terdiri dari dua bangunan, yaitu Blok A dan Blok B. Bangunan Blok A untuk pedagang sandang dan garmen, terdiri   dari 143, sedangkan bangunan Blok B
untuk pedagang basah seperti ikan dan sayuran memiliki jumlah lapak 372 dan 56 kios. Jadi jumlah populasi penjual di pasar Puan Maimun lebih kurang 571.
Peneliti mengambil  sampel  30 penjual dan 37  pembeli    secara acak random yang ada di pasar Puan Maimun untuk diteliti  karena menurut Roscoe dalam
Sugiyono  2007  ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30- 500. Berdasarkan hal tersebut, untuk efisiensi tenaga, waktu dan biaya maka
besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 sampel.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu metode simak dengan teknik lanjutan yaitu teknik simak  bebas libat cakap dan
teknik rekam.  Teknik simak bebas libat cakap adalah peneliti sebagai  pengamat pengguna bahasa dengan mendengarkan apa yang dikatakan oleh informan dalam
proses berdialog  dan peneliti merekam tanpa sepengetahuan penutur peristiwa tuturan alih kode  yang terjadi di Pasar Puan Maimun Tanjung Balai Karimun
agar  tuturan yang dilakukan alami.  Dalam penelitian ini juga digunakan metode cakap dengan teknik dasar berupa teknik pancing.
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode padan.  Metode padan adalah  alat penentunya diluar, terlepas,  dan tidak menjadi bagian dari
bahasa  langue  yang bersangkutan  Sudaryanto,1993: 13.    Di  dalam  alih  kode yang  menjadi  objek  penelitiannya  adalah  isi  tuturan  masyarakat  yang  berupa
percakapan antara satu sama lain,  maka  alat  penentunya  menggunakan  referen
bahasa,  kemudian  teknik  dasarnya  disesuaikan  dengan  alat  penentunya  yaitu dengan  menggunakan  teknik  pilah  unsur  penentu  yang dimiliki suatu alat yang
bersifat mental yang dimiliki peneliti Sudaryanto, 1993:21.  Teknik lanjutan adalah teknik hubung banding membedakan tuturan yang disampaikan oleh
peserta tutur saat transaksi jual beli  berlangsung  berbahasa Melayu  dan bahasa Indonesia  atau sebaliknya.  Analisis data Analisis data dapat dilihat pada alih
kode dalam peristiwa tutur di bawah ini: 3
Alih kode pada peristiwa tutur ini terjadi antara penjual, pembeli baju  batik dan handuk  di pasar Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.
Latar Di Pasar Puan Maimun.
Peserta Percakapan
Penjual, Pembeli 1, dan pembeli 2.
Tujuan Membeli baju batik dan handuk.
Bentuk Ujaran Percakapan biasa.
Kunci Penyampaian  penjual kepada pembeli yang
mencari baju batik dan handuk.
Sarana Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia lisan.
Norma Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.
Jenis Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.
biasa yang informal.
Peristiwa Tutur
Penjual :  Nak carik  ape, Buk?
Mau cari apa, Bu?
‘Bu, mau cari apa?’ Pembeli 1
: Ade  baju batek   yang   motif  bunge- bunge   tak? Ada baju  batik  KONJ. motif  bunga- bunga NEG.?
‘Ada baju batik yang motif bunga-bunga tidak?’
Penjual : Ade Buk, nak ukuran ape?
Ada Bu, mau ukuran apa? ‘Ada Bu, mau ukuran apa?’
Pembeli 1 : Ukuran M.
Ukuran M. ‘Ukuran M’.
Penjual : Kalo ukuran M    tak    ade,  Buk.
Kalau ukuran M  NEG. ada,  Bu. ‘Kalau ukuran M , tidak ada  Bu.’
Pembeli 2 : Ade handuk, Kak ?
Ada handuk, Kak ? ‘Kak, ada handuk?’
Penjual :Ade   di    sana.
Ada PRE. sana. ‘Ada di sebelah sana.’
Pembeli 2 : Bisa lihat dulu, Kak?
‘Bisa lihat dulu, Kak? ‘Kak, bisa lihat dulu?’
Penjual             : Bisa, tunggu sebentar ya.
Bisa, tunggu sebentar ya. ‘Bisa, tunggu sebentar ya’.
Dari  contoh tersebut terjadi alih kode pada peristiwa tutur antara penjual dan pembeli yang awalnya menggunakan bahasa Melayu. Namun, di tengah
percakapan, hadir pembeli kedua yang berkomunikasi dengan penjual menggunakan bahasa Indonesia dan penjual pun menanggapinya dengan
meakukan alih bahasa yaitu beralih dari bahasa Melayu ke dalam  bahasa Indonesia sampai akhir percakapan.Bentuk alih kode yang terjadi yaitu alih
bahasa dari bahasa Melayu ke dalam bahasa Indonesia yang berwujud frasa. Penyebab alih kode ini karena penjual dan pembeli pertama  dari etnis melayu
tetapi mereka tetap menguasai bahasa Indonesia, sedangkan pembeli kedua bukan
dari etnis melayu sehingga  terjadi alih kode dari bahasa Melayu ke bahasa Indonesia. Alih kode ini karena karena hadirnya orang ketiga.
4 Alih kode pada peristiwa tutur ini  penjual dan pembeli ikan di pasar Puan
Maimun Tanjung Balai Karimun.
Latar Di Pasar Puan Maimun.
Peserta Percakapan
Penjual dan pembeli ikan.
Tujuan Membeli ikan.
Bentuk Ujaran Percakapan biasa.
Kunci Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.
Sarana Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu lisan.
Norma Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.
Jenis Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.
biasa yang informal.
Peristiwa Tutur
Pembeli : Berapa harga ikan satu   kilo, Buk?
Berapa harga ikan NUM kilo, Buk? ‛Bu, berapa harga ikan satu kilogram?’
Penjual : Due puluh lime ribu.
NUM.               ribu. ‛Dua puluh lima ribu’.
Pembeli : Tak    kurang lagi, Buk. Nak ambel  tige   kilo?
NEG. kurang lagi,   Bu.  Mau ambil NUM. kilo? ‛Mau ambil tiga kilo, Bu. Tidak kurang lagi?’
Penjual : Boleh,   tapi      kurang siket aje.
Boleh, KONJ. kurang sedikit aja . ‛Boleh, tapi kurang sedikit aja’.
Dari contoh tersebut terjadi alih kode pada awal percakapan pembeli menggunakan bahasa Indonesia, tetapi penjual menanggapinya  menggunakan
bahasa Melayu. Akhirnya pembeli beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Melayu. Bentuk alih kode yang terjadi yaitu alih bahasa dari bahasa Indonesia  ke
bahasa Melayu yang berwujud Kalimat. Penyebab terjadinya alih kode ini disebabkan karena  karena pembeli menghormati penjual yang kebetulan usianya
lebih tua dan  pembeli juga ingin menciptakan suasana santai dan akrab saat transaksi jual beli berlangsung. Alih kode ini terjadi karena adanya mitra tutur.
3.5 Metode dan Teknik Penyajian  Hasil Analisis Data