwa “The Talking Stick was a method used by native Americans, to let everyone speak their mind during a council meeting, a type of tribal meeting. According to the indigenous American's tradition, the stick was imbued with spiritual qualities, that called up the spirit of their ancestors to guide them in making good decisions. The stick ensured that all members, who wished to speak, had their ideas heard. All members of the circle were valued equally”( Fujioka,1998).
Strategi pembelajaran Talking Stick merupakan strategi pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya secara individu.
Langkah‐langkah pembelajaran yang menggunakan strategi Talking Stick:
1) Guru menyiapkan sebuah tongkat.
2) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi tentang gerak lurus melalui pustaka atau buku pegangan yang biasa digunakan.
(29)
3) Guru mengintruksikan siswa untuk menutup buku dan mengajak siswa untuk mengulang semua yang telah dipelajari dengan menggunakan bantuan multimedia pembelajaran.
4) Guru memberikan tongkat kepada salah satu siswa. Kemudian guru mempersiapkan media yang akan digunakan.
5) Tongkat yang telah diberikan kemudian digulirkan secara estafet. Suatu ketika tongkat akan dihentikan. Siswa yang mendapatkan pemberhentian tongkat wajib menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Demikian seterusnya hingga sebagian besar siswa yang ada dalam kelas mendapatkan giliran dan materi telah selesai di refleksikan.
6) Guru menuntun siswa untuk mengambil kesimpulan. 7) Evaluasi.
8) Penutup.
Ada beberapa kelebihan dari strategi pembelajaran Talking Stick, diantaranya adalah dapat menguji kesiapan siswa, dapat melatih membaca dan memahami dengan cepat, serta agar siswa dapat lebih giat belajar (belajar dahulu). Namun demikian, strategi belajar Talking Stick juga memiliki kelemahan salah satunya yaitu dapat membuat siswa yang kurang siap menjadi was‐was dan senam jantung.
Dalam sebuah artikel dikemukakan bahwa perputaran yang terdapat dalam strategi pembelajaran Talking Stick memiliki beberapa kelebihan. Dijelaskan bahwa ”The Talking Stick Circle Can Help In:
(30)
a. decision making
Strategi pembelajaran Talking Stick melatih siswa untuk berani berbicara dan mengungkapkan pendapat. Melatih siswa untuk tegas dalam mengambil keputusan.
b. inquiry management
Strategi pembelajaran Talking Stick mendidik siswa untuk berpikir ilmiah dan mampu mencetuskan penelitian untuk mendapatkan temuan‐temuan baru.
c. prioritizing opportunities
Strategi pembelajaran Talking Stick melatih siswa untuk memprioritaskan atau mendahulukan hal yang dianggap lebih penting dan segera dibutuhkan.
d. clarifying group dynamics
Strategi pembelajaran Talking Stick menempatkan siswa ke dalam sebuah kelompok belajar. Masing‐masing siswa memiliki fungsi yang tak terlepas dari keterkaitan sehingga dapat melatih siswa untuk belajar menjaga kesatuan yang utuh.
e. team product development
Kebiasaan berpikir kritis dalam Strategi pembelajaran Talking Stick melatih siswa untuk lebih kreatif dan inovatif
f. problem solving
Strategi pembelajaran Talking Stick membiasakan siswa untuk berpikir kritis dalam menghadapi masalah dan menemukan solusi‐solusi masalah.
(31)
g. planning
Strategi pembelajaran Talking Stick melatih siswa untuk membuat perencanaan‐ perencanaan dalam pelaksanaan kehidupan sehari‐hari.
h. conflict resolution
Strategi pembelajaran Talking Stick membentuk siswa‐siswa yang mampu mengontrol ego dan emosi demi utuhnya sebuah kebersamaan. Melatih siswa agar terhindar dari konflik dalam bersosialisasi.
i. creating the bonding needed to build learning communities
Kebersamaan belajar dalam Strategi pembelajaran Talking Stick membiasakan siswa untuk belajar bersama. Kebiasaan ini memungkinkan terbentuknya kelompok‐ kelompok belajar.
j. or just about anything that organizations use meetings for
Strategi pembelajaran Talking Stick merupakan strategi belajar yang mengusung sosial dan terorganisir dengan baik. Strategi pembelajaran Talking Stick membentuk siswa‐siswa yang organisatoris dan memiliki jiwa sosial tinggi dalam bermasyarakat.
(Por,1998)
Strategi pembelajaran Talking Stick merupakan inovasi dalam pembelajaran yang menyenangkan. Strategi pembelajaran Talking Stick tepat diterapkan dalam pembelajaran fisika karena strategi pembelajaran yang menyenangkan ini dapat menunjang dalam penyampaian mata pelajaran yang susah. Dengan pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa tertarik sehingga tingkat pemahaman siswa dapat dioptimalkan.
(32)
2.3
Efektivitas
Dalam kamus besar bahas Indonesia disebutkan bahwa efektif adalah sesuatu hal yang ada efeknya (akibat, pengaruhnya, kesannya) atau sesuatau yang dapat membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan). Efektivitas dalam kamus tersebut diartikan sebagai keadaan berpengaruh, hal berkesan, atau keberhasilan (tentang usaha, tindakan) (KBBI,2008).
Evektifitas merupakan keberhasilan dalan sebuah usaha yang ditunjukkan dengan indikasi‐indikasi tertentu. Sesuatu dikatakan efektif apabila hal‐hal yang dijadikan indicator keberhasilan telah tercapai dengan baik.
Dari buku yang ditulis Bahri dan Zain (2002: 87) dikatakan bahwa keefektifan penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam suatu pelajaran sebagai persiapan tertulis (Takmalun, 2009: 14).
2.4
Multimedia Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan unsur yang amat penting dalam proses pembelajaran selain metode mengajar.
Arief S. Sadiman mengemukakan bahwa media pembelajaran memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas.
b. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi akan sangat membantu kefektifan proses pembelajaran dan menyampaikan pesan dan isi pelajaran.
(33)
d. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif peserta didik. (Winarno dkk, 2009: 2‐3)
Multimedia merupakan gabungan media yang digunakan untuk menyampaikan materi. Dalam buku yang ditulis oleh Winarno dkk, beberapa ahli mengemukakan definisi mengenai multimedia:
a. Hackbarth
Multimedia diartikan sebagai suatu penggunaan gabungan beberapa media dalam menyampaikan infomasi yang berupa teks, grafis atau animasi grafis, movie, video dan audio.
b. Phillip
Multimedia adalah gabungan dari teks, gambar, suara, animasi dan video.
c. Merril
Multimedia merupakan gabunngan dari teks (tertulis), grafis (program cara penyampaian informasi), audio (dialog, cerita, efek suara), animasi dan video yang bergerak dalam sebuah aplikasi komputer.
d. Budi Sutejo Dharma Oetomo
Multimedia diartikan sebagai kombinasi teks, gambar, seni grafik, animasi, suara dan video.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa multimedia merupakan suatu gabungan antara teks, gambar, grafis, animasi, audio dan video, serta cara penyampaian interaktif yang dapat membuat suatu pengalaman belajar bagi siswa seperti dalam kehidupan nyata disekitarnya (Winarno dkk, 2009: 6‐8).
(34)
2.5
Gerak Lurus
2.5.1 Gerak
Dalam fisika, suatu benda dikatakan bergerak apabila benda tersebut mengalami perubahan kedudukan terhada posisi lain yang diam yang selanjutnya diangga sebagai titik acuan. Titik acuan merupakan titik yang diangga diam dan digunakan sebagai pembanding.
2.5.2 Gerak Lurus
Dalam kehidupan sehari‐hari sering kita jumpai berbagai macam gerak dengan berbagai lintasan. Salah satu jenis gerak yang dapat dilihat dari lintasannya adalah gerak lurus. Gerak lurus adalah suatu gerak benda yang melintasi sebuah garis linear. Dengan kata lain lintasan dari gerak lurus adalah sebuah garis lurus atau linear.
2.5.3 Jarak dan perpindahan
Jarak ialah panjang lintasan yang ditemuh oleh benda yang bergerak dalam waktu tertentu. Jarak dihitung seberapa jauh benda tesebut telah meningggalkan titik acuan sebagai posisi awal.
Perpindahan adalah seberapa jauh benda tersebut berpindah dari titik acuan tanpa memperhatikan bentuk lintasan. Perpindahan merupakan perubahan kedudukan dalam waktu tertentu.
Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jarak adalah panjang lintasan yang ditempuh benda tanpa memperhatikan arah, sedangkan perpindahan adalah perubahan kedudukan benda dengan memperhatikan arah.
(35)
Jarak merupakan besaran skalar, sedangkan perpindahan adalah besaran vektor. Dalam SI keduanya memiliki satuan m.
Contoh perhitungan jarak dan perpindahan:
Gambar 2.1 Sketsa jarak dan perpindahan
Benda bergerak dari titik A menuju titik B, kemudian kembali ke titik C, maka:
Jarak:
meter
s
meter
meter
s
BC
AB
s
15
5
10
=
+
=
+
=
Perpindahan: meter meter meter BC AB 5 5 10 ) ( = − = − + = s s s2.5.4 Kelajuan dan Kecepatan
Kelajuan adalah besarnya jarak yang ditempuh oleh suatu benda yang bergerak tiap saatuan waktu. Kecepatan adalah besarnya perpindahan yang ditempuh oleh suatu benda yang bergerak tiap satuan waktu.
Dalam kenyataannya keduanya dapat dibedakan lagi menjadi:
a. Kelajuan sesaat = kelajuan pada setiap saat(fungsi waktu).
(36)
b. Kelajuan rata‐rata = jarak total yang ditempuhdalam selang waktu tertentu.
∑
∑
=
t
s
v
Keterangan
v
= kelajuan rata‐rata (m/s)s
= jarak tempuh(m)t= waktu tempuh(s)
Demikian halnya dengan kecepatan:
a. Kecepatan sesaat = kecepatan pada setiap saat(fungsi waktu).
b. Kecepatan rata‐rata =perpindahan total yang ditempuh dalam selang waktu tertentu.
∑
∑
=
t s
v
Keterangan:
v
= kecepatan rata‐rata (m/s)s
=perubahan kedudukan (m)t= waktu tempuh(s)
(37)
Percepatan merupakan perubahan kecepatan pada selang waktu tertentu. Dalam SI percepatan dilambangkan dengan huruf a dan memiliki satuan m/s2.
2.5.6 Gerak Lurus Beraturan
Gerak Lurus beraturan adalah gerak suatu benda pada lintasan yang lurus dimana pada setiap selang waktu yang sama benda tersebut menempuh jarak yang sama. Gerak ini merupakan gerak benda pada lintasan lurus dengan kecepatan yang tetap.
Perpindahan yang ditempuh:
t
.
v
s
=
Keterangan:
s=perubahan kedudukan (m)
v
= kecepatan (m/s)t
= waktu tempuh(s)Grafik gerak lurus beraturan:
a. Grafik hubungan antara kecepatan (
v
) terhadap waktu (t)
(38)
Gambar 2.2 Grafik hubungan antara kecepatan (v) terhadap waktu (t) pada gerak lurus beraturan
Perpindahan yang ditempuh benda dapat dicari dengan cara menghitung luasan daerah dibawah grafik
v
.b. Grafik hubungan antara perpindahan (s) terhadap waktu (t)
Gambar 2.3 Grafik hubungan antara perpindahan (s) terhadap waktu (t)pada gerak lurus beraturan
2.5.7 Gerak Lurus Berubah Beraturan
Gerak lurus berubah beraturan ialah gerak benda yang membentuk lintasan lurus dengan kecepatan yang selalu berubah teratur. Dengan kata lain, gerak lurus berubah beraturan adalah gerak lurus yang memiliki percepatan tetap.
Percepatan:
Keterangan:
a = percepatan (m/s2)
t
v
v
(39)
v = kecepatan akhir (m/s)
v0 = kecepatan awal (m/s)
t = waktu (s)
Kecepatan:
perpindahan yang ditempuh:
keterangan:
st = perpindahan yang ditempuh pada selang waktu tertentu (m)
Grafik gerak lurus berubah beraturan:
a. Grafik hubungan antara percepatan (a) terhadap waktu (t)
Gambar 2.4 Grafik hubungan antara percepatan (a) terhadap waktu (t)pada gerak lurus berubah beraturan
at
v
v
=
0+
2 0
t
1
2
at
v
s
t=
+
) / (m s2 a
) (s t
(40)
b. Grafik hubungan antara kecepatan (
v
) terhadap waktu (t)
(a)
(b) Gambar 2.5 Grafik hubungan antara kecepatan (
v
) terhadap waktu (t)pada geraklurus berubah beraturan (a) GLBB dipercepat (b) GLBB diperlambat
c. Grafik hubungan antara perpindahan (s) terhadap waktu (t)
Gambar 2.6 Grafik hubungan antara perpindahan (s) terhadap waktu (t) pada gerak lurus berubah beraturan
(41)
Alat yang digunakan untuk menampilkan gambaran tentang peristiwa gerak lurus berubah beraturan adalah Ticker Timer. Pada alat ini dapat kita lihat fenomena kenaikan kecepatan yang terjadi secara linear melalui pita kertas. Ticker Timer digunakakn untuk mengetahui jejak ketukan objek yang bergerak.
Gambar 2.7 Tampilan pita TickerTimer pada GLBB
Gambar di atas merupakan potongan pita Ticker Timer pada gerak lurus berubah beraturan dipercepat. Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa jarak antar ketukan pada pita Ticker Timer makin lama makin lebar. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan objek makin lama makin besar.
2.2
Kerangka Berpikir
Pembelajaran fisika sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari‐hari. Di dunia pendidikan terungkap fakta bahwa dalam pembelajaran fisika banyak sekali terdapat konsep‐konsep yang berkaitan dengan fenomena alam sekitar. Dalam fisika konsep‐konsep tersebut sering kali disajikan dengan persamaan sehingga banyak siswa beranggapan bahwa fisika adalah deretan rumus yang sangat sulit untuk dimengerti dan dihafalkan. Salah satu pokok bahasan yang erat kaitanya dengan kehidupan sehari‐hari adalah gerak lurus. Pada pokok bahasan ini terdapat beberapa persamaan dan konsep yang mendasari. Oleh karena itu, perlu adanya strategi pembelajaran yang tepat agar mampu meningkatkan penalaran dan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari sebagai dasar pokok bahasan gerak lurus.
(42)
Minat siswa dalam pembelajaran memiliki peran penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Strategi belajar yang menarik dapat meningkatkan minat siswa sehingga pemikiran siswa dapat terkondisi dengan baik untuk menerima materi yang diajarkan. Salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan untuk menggairahkan belajar siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa adalah Talking Stick. Strategi pembelajaran ini mengajak siswa untuk belajar sambil bermain. Pembelajaran ini bertujuan untuk mempertegas pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Strategi pembelajaran Talking Stick diawali dengan memberi kesempatan siswa untuk mempelajari materi secara mandiri. Langkah selanjutnya pemahaman siswa diperkuat melalui pembelajaran semi permainan. Permainan dalam pembelajaran Talking Stick hampir sama seperti permainan tingkat estafet. Terdapat tongkat yang bergulir di antara peserta yang sesekali dihentikan, saat berhenti siswa yang memegang tongkat berkewajiban menjawab pertanyaan. Dalam penelitian ini pembelajaran Talking Stick menggunakan bantuan multimedia pembelajaran yang memaparkan game secara audio dan visual. Multimenia pembelajaran ini berupa animasi yang berfungsi untuk meningkatkan minat belajar siswa sehingga hasil belajar siswa dapat optimal.
2.3
Hipotesis
H0 : Penggunaan strategi pembelajaran Talking Stick Berbantuan Multimedia Pembelajaran efektif terhadap pencapaian hasil belajar kognitif Siswa Kelas VII Pada pelajaran fisika Pokok Bahasan Gerak Lurus.
Ha : Penggunaan strategi pembelajaran Talking Stick Berbantuan Multimedia
Pembelajaran tidak efektif terhadap pencapaian hasil belajar kognitif Siswa Kelas VII Pada pelajaran fisika Pokok Bahasan Gerak Lurus.
(43)
28
METODE
PENELITIAN
3.1
Populasi dan Sampel
3.1.1Tempat dan Waktu dan Populasi Penelitian
Tempat penelitian ini adalah SMP Kartika III‐1 Kota Semarang yang beralamat di Jalan Sultan Agung 145A Kota Semarang. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2009/2010. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII yang terdiri dari tiga kelas yaitu VIIa, VIIB dan VIIC.
3.1.2Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian populasi atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto.2002:109). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive random sampling. Teknik ini diujikan karena memperhatikan ciri‐ciri antara lain: siswa mendapat meteri kurikulum yang sama, jumlah siswa tiap kelas hampir sama, dan penempatan siswa tidak berdasarkan rangking. Karena pengambilan tanpa melihat kemampuan dari masing‐masing kelas, teknik tersebut masih dapat digunakan. Dari teknik tersebut diperoleh dua kelas dari tiga kelas yang ada, yaitu kelas VII A dan kelas VII C sebagai sampel dari penelitian ini. Selanjutnya kelas VII C sebagai kelas Eksperimen yaitu kelas yang dalam pembelajarannya diterapkan pembelajaran fisika dengan strategi pembelajaran Talking Stick berbantuan multimedia pembelajaran sedangkan kelas VII A sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang dalam pembelajarannya diterapkan pembelajaran Konvensional.
(44)
3.2
Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. hasil belajar kognitif siswa kelas VII SMP Kartika II‐1 semarang tahun ajaran 2009/2010 pada pelajaran fisika pokok bahasan gerak lurus
b. efektivitas penggunaan strategi pembelajaran Talking Stick berbantuan multimedia pembelajaran pada pokok bahasan gerak lurus
3.3
Teknik Pengumpulan Data
3.3.1Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah Tes tertulis.
3.3.2Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi
Dalam penelitian ini dokumentasi bertujuan untuk mendapatkan data tertulis mengenai keadaan objek penelitian. Data awal ini berupa daftar nama siswa, jumlah siswa dan data lain yang akan digunakan untuk kepentingan penelitian.
b. Tes
Metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran. Tes ini dilaksanakan setelah diberikan perlakuan terhadap kelas eksperimen. Tes diberiakn kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk mendapatkan data akhir tentang hasil belajar. Tes yang diberikan kepada kedua kelas adalah menggunakan alat tes yang sama sehingga hasilnya dapat digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis.
(45)
3.4
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini diawali dengan menentukan populasi dan memilih sampel dari populasi yang sudah ada. Adapun pola rancangan yang digunakan sebagai berikut.
Tabel 3.1 Prosedur Penelitian
Kelompok Perlakuan tes
Kelompok Eksperimen X Tes
Kelompok Kontrol Y Tes
Keterangan :
X :Penerapan strategi Talking Stick dengan berbantuan multmedia pembelajan.
Y : Penerapan pembelajaran konvensional
Pada penelitian ini kelompok kontrol digunakan sebagai pembanding. Pada kelompok eksperimen diterapkan strategi Talking Stick dengan berbantuan multimedia pembelajaran dan kelompok kontrol dengan pembelajaran Konvensional. Setelah mendapatkan perlakuan yang berbeda, pada kedua kelompok diberikan tes dengan materi yang sama untuk mengetahui perbandingan hasil belajar keduanya.
(46)
Secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Ada beberapa hal yang harus dilaksanakan peneliti dalam tahap persiapan, antara lain:
a. Melakukan observasi awal melalui wawancara dengan guru pengampu untuk mengetahui kondisi lingkungan objek penelitian. Observasi ini digunakan untuk mengetahui masalah yang ada dan mengajukan pemecahannya melalu penerapan strategi pembelajaran Talking Stick menggunakan bantuan multimedia pembelajaran.
b. Dengan masukan dari guru, peneliti menyiapkan media belajar berupa multimedia pembelajaran berbentuk audio visual dan mempersiapkan lingkungan belajar yaitu perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
c. Menyusun kisi‐kisi instrumen tes
d. Menyusun instrumen tes. Instrumen ini berupa soal‐soal yang berbentuk pilihan ganda ( objektive test ).
e. Mengujicoba instrumen tes kepada siswa yang telah mendapatkan materi tentang gerak lurus
2. Tahap Pelaksanaan a. Pelaksanaan Pembelajaran
Pada proses bembelajaran ini digunakan penerapan strategi pembelajaran Talking Stick berbantuan multimedia pembelajaran. Dalam pelaksanaannya Talking Stick ini digunakan untuk me‐review materi yang telah dipelajari agar siswa lebih paham. Oleh
(47)
karena itu, pada proses pembelajaran digunakan multimedia pembelajaran berbentuk audio visual untuk membantu dalam proses pengulangan materi.
Adapun alur dari proses pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran Talking Stick pada penelitian ini adalah:
9) Guru menyiapkan sebuah tongkat.
10) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi tentang gerak lurus melalui pustaka atau buku pegangan yang biasa digunakan.
11) Guru mengintruksikan siswa untuk menutup buku dan mengajak siswa untuk mengulang semua yang telah dipelajari dengan menggunakan bantuan multimedia pembelajaran.
12) Guru memberikan tongkat kepada salah satu siswa. Kemudian guru mempersiapkan media yang akan digunakan.
13) Tongkat yang telah diberikan kemudian digulirkan secara estafet. Suatu ketika tongkat akan dihentikan. Siswa yang mendapatkan pemberhentian tongkat wajib menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Demikian seterusnya hingga sebagian besar siswa yang ada dalam kelas mendapatkan giliran dan materi telah selesai di refleksikan.
14) Guru menuntun siswa untuk mengambil kesimpulan. 15) Evaluasi.
16) Penutup.
(48)
b. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi ini merupakan penerapan tes tertulis. Evaluasi ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa setelah melakukan perlakuan. Data yang didapatkan dari evalausi ini merupakan data akhir yang dapat digunakan sebagai pembuktian hipotesis.
3.5
Instrumen
Instrumen yang disusun meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan soal tes tertulis (evaluasi) yang bentuknya objektif dengan lima option. Untuk memperoleh instrumen berupa soal‐soal tes yang akurat, maka perlu dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya bedanya.
3.6.1 Validitas
Dalam penelitian ini validitas butir soal dicari dengan menggunakan persamaan:
dengan
Keterangan:
p
M = Rata‐rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
t
M = Rata‐rata skor total
t
S = Standart deviasi skor total
p= Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
q
p
S
M
M
r
t t p pbis−
=
2 hitung1
2
t
r
n
r
pbis−
−
=
(49)
q= Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal
(Arikunto, 2006a: 79) Butir soal dikatakan valid jika hasil perhitungan memperoleh koefisien korelasi
tabel hitung r
r > . Hasil rhitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan rtabel product moment dengan α=5%. Jika rhitung >rtabel maka instrumen tes dikatakan valid. Berdasarkan hasil
analisis butir soal pada lampiran 10 kriteria validitas soal uji coba dapat dilihat pada tabel brikut:
Tabel 3.2 daftar validitas soal ujicoba
No. Kriteria Nomor soal Jumlah
1 2
Valid
Tidak Valid
1, 2, 3, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 28, 29, 30
4, 5, 8, 14, 17, 22, 26, 27
22 8
3.6.2 Reliabilitas
Reliabilitas dihitung menggunakan rumus K‐R 20 yaitu:
(Arikunto, 2006a: 100) Keterangan:
= Reliabilitas tes secara keseluruhan.
p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar.
q=Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1− p)
∑
pq
= jumlah hasil perkalian antara p dan q⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ −∑ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ −
= 2 2
11 1 s pq s n n r
(50)
n
= banyaknya item.s
= standar deviasi dari tes.Berdasarkan uji coba dengan taraf signifikan
5
%
dan diperoleh rtabel =0,6951.Harga
r
11 yang didapat dengan menggunakan rumus KR‐20 adalah 0,68 nilai tersebutterdapat pada interval 0,6‐0,8. Interval 0,6‐0,8 termasuk dalam kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tes tersebut reliabel. Perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 12.
3.6.3 Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran butir soal dihitung dengan menggunakan rumus:
JS B
P=
Keterangan :
P= Tingkat kesukaran
B= Banyaknya siswa yang menjawab benar
JS
= Banyaknya seluruh responden yang mengikuti tes(Arikunto, 2006a: 208)
0.00 - 0.30 adalah soal sukar 0.31 - 0.70 adalah soal sedang 0.71 -1.00 adalah soal mudah
Berdasarkan analisis yang tertera pada lampiran 10 didapat hasil seperti pada tabel dibawah ini:
(51)
No Kriteria soal Jumlah soal 1
2 3
Sukar Sedang Mudah
7 23
0
jumlah 30
3.6.4 Daya beda
Anasisis daya pembeda ini dapat diketahui menggunakan persamaan:
Keterangan:
D= Daya Pembeda
JA
= Banyaknya peserta kelompok atasJB
= Banyaknya peserta kelompok bawahBA= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar. BB= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
(Arikunto, 2006a: 213) Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda
Interval Kriteria
0.00 0.20 Jelek
0.21 0.40 Cukup
0.41 0.70 Baik
0.71 1.00 Baik Sekali
(Arikunto, 2006a: 213) PB
PA JB BB JA BA
(52)
Berdasarkan analisis yang tertera pada lampiran 10 didapat hasil seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.4 Daftar daya pembeda soal ujicoba
No Kriteria soal Jumlah soal
1 2 3 4
Jelek Cukup Baik Baik sekali
2 4 4 20
jumlah 30
3.6
Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis yang dilakukan dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap tahap awal dan tahap akhir. Tahap awal bertujuan untuk pemadanan sampel. Tahap akhir merupakan tahap analisis data akhir untuk membuktikan hipotesis penelitian.
3.6.1 Analisis Tahap Awal
Analisis tahap awal dilaksanakan sebelum diberikan perlakuan (diterapkan strategi pembelajaran Talking Stick berbantuan multimedia pembelajaran). Tahap ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) dan memastikan bahwa keduanya dalam keadaan yang sama. Dalam tahap ini dilaksanakan beberapa uji, antara lain:
(53)
Uji normalitas merupakan satu fase pengujian untuk mengetahui apakah data yang didapat terdistribusi normal atau tidak. Hasil uji ini digunakan untuk menentukan statistik yang akan diterapkan. Jika data terdistribusi normal maka statistik yang diterapkan adalah statistik parametrik, tetapi jika tidak normal digunakan statistik nonparametrik. Data yang diuji pada normalitas tahap awal didapatkan dari nilai ulangan harian pada pokok bahasan sebelumnya yaitu kalor.
Hipotesis dalam uji normalitas:
0
H =kelas berdistribusi normal.
1
H
=kelas tidak berdistribusi normal.Adapun langkah‐langkah dalam pengujian normalitas adalah:
a. Menyusun data dan mencari rentang data dengan mencari selisih antara nilai tertinggi dengan nilai terendah.
b. Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas. Banyaknya kelas dapat ditentukan menggunakan persamaanbanyaknya kelas=1+(3,3)logn; dengan n = jumlah data
Rumus panjang kelas:
kelas banyak
ang rent
p=
(54)
∑
∑
=
i i if
x
f
X
d. Menentukan simpangan baku S dari data interval dengan menggunakan rumus:
2
S
S
=
S2 adalah varian, yang dapat dihitung dengan rumus:
1 ) ( 2 − − =
∑
n x xS i
e. Membuat tabulasi data ke dalam interval kelas
f. Menentukan angka baku (z) dengan persamaan sebagai berikut:
keterangan:
S
= simpangan bakux
= nilai batas interval x = nilai rata‐ratag. Mengubah harga z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan tebel. h. Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva. Perhitungan ini menggunakan
perhitungan Chi‐kuadrat
(
)
∑
= − = k i i i i E E O 1 2 2χ
keterangan: S x x(55)
2
χ
= chi kuadrati
O = frekuensi yang diperoleh berdasarkan data
Ei = frekuensi yang diharapkan
i. Membandingkan harga Chi‐kuadrat hasil perhitungan dengan Chi‐kuadrat tabel dengan taraf signifikan 5%.
j. Menarik kesimpulan, jikaX2hitung < X2tabel maka data berdistribusi normal.
(Sudjana, 2005)
Dari hasil perhitungan data dari kelas eksperimen diperoleh bahwaX2hitung =10,734. Dengan dk=5 dan α=5%, pada tabel diperoleh nilai
bahwaX2tabel =11,070. Karena X2hitung < X2tabel maka H0 berada pada daerah
penerimaan dan data tersebut merupakan data yang berdistribusi normal.
Pada kelas kontrol mendapatkan hasil perhitungan 2 =8,7453
hitung
X . Dengan
dk=5 dan α=5%, pada tabel diperoleh nilai bahwa X2tabel =11,070. Karena
tabel hitung X
X2 < 2 maka H0 berada pada daerah penerimaan dan data tersebut
merupakan data yang berdistribusi normal.
2. Homogenitas
Uji homogenitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah kedua sampel yang digunakan (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) dapat diasumsikan memiliki kondisi awal yang sama atau homogen. Uji homogenitas dilakukan
(56)
dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis sebagai berikut.
0
H =
σ
12 =σ
22, artinya kedua kelas mempunyai varians sama.1
H
=σ
12 ≠σ
22, artinya kedua kelas mempunyai varians tidak sama.Untuk menguji homogenitas digunakan persamaan:
} log ). 1 ( ){ 10 (ln ) 1 ( ) (log ) 1 ( ) 1 ( 2 2 2 2 2 i i i i i i s n B x n s B n s n s − ∑ − = − ∑ = − ∑ − ∑ =
Kemudian menarik kesimpulan dengan membandingkan x2hitung terhadap x
2
tabel
pada α=5% dan dk merupakan banyaknya kelas dikurangi 1. jika X2hitung < X2tabel maka
H0 diterima. Hal ini berarti kedua kelas tersebut mempunyai varian yang sama atau
dikatakan homogen (Sudjana, 2005: 261‐263).
Dari analisis yang dilakukan pada data ketiga kelas sebagai populasi diperoleh bahwa s12 =55,786; s22 =70,848dan
s
32=
33
,
015
sehingga1049 , 53
2 =
s ;B=113,859 dan X2 =2,89. Dengan dk=3‐1=2 dan α=5% diperoleh
99 , 5
2 =
tabel
X Dari perhitungan tersebut dapat kita ketahui bahwa X2hitung < X2tabel
maka H0 diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi tersebut bersifat
homogen.
3.6.2 Analisis Tahap Akhir 1. Normalitas
(57)
Langkah‐langkah pengujian normalitas data akhir sama dengan langkah‐langkah uji normalitas awal.
2. Uji Perbedaan Dua Rata‐rata (Uji Dua Pihak)
Uji ini digunakan untuk menguji apakah rata‐rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Dalam penelitian ini uji perbedaan dua rata‐rata memiliki hipotesis:
Ho :
μ
1=μ
2 Ha :μ
1≠μ
2Statistika yang digunakan adalah uji t
σ
1
=
σ
2
maka statistika yang digunakan adalah (Sudjana, 2005: 239)t =
k s e k e n n X X 1 1 + −
dimana S2 =
2 ) 1 ( ) 1
( 2 2
− + − + − k e k k e e n n S n S n Keterangan: e
X = rata‐rata nilai kelas eksperimen
k
X = rata‐rata nilai kelas kontrol
e
n = jumlah anggota kelas eksperimen
k
n = jumlah anggota kelas kontrol
2 e
(58)
2
k
s = varians kelas kontrol
Dengan derajat kebebasan (dk)=(ne +nk −2)dan taraf signifikan 5% maka
kriteria pengujiannya adalah Ha diterima jika t >t(1− ) (, + −2)
k e n
n hitung α .
(59)
44
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
3.7
Hasil Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini merupakan data kuantitatif. Data ini diperoleh dari tes yang dilaksanakan setelah pelaksanaan pembelajaran dengan metode yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3.1.3Pelaksanaan Pembelajaran
Penelitian ini merupakan penelitian ekperimen. Dalam penelitian ekperimen ini sampel dibagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni tahun 2010. Tempat penelitian ini adalah SMP Kartika III‐1 Kota Semarang yang berlamat di Jalan Sultan Agung 145A Kota Semarang. Pada penelitian ini kelas VIIA bertindak sebagai kelompok kontrol dan kelas VIIC sebagai kelompok eksperimen. Pada kelas VIIC pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan strategi pembelajaran Talking Stick berbantuan media pembelajaran sedangkan pada kelas VIIA pembelajaran dilakukan dengan metode konvensional. Setelah dilaksanakan pembelajaran kemudian kedua kelompok tersebut diberikan tes yang sama untuk mengetahui hasil belajar siswa khususnya hasil belajar kognitif.
(60)
3.1.4Analisis Tahap Awal
Analisis tahap awal bertujuan untuk menguji kelayakan sampel yang digunakan untuk penelitian. Analisis yang digunakan pada tahap awal yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
4.1.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas juga digunakan untuk mengetahui uji selanjutnya apakah menggunakan statisitik parametrik atau statistik nonparametrik. Pada uji normalitas digunakan rumus Chi kuadrat. Dalam perhitungan ini dijelaskan bahwa data tersebut berdistribusi normal jika χ2hitung < χ2tabel. Pada tahap awal uji
normalitas dilakukan pada data yang diberoleh dari hasil ulangan harian pada materi sebelumnya. Hasil analisis uji normalitas awal tersaji dalam tabel berikut:
Table 4.1 Daftar hasil uji normalitas nilai ulangan harian I kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kelompok Kelas χ2
hitung χ2tabel Kriteria Eksperimen VIIC 10,734 11,070 Normal
Kontrol VIIA 8,7453 11,070 Normal
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa χ2hitung < χ 2
tabel untuk kedua kelompok. Maka, dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok tersebut berdistribusi normal.
(61)
4.1.2.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi bersifat homogenya atau tidak. Data yang digunakan dalam uji homogenitas adalah data nilai ulangan harian pada materi sebelumnya. Pada uji homogenitas ini menggunakan uji kesamaan dua varian, kriteria sampel dalam keadaan homogen jika χ2hitung < χ2tabel pada taraf signifikansi 5%.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Xhitung = 2,98 sedangkan Xtabel= 5,95 . Nilai χ2hitung < χ2tabel dengan demikian sampel dalam keadaan homogen. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kedua sampel tersebut mempunyai varian yang sama (homogen).
3.1.5Hasil Belajar
Dalam penelitian ini peneliti hanya mengamati hasil belajar dalam satu ranah yaitu ranah kognitif. Setelah dilaksanakan tes yang sama pada dua strategi pembelajaran yang berbeda didapatkan hasil belajar seperti yang tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 4.2 Data hasil belajar kognitif
No Kategori Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
1 Nilai terendah 45 45
2 Nilai tertinggi 85 95
3 Rata‐rata 64 71
(62)
5 Standar Deviasi 10,554 13,060
Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat terdapat perbedaan antara hasil belajar kognitif kelompok kontrol dan hasil belajar kelompok eksperimen. Rata‐rata hasil belajar kelompok kontrol sebesar 64 sedangkan rata‐rata hasil belajar kognitif kelompok eksperimen adalah sebesar 71. Dari kedua rata‐rata tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil yang dicapai kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hal ini membuktikan bahwa penerapan strategi belajar Talking Stick berbantuan multimedia pembelajaran yang diberikan pada kelompok eksperimen efektif.perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 23. Data hasil belajar kognitif siswa di atas dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang berikut:
Gambar 4.1 Grafik data hasil belajar kognitif kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen
(63)
3.1.6Analisis Tahap Akhir
Analisis tahap akhir bertujuan untuk menjawab hipotesis yang telah dirumuskan. Perhitungan pada analisis tahap akhir ini terdiri dari uji normalitas dan uji hipotesis hasil belajar dalam hal ini hasil belajar kognitif. Data yang digunakan dalam analisis adalah data yang diperoleh dari hasil tes.
4.1.4.1 Uji Normalitas
Sama halnya dengan uji normalitas pada tahap awal uji normalitas pada tahap ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas juga digunakan untuk mengetahui uji selanjutnya apakah menggunakan statisitik parametrik atau statistik nonparametrik. Tabel di bawah ini menyajikan hasil uji normalitas dari kedua kelompok.
Table 4.1 Daftar hasil uji normalitas nilai evaluasi kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kelompok Kelas χ2
hitung χ2tabel Kriteria Eksperimen VIIC 10,205 11,070 Normal
Kontrol VIIA 10,1233 11,070 Normal
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa χ2hitung < χ2tabel untuk kedua kelompok. Maka, dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok tersebut berdistribusi normal.
(64)
4.1.4.2 Uji Hipotesis Hasil Belajar ( Uji Perbedaan Dua Rata‐rata)
Untuk menguji hipotesis nol digunakan uji t test. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa thitung 1,96 lebih besar daripada ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk= 46 yang bernilai 1,68 ini berarti Ho ditolak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran Talking Stick berbantuan multimedia pembelajaran masuk dalam kategori efektif.
3.8
Pembahasan
Pada penelitian ini peneliti menitikberatkan pada hasil belajar kognitif. Hal tersebut merupakan upaya tindak lanjut dari kebijakan pemerintah yang menetapkan Fisika sebagai salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Akhir Nasional (UAN). Dalam UAN kemampuan kognitif siswa sangat berperan penting dalam keberhasilan (kelulusan).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penerapan strategi pembelajaran Talking Stick berbantuan multimedia pembelajaran untuk menyampaikam materi tentang gerak lurus. Dipilih dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas VIIC sebagi kelompok eksperimen dan Kelas VIIA sebagai kelas kontrol. Pada kelas VIIC pembelajaran dilaksanakan menggunakan strategi belajar Talking Stick dengan bantuan multimedia pembelajaran. Multimedia pembelajaran yang digunakan bersifat audio visual berupa game interaktif. Penggunaan multimedia bertujuan untuk menarik minat siswa sehingga dapat menciptakan iklim belajar yang kondusif. Media ini juga membantu
(1)
51
sebuah permainan sehingga antusiasme siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkat. Dengan demikian, siswa dapat terkondisi sehingga tercipta iklim belajar yang kodusif. Penekanan pemahaman pada pembelajaran Talking Stick Berbantuan Multimedia Pembelajaran ditunjang dengan audio visual yang menarik. Animasi yang lucu dan menarik perhatian dikemas dalam sebuah multimedia interaktif. Multimedia tersebut berperan aktif dalam merangsang kerja otak sehingga penanaman konsep dapat terserap dengan maksimal. Siswa kelas VII masih dikategorikan usia anak. Pada fase ini individu cenderung suka bermain. Pemikiran ini menjadi dasar penggunaan permaian Talking Stick. Permainan ini serupa dengan permainan tongkat estavet yang sering digunakan dalam permaian anak‐anak.
Meskipun penelitian ini berjalan lancar, namun peneliti masih harus menghadapi beberapa kendala diantaranya: strategi belajar Talking Stick merupakan strategi belajar yang baru bagi siswa sehingga membutuhkan penjelasan yang lebih terperinci mengenai alur belajar yang harus diikuti siswa dan pemasangan perangkat multimedia yang membutuhkan waktu. Akan tetapi, dengan manajemen waktu yang baik kendala tersebut dapat diatasi sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik. Penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan stategi pembelajaran Talking Stick berbantuan multimedia pembelajaran terbukti efektif jika digunakan dalam pencapaian hasil belajar kognitif khususnya pada materi gerak lurus.
(2)
52
PENUTUP
3.9
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, diperoleh simpulan bahwa pembelajaran Talking Stick Berbantuan Multimedia Pembelajaran efektif jika diterapkan pada pokok bahasan gerak lurus terhadap pencapaian hasil belajar. Hal ini dapat kita lihat dari pencapaian hasil belajar kognitif kelompok eksperimen yang memiliki perbedaan yang signifikan ke arah positif jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Rata‐rata hasil tes kelompok eksperimen sebesar 71 lebih besar dibanding rata‐rata hasil tes kelompok kontrol yang hanya 64. Hal ini memperkuat asumsi bahwa penggunaan strategi pembelajaran yang tepat akan menunjang pencapaian hasil belajar yang optimal. Strategi pembelajaran Talking Stick dapat membantu menciptakan suasana belajar kondusif dan melatih siswa agar giat belajar sebelum pelajaran dimulai.
3.10
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan :
1. Strategi pembelajaran Talking Stick berbantuan multimedia pembelajaran dapat dijadikan referensi pada pelaksanaan pembelajaran dalam dunia pendidikan. 2. Sebagai tenaga pendidik dan pencetak generasi penerus bangsa, guru harus
(3)
53
dan menentukan metode pembelajaran yang sesuai untuk menyampaikan materi. Sehingga hasil belajar akan tercapai secara optimal.
3. Hasil penelitian ini hanya memberikan sedikit sumbangsih bagi perbaikan pembelajaran fisika. Penelitian lebih lanjut mengenai metode pembelajaran yang tepat perlu terus dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran fisika sehingga hasil belajar yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catharina Tri. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press
Arikunto, Suharsimi. 2006a. Dasar‐Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2006b. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Asdi Mahasatya
Dahar, Ratna Willis. 1988. Teori‐Teori Belajar. Jakarta: P2LPTK Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Fujioka, Kimberly. 1998. The Talking Stick: An American Indian Tradition in the ESL Classroom. The Internet TESL Journal Vol. IV, No. 9. Dikutip 03 Maret 2010 dari
http://iteslj.org/
Por, George. (1998). The "Talking Stick" Circle An Ancient Tool For Better Decision Making And Strengthening Community. Dikutip 03 Maret 2010 dari
http://www.vision‐nest.com/btbc/kgarden/tscircle.shtml
Singarimbun, masri dkk. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media
(5)
55
_____. 1989. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sugandi, Achmad. 2005. Teori Pembelajaran. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press
Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Surabaya: Pustaka Pelajar
Takmalun. 2009. Efektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran Course Review Horay Berbantuan Alat Peraga Terhadap Minat dan Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP
Kartika III‐1 Materi Kesebangunan dan Kekongruenan Tahun 2008/2009. Skripsi.
Unnes
Tim Abdi Guru. 2007. IPA Fisika Untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga
Trianto. 2007. Strategi‐Strategi Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
Wasis dan Sugeng. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 1: SMP/MTS Kelas VII. Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional
Wasis, dkk. 2008. Contextual Teaching Learning Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah
Menengah Pertama Kelas VII (edisi 4). Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen
Pendidikan Nasional
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasianal. Jakarta: Bumi Aksara
(6)
Winarno, dkk. 2009. Teknik Evaluasi Multimedia Pembelajaran. Jakarta: Genius Prima Medai