Daya Juang sebagai Kompensasi

31 Sesuai dengan istilah, usaha tidak akan pernah menghianati hasil. Maka, itulah yang terjadi pada Ikal, Arai, dan Jimbron. Apa yang mereka impikan selama ini terwujud. Usaha dan kerja keras mereka selama ini tak pernah sia-sia. “Hanya itu kalimat yang dapat menggambarkan bagaimana sempurnanya Tuhan telah mengatur potongan-potongan mozaik hidupku dan Arai, demikian indahnya Tuhan bertahun-tahun telah memeluk mimpi-mimpi kami, telah menyimak harapan-harapan sepi dalam hati kami, karena di kertas itu tertulis nama universitas yang menerimanya, sama dengan nama universitas yang menerimaku, di sana jelas tertulis: Univesite de Paris, Sorbonne, Perancis.” SP:272

4.2.2 Daya Juang sebagai Kompensasi

Manusia berjuang meraih superioritas atau keberhasilan sebagai cara untuk mengganti perasaan inferior atau lemah. Manusia secara terus menerus didorong oleh keinginannya untuk menjadu utuh Feist, 2010:83. Manusia tidak pernah lepas dari kekurangan, tetapi hal itu bisa menjadi dorongan atau motivasi untuk mencapai tujuan. Manusia akan berjuang meraih superioritas atau keberhasilan sebagai cara untuk mengganti perasaan inferior atau lemah. Kelemahan ini menjadi pemicu untuk meraih sesuatu yang lebih baik. Daya juang ini ditentukan oleh perasaan inferior atau lemah dan tujuan mendapatkan keunggulan. Tanpa sebuah kelemahan, manusia tidak akan pernah mendapatkan kesempurnaan yang ingin dicapainya. Keberhasilan merupakan konsep yang dibuat oleh setiap individu, serta bagaimana ia mencapainya. Dalam daya juang sebagai kompensasi juga terbentuk oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan. Faktor keturunan menentukan potensi untuk memperbaiki dan mengubah keadaan yang terus berjalan, sedangkan faktor lingkungan terbentuk oleh minat sosial untuk lingkungan sekitar. Universitas Sumatera Utara 32 “Namun, sampai di sekolah, semua kelelahan kami serta-merta lenyap, sirna tak ada bekasnya, menguap diisap oleh daya tarik laki-laki tampan ini, kepala sekolah sekaligus guru kesusastraan kami: Bapak Drs. Julian Ichsan Balia. Sebagai anak- anak yang sejak sekolah dasar diajarkan untuk menghargai ilmu pengetahuan dan seni, aku, Arai, dan Ji mbron sungguh terpesona pada pak Balia.” SP:70 Ikal, Arai, dan Jimbron merasa sangat bersemangat apabila sampai di sekolah. Semua kelelahan mereka bekerja sebagai kuli ngambat terbayar sudah oleh pesona pak Balia. Setiap pukul dua pagi, mereka sudah sempoyongan memikul berbagai jenis makhluk laut sampai pukul enam pagi. Setelah itu mereka bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Pak Balia merupakan kepala sekolah sekaligus guru kesusastraan mereka. Beliau selalu tampil prima, menyenangi ilmu, serta sangat menghargai murid-muridnya. Kreatif merupakan daya tarik utama kelasnya. Ia tak pernah mau kelihatan letih dan jemu dalam menghadapi murid-muridnya. Di hadapan pak Balia, semua murid-muridnya menjadi bersemangat dan selalu optimis dalam mengejar cita-cita. Mereka semakin bergairah untuk belajar oleh entakan semangat pak Balia dengan menyebut muridnya sebagai para pelopor. “Mengingat keadaan kami yang amat terbatas, sebenarnya lebih tepat cita-cita itu disebut impian saja. Tapi di depan tokoh karismatik seperti pak Balia, semuanya seakan mungkin.” SP:73-74 Untuk mengejar semua impian, Arai selalu mengingatkan agar selalu berjuang total, pantang mundur dan selalu optimis, serta mengerahkan semua daya dan upaya. “Biar kau tahu, Kal, orang seperti kita tak punya apa-apa kecuali semangat dan mimpi-mimpi, dan kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi- mimpi itu.” SP: 153 Universitas Sumatera Utara 33 Ikal, Arai, dan Jimbron sadar bahwa tanpa mimpi, mereka tidak akan pernah hidup, tanpa mimpi mereka tidak akan pernah berjuang. Dan tanpa itu semua, mereka tidak akan pernah bertempur habis-habisan. Dimulai dari sekolah mereka akan mengejar semua cita- cita yang ingin diraih. “Tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati..... Mungkin setelah tamat SMA kita hanya akan mendulang timah atau menjadi kuli, tapi di sini Kal, di sekolah ini, kita tak akan pernah mendahului nasib kita.” SP: 153 Arai menegaskan bahwa mereka tidak akan pernah menyerah pada keadaan. Mereka selalu optimis dan ingin mengubah hidup menjadi lebih baik. Sikap pesimis merupakan sikap takabur yang mendahului nasib.

4.2.3 Berjuang Meraih Superioritas Pribadi