33
Ikal, Arai, dan Jimbron sadar bahwa tanpa mimpi, mereka tidak akan pernah hidup, tanpa mimpi mereka tidak akan pernah berjuang. Dan tanpa itu semua, mereka tidak akan
pernah bertempur habis-habisan. Dimulai dari sekolah mereka akan mengejar semua cita- cita yang ingin diraih.
“Tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati..... Mungkin setelah tamat SMA kita hanya akan mendulang timah atau menjadi kuli,
tapi di sini Kal, di sekolah ini, kita tak akan pernah mendahului nasib kita.” SP: 153
Arai menegaskan bahwa mereka tidak akan pernah menyerah pada keadaan.
Mereka selalu optimis dan ingin mengubah hidup menjadi lebih baik. Sikap pesimis merupakan sikap takabur yang mendahului nasib.
4.2.3 Berjuang Meraih Superioritas Pribadi
Pada umumnya, manusia berjuang meraih superioritas atau keberhasilan tanpa memikirkan orang lain. Tujuannya bersifat personal dan dimotivasi oleh perasaan inferior
atau lemah. Oleh sebab itu, timbul usaha yang berlebihan untuk mendapatkan kepuasan pribadi Feist, 2010:84
Manusia berjuang meraih keberhasilan dengan tujuannya sendiri. Tujuan ini timbul karena adanya perasaan lemah. Secara sadar atau tidak sadar menyembunyikan
kecenderungan untuk memikirkan diri sendiri di balik keprihatinan dalam kehidupan sosialnya.
Ikal tidak peduli dengan masalah apa yang terjadi di luar masalah mereka. Mereka hanya peduli pada masalah keadaan hidupnya.
“Sahabatku, banyak hal lain yang lebih positif di dunia ini. Banyak hal lain yang amat menarik untuk dibicarakan, misalnya tentang...mengapa kita, orang Melayu,
yang hidup di atas tanah timah kaya raya tapi kita semakin miskin hari demi hari,....” SP:137
Universitas Sumatera Utara
34
Bahkan Arai rela meninggalkan pekerjaannya sementara untuk pekerjaan yang lebih menjanjikan. Pekerjaan ini adalah pekerjaan borongan dengan upah atau gaji harian.
“Ada kerja borongan sebentar di Gedong, tak kan lama, bisa kerja setiap pulang sekolah. Orang staf di sana mau membayar harian, bagus pula bayarannya itu...,tak
kan lama, hanya dua bulan, nanti kita ngambat lagi...”SP:176
Setelah tamat SMA, Ikal dan Arai mempunyai rencana untuk merantau ke Jawa.
Dengan uang tabungan mereka selama bekerja di Magai, uang tersebut untuk biaya mereka sementara di sana, sebelum mendapatkan pekerjaan. Tujuan mereka merantau
adalah untuk mencari pekerjaan dan kuliah. Dengan kepergian mereka ke Jawa tersebut, maka mereka telah meninggalkan kampung halaman, kelurga dan kerabat-kerabatnya.
“Merantau, kita harus merantau, berapa pun tabungan kita, sampai di Jawa urusan belakangan, Arai yakin sekali dengan rencana ini.” SP: 216
Sesampai di Jawa, Ikal dan Arai langsung mencari pekerjaan yang dapat mendukung kelangsungan hidup mereka. Tetapi di Jawa mereka mendapatkan pekerjaan
yang berbeda. Ikal bekerja di jawatan pos sedangkan Arai bekerja ke Kalimantan. Arai meninggalkan Ikal sendiri di Jawa.
“Sebulan penuh aku menjalani pendidikan dasar militer agar nanti di Jawatan Pos dapat disiplin melayani masyarakat. Setelah sebulan aku pulang ke Bogor. Tapi di
kamar kosku tak ada siapa-siapa. Aku melihat sepucuk surat di bawah pintu. Lututku bergetar dan hatiku hampa membaca pesan di surat itu. Dengan
sahabatnya dari pabrik tali, naik Kapal Lawit, Arai telah berangkat ke Kalimantan.” SP: 242
Universitas Sumatera Utara
35
4.2.4 Berjuang Meraih Keberhasilan