Berjuang Mencapai Tujuan Akhir

29 Melalui psikologi individual Adler tersebut, akan dapat menentukan perjuangan Ikal, Arai, dan Jimbron. Perjuangan dari SMP sampai tamat SMA hingga ke bangku kuliah. Dalam keadaan ekonomi keluarga yang tidak mendukung, mereka mampu berjuang, bekerja keras, dan hidup mandiri. Arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit dan cita-cita atau impian yang gagah berani, dengan penuh optimis.

4.2.1 Berjuang Mencapai Tujuan Akhir

Manusia berjuang demi sebuah tujuan akhir, entah itu superioritas pribadi atau keberhasilan untuk semua umat manusia. Pada masing-masing kasus atau masalah, berjuang mencapai tujuan akhir tersebut sifatnya fiksional dan tidak ada bentuk objektifnya Feist, 2010:82. Manusia mempunyai tujuan atau impian yang harus diperjuangkan untuk meraihnya. Tujuan tersebut sudah direncanakan secara matang dengan prinsip masing- masing. Visi manusia berjuang mencapai tujuan akhir adalah untuk melawan perasaan lemah inferior dan mencapai keberhasilan superior. Dalam novel SP ini, terdapat kutipan yang berhubungan dengan berjuang mencapai tujuan akhir, seperti pada kutipan berikut: “Pada saat itulah aku, Arai, dan Jimbron mengkristalisasikan harapan agung kami dalam satu statement yang sangat ambisius: cita-cita kami adalah kami ingin sekolah ke Perancis Ingin menginjakkan kaki di altar suci almamater Sorbonne, ingin menjelajahi Ero pa sampai ke Afrika.” SP:73 Impian dan tekad Ikal, Arai, dan Jimbron sangat besar. Daya juang yang dimiliki oleh mereka serta sikap optimis yang ditunjukkannya, merupakan bukti bahwa mereka akan mencapai tujuan akhir, yaitu ingin sekolah ke Prancis, ingin menginjakkan kakinya di altar suci almamater Sorbonne, serta ingin menjelajahi Eropa sampai ke Afrika. Universitas Sumatera Utara 30 “...,atau tentang cita-cita kita merantau ke Jawa, naik perahu barang, dan tentang rencana kita sekolah ke Prancis Menginjakkan kaki di altar suci almamater Sorbonne Menjelajahi Eropa sampai ke Afrika Kita akan menjadi orang Melayu pedalaman pertama yang sekolah ke P rancis Bukan main hebatnya, Bron.” SP: 137 Ikal mengingatkan tentang ambisi atau keinginan mereka untuk mencapai tujuan akhir yang selama ini diimpikannya. Mereka ingin membuktikan bahwa mereka mampu untuk meraihnya, meskipun dalam keadaan ekonomi keluarga yang lemah. Keadaan ekonomi bukanlah halangan untuk mencapainya. Ikal, Arai, dan Jimbron selalu bekerja keras, pantang menyerah, dan selalu bersikap optimis. “Kita lakukan yang terbaik di sini Dan kita akan berkelana menjelajahi Eropa sampai ke Afrika Kita akan sekolah ke Prancis Kita akan menginjakkan kaki di altar suci almamater Sorbonne Apa pun yang terjadi.” SP:154 Ikal sangat optimis dan sangat bersemangat. Buktinya, mereka sangat yakin dan percaya diri. Ia melakukan usaha yang maksimal untuk meraih semuanya. Dengan melakukan hal yang terbaik, dan menghadapi semua hal yang terjadi, serta tetap optimis tanpa rasa ragu atau bimbang. “Maka sekarang aku adalah orang yang paling optimis. Jika kuibaratkan semangat manusia sebuah kurva, sebuah grafik, maka sikap optimis akan membawa kurva itu terus menanjak. ” SP: 208 Dengan semangat yang tak pernah surut dan padam, Ikal, Arai, dan Jimbron selalu menggantungkan cita-cita itu. Apa pun telah mereka lakukan untuk bisa meraihnya. “Betapa kami adalah para pemberani, para patriot nasib. Dengan kaki tenggelam di dalam lumpur sampai ke lutut kami tak surut menggantungkan cita-cita kami di bulan: ingin sekolah ke Prancis, ingin menginjakkan kaki-kaki miskin kami di atas altar suci almamater Sorbonne, ingin menjelajahi Eropa sampai ke Afrika.” SP:268 Universitas Sumatera Utara 31 Sesuai dengan istilah, usaha tidak akan pernah menghianati hasil. Maka, itulah yang terjadi pada Ikal, Arai, dan Jimbron. Apa yang mereka impikan selama ini terwujud. Usaha dan kerja keras mereka selama ini tak pernah sia-sia. “Hanya itu kalimat yang dapat menggambarkan bagaimana sempurnanya Tuhan telah mengatur potongan-potongan mozaik hidupku dan Arai, demikian indahnya Tuhan bertahun-tahun telah memeluk mimpi-mimpi kami, telah menyimak harapan-harapan sepi dalam hati kami, karena di kertas itu tertulis nama universitas yang menerimanya, sama dengan nama universitas yang menerimaku, di sana jelas tertulis: Univesite de Paris, Sorbonne, Perancis.” SP:272

4.2.2 Daya Juang sebagai Kompensasi