Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia Dalam Teks Pidato Siswa Kelas IX Semester Genap SMP Islam Harapan Ibu Tahun Pelajaran 2012/2013

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh Elih Laswati 109013000017

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Dr. Darsita

Pidato merupakan salah satu retorika modern, teks pidato yang dibawakan siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap adalah objek dalam kajian penelitin ini. Wacana pidato merupakan salah satu kajian yang mencakup kajian pragmatik, yang dimaksud pragmatik dalam kajian ini adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan bahasa pada situasi dan konteks yang sebenarnya dan apa adanya. Berdasarkan teks pidato siswa diajukan masalah dasar sebagai berikut: bagaimana bentuk dan nilai komunikatif kalimat kesantunan imperatif ajakan, permintaan, dan suruhan dalam bahasa Indonesia.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kesantunan imperatif ajakan, permintaan, dan suruhan dalam sebuah pidato siswa, untuk mengidentifikasi penggunaan bahasa yang menunjukan kesantunan imperatif dalam teks pidato, untuk mengetahui bagaimana bentuk kalimat yang menjadikan nilai komunikasi kesantunan imperatif ajakan, permintaan, dan suruhan dalam pidato bahasa Indonesia, dan untuk mengidentifikasi penggunaan bahasa yang menunjukan kesantunan imperatif dalam teks pidato.

Metode penelitian atau research method merupakan aspek aksiologi dari suatu paradigma. Dia merupakan aspek nyata, motode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan beberapa teknik. Pertama teknik simak bebas cakap dan teknik catat.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan ditinjau dari hasil penganalisisan, data yang diperoleh menunjukkan bahwa adanya wujud formal dan wujud pragmatik imperatif. Selain itu kesantunan linguistik dan kesantunan pragmatik imperatif dalam teks pidato siswa kelas IX semester Genap SMP Islam Harapan Ibu.

Kata kunci : Wujud formal, pragmatik imperatif, kesantunan linguistik, kesantunan pragmatik imperatif.


(6)

(7)

iii

Bahasa Indonesia dalam Teks Pidato Siswa Kelas IX Semester Genap SMP Islam Harapan Ibu Tahun Pelajaran 2012/2013” ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam juga penulis sampaikan kepada Nabi Muhamad SAW yang telah memberikan bimbingan kebaikan kepada seluruh umat.

Skripsi ini, penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kepentingan pembacanya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari bantuan berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan yang dapat memotivasi penulis.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, karena dengan perhatian dan kesabaran dalam membimbing mahasiswanya penulis termotivasi untuk mengerjakan penulisan skripsi hingga selesai.;

3. Dr. Darsita S., M. Hum, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan sampai selesainya penulisan skripsi ini;

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membekali penulis berbagai ilmu pengetahuan. 5. Dra. Hj. Budi Suci Nurani M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Islam

Harapan Ibu yang telah membimbing selama penelitian skripsi berlangsung;

6. Seluruh siswa SMP Islam Harapan Ibu, terima kasih atas partisipasinya selama penelitian skripsi berlangsung;


(8)

iv penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Deddy Kurniawan teman hidup penulis yang telah memberikan semangat, motivasi dan kasih sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuanganku di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, juga pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas partisipasinya dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga semua bantuan, bimbingan, ilmu, dan doa yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah Swt. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi masukan yang positif dalam rangka meningkatkan mutu pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di negeri ini.

Jakarta, 04 September 2013

Penulis


(9)

v

LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORETIS ... 7

A. Kesantunan Berbahasa ... 7

B. Kalimat Imperatif dalam Bahasa Indonesia ... 12

1. Kalimat Imperatif Permintaan ... 12

2. Kalimat Imperatif Ajakan ... 12

3. Kalimat Imperatif Suruhan ... 13

C. Pidato ... 13

1. Pengertian Pidato ... 13

2. Tahap Persiapan Pidato ... 15

3. Tahap Penyusunan Pidato ... 16


(10)

vi

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

B. Materi Penelitian ... 21

C. Rancangan Penelitian ... 21

D. Metode Penelitian ... 21

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 23

F. Objek Penelitian ... 23

G. Pengumpulan Data ... 24

H. Jenis Data ... 26

I. Analisis Data ... 26

J. Pelaksanaan Penelitian ... 26

K. Fokus Penelitian ... 28

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 29

A. ANALISIS ... 29

1. Kalimat Kesantunan Imperatif Ajakan ... 29

2. Kalimat Kesantunan Imperatif Suruhan ... 34

3. Kalimat Imperatif Permintaan ... 37

B. PEMBAHASAN ... 43

1. Wujud Formal dan Wujud Pragmatik Imperatif ... 45

2. Kesantunan Linguistik dan Kesantunan Pragmatik Imperatif ... 59

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN


(11)

1

Pidato merupakan salah satu retorika modern, teks pidato yang dibawakan siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX Semester genap adalah objek dalam kajian penelitian ini. Objek itu diasumsikan sebagai suatu pembinaan bahasa dalam situasi dan konteks resmi di sekolah pada saat belajar mengajar. Ditinjau dari segi fungsinya konteks pidato itu, maka ujaran lisan pidato dapat dilihat dari segi bentuk kata dan tata bahasa, tetapi juga dapat dilihat dari wacana bahasa sebagai alat komunikasi yang memiliki maksud tertentu pada saat wacana pidato disampaikan.

Wacana pidato merupakan salah satu kajian yang mencakup kajian pragmatik, yang dimaksud pragmatik dalam kajian ini adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan bahasa pada situasi dan konteks yang sebenarnya dan apa adanya. Bahasa dilihat dari segi fungsinya sesuai dengan konteks pada saat diucapkan dan tidak hanya dari segi bentuk kata dan tata bahasanya. Bahasa secara pragmatik biasanya dilihat secara praktis yang digunakan secara lisan yang tentunya menyangkut unsur fonologi seperti intonasi dan tekanan suara pada kata. Levinson (1983) yang dikutip dari Kunjana Rahardi mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari stuktur bahasanya. Batasan Levinson itu, selengkapnya, dapat dilihat pada kutipan berikut.

Pragmatic is the study of those relation between language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of a language.

(Levinson, 1983:9)1

Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bahasa dan konteks yang gramatikal dalam stuktur bahasa.

1

Rahardi Kunjana, Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 48.


(12)

Paker (1986) dikutip dari Kunjana Rahardi dalam bukunya Linguistik For Non-Linguists menyatakan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Adapun yang dimaksud dengan hal itu adalah bagaimana satuan lingual tertentu digunakan dalam komunikasi yang sebenarnya. Paker (1986) membedakan pragmatik dengan studi tata bahasa yang dianggapnya sebagai studi seluk-beluk bahasa secara internal. Menurutnya studi tata bahasa tidak perlu dikaitkan dengan konteks, sedangkan studi pragmatik mutlak dikaitkan dengan konteks. Berkenaan dengan itu studi tata bahasa dapat dianggap sebagai studi yang bebas konteks (context independent). Sebaliknya, studi pemakaian tata bahasa dalam komunikasi yang sebenarnya mutlak dikaitkan dengan konteks yang melatarbelakangi dan mewadahinya. Studi bahasa yang demikian dapat disebut sebagai studi yang terikat konteks (context dependent). Definisi yang disampaikan Parker (1986) itu selengkapnya dapat dilihat pada kutipan berikut.

Pragmatis is distinct from grammar, which is the study of the internal structure of language. Pragmatics is the study of how language is used to communicate. (Parker, 1986: 11)2

Pragmatik berbeda dari tata bahasa yang merupakan studi tentang struktur internal bahasa. Pragmatik adalah studi tentang bagaimana bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi.

Tidak jauh berbeda dengan pengertian yang disampaikan para tokoh sebelumnya, Brown dan Yule (1983) menyatakan bahwa pragmatik merupakan pendekatan untuk mempelajari bahasa atau wacana yang melibatkan analisis unsurnya seperti tata bahasa, kosakata, dan maknanya dengan melihat konteksnya.3 Dengan kata lain, pragmatik menganalisis bahasa terutama bahasa lisan seperti percakapan. Kita sebagai guru, dosen bahasa, atau pemerhati bahasa harus lebih memerhatikan konteksnya yang menyangkut partisipan lokasi, waktu, dan topik pembicaraan, tidak hanya unsur-unsur linguistik formalnya saja.

Beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu

2

Ibid.

3

Diemroh Ihsan, Pragmatic, Discourse Analysis, and Language Teacher, (Palembang: Universitas Sriwijaya, 2011), h. 21.


(13)

bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu. Konteks yang dimaksud mencakup dua macam 1) konteks yang bersifat sosial (social); 2) konteks yang bersifat sosieter (societal). Konteks sosial (social context) adalah konteks yang faktor penentunya adalah kedudukan (rank) anggota masyarakat dalam institusi-institusi sosial yang ada di dalam masyarakat sosial dan budaya tertentu.

Pragmatik mengkaji maksud penutur dalam menentukan sebuah satuan lingual tertentu pada sebuah bahasa. Sedangkan semantik adalah mengkaji makna. Perbedaan keduanya adalah bahwa pragmatik mengkaji makna satuan lingual secara eksternal, sedangkan semantik mengkaji makna satuan lingual secara internal. Makna yang dikaji dalam pragmatik bersifat terikat konteks, sedangkan makna yang dikaji semantik bersifat bebas konteks. Makna yang dikaji dalam pragmatik bersifat triadik. Pragmatik mengkaji bentuk bahasa untuk memahami maksud penutur, sedangkan semantik mempelajari bentuk bahasa untuk memahami maksa satuan lingual itu. tujuan pragmatik adalah mengoptimalkan komunikasi dengan bahasa. Agar bahasa yang digunakan dalam komunikasi betul-betul komunikatif, bentuk-bentuk bahasa harus disesuaikan dengan situasi bahasa.4

Pidato yang menjadi objek kajian ini. Pidato adalah suatu ucapan dengan memperhatikan susunan kata yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak. Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pidato didefinisikan sebagai; 1) Pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak; 2) Wacana yang disiapkan untuk diucapakan di depan khalayak.

Ada beberapa jenis pidato, yaitu pidato impromptu, manuskrip,

memoriter, dan ekstempore. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah pidato manuskrip yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Kata-katanya dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang; 2) Pernyataan dapat dihemat, karena manuskrip dapat disusun kembali; 3) Kefasihan bicara dapat dicapai karena kata-kata sudah disiapkan; 4)

4


(14)

Hal-hal yang menyimpang dapat dihindari; 5) Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.5

Berdasarkan teks pidato siswa diajukan masalah dasar sebagai berikut: bagaimana bentuk dan nilai komunikatif kalimat kesantunan imperatif ajakan, permintaan, dan suruhan dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap yang menggambarkan fenomena pemanasan global dalam pidatonya itu? Masalah dasar ini diidentifikasi secara lebih rinci ke dalam beberapa identitas masalah. Atas dasar latar belakang yang telah dipaparkan, maka penelitian ini mengambil judul “Kesantunan

Imperatif Bahasa Indonesia dalam Teks Pidato Siswa Kelas IX Semester Genap SMP Islam Harapan Ibu Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah dasar penelitian yang dikemukakan di atas maka identifikasi masalahnya sebagai berikut:

1. Pengaruh bahasa asing terhadap bahasa yang digunakan siswa dalam menulis teks pidato.

2. Kurangnya tingkat kesopanan terhadap bahasa yang digunakan siswa dalam menulis teks pidato.

3. Kurangnya perbendaharaan kata yang dipakai dalam menulis teks pidato. Identifikasi seperti tersebut di peroleh masalah-masalah yang dirumuskan sebagai berikut:

C. Batasan Masalah

Mengacu pada rumusan masalah, penelitian ini terbatas pada kesantunan imperatif dengan cara melakukan analisis unsur kesantunan imperatif bahasa Indonesia dalam teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap dalam kalimat imperatif permintaan, ajakan dan suruhan dalam pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap.

5

Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 17.


(15)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk kalimat kesantunan imperatif permintaan dalam teks pidato bahasa Indonesia siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap? 2. Bagaimana bentuk kalimat kesantunan imperatif ajakan dalam teks pidato

bahasa Indonesia siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap? 3. Bagaimana bentuk kalimat kesantunan imperatif suruhan dalam teks pidato

bahasa Indonesia siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah penelitian, penulis mengambil tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi penggunaan bahasa yang menunjukan kesantunan imperatif permintaan dalam teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu Kelas IX Semester genap.

2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kalimat yang menjadikan nilai komunikasi kesantunan imperatif ajakan dalam pidato bahasa Indonesia siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX Semester genap.

3. Untuk mengidentifikasi penggunaan bahasa yang menunjukan kesantunan imperatif suruhan dalam teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu Kelas IX Semester genap.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini ditinjau dari dua manfaat yaitu 1) teoretis; 2) praktis. Berikut uraian masing-masing manfaat itu:

1. Manfaat teoretis sebagai berikut:

a. Melakukan deskripsi penggunaan bahasa yang menunjukan kesantunan imperatif dalam teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu.

b. Melakukan inventarisasi karya teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu yang menggunakan Bahasa Indonesia yang menunjukan kesantunan imperatif.


(16)

2. Manfaat praktis sebagai berikut:

a. Sebagai masukan bagi pihak sekolah dalam menyusun perencanaan pengajaran bahasa Indonesia.

b. Hasil penelitian ini berguna untuk memahami tingkat pemahaman siswa terhadap bahasa Indonesia.


(17)

7

A.

Kesantunan Berbahasa

Penelitian tentang “Kesantunan positif komunikasi dokter pasien dalam program konsultasi seks”, Agung Pramujiono (2007), Universitas PGRI Adi Buana (UNIPA), Surabaya, mengemukakan tentang komunikasi dokter dengan pasien adalah model yang menempatkan informasi sebagai milik bersama. Dokter dapat membuka saluran komunikasi dengan pasien dengan cara mendengarkan secara aktif serta dengan dokter apabila pasien mempunyai motivasi untuk sembuh serta mempunyai rasa percaya kepada dokter. Secara garis besar, harapan pasien terhadap dokter adalah sebagai berikut: 1) mampu mengobati pasien dengan cara mutakhir, teliti, dan trampil; 2) mampu mendengarkan, menghormati pendapat pasien, berlaku santun dan patuh pertimbangan, berkomunikasi dengan baik, memberikan nasihat tanpa menggurui; 3) mampu menyimpan rahasia, bersifat jujur dan punya integritas, dan tetap memberikan asuhan walaupun ilmu kedokteran tidak berhasil lagi; 4) mampu mempertahankan hubungan luwes sehingga pasien mendapat penjelasan lengkap dan dilibatkan dalam keputusan tentang asuhan. 1

Berdasarkan analisis data ditemukan beberapa strategi kesantunan positif yang digunakan dalam percakapan dokter dan pasien dalam program konsultasi seks. Strategi tersebut adalah sebagai berikut: 1) memberikan perhatian dan empati; 2) menggunakan gurauan; 3) menunjukan keoptimisan; 4) meminta alasan atau memberikan pertanyaan; 5) meminta persetujuan dengan pengulangan ujaran.2

Penggunaan strategi seks merupakan suatu upaya untuk mengurangi jarak antara dokter dengan pasien sehingga terjalin kedekatan hubungan, tercipta suasana yang santai, dan tidak menegangkan selama percakapan berlangsung. Dengan adanya suasana yang nyaman diharapkan pasien dapat menjadi lebih

1Agung Pramujiono, “

Kesantunan Positif Komunikasi Dokter dan Pasien dalam Program Konsultasi Seks”, Jurnal Linguistik Indonesia, 2007, h. 152.

2


(18)

terbuka dalam menyampaikan problemik seksual yang dihadapi.

Penelitian tentang kesantunan berbahasa juga diteliti oleh Asim Gunarwan (1994), menyatakan bahwa kesantunan berkisar atas nosi muka yang dibagi dua, yaitu muka negatif dan muka positif. Muka negatif mengacu pada citra diri setiap orang (yang rasional) yang berkeinginan agar ia dihargai dengan jalan membiarkannya bebas dari kehausan mengerjakan sesuatu. Muka positif sebaliknya, mengacu pada citra diri setiap orang (yang rasional) yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya, apa yang dimilikinya, atau apa yang merupakan nilai-nilai yang ia yakini (sebagai akibat dari apa yang dilakukan dan dimilikinya itu) diakui orang lain sebagai suatu hal yang baik, yang menyenangkan, yang patut dihargai, dan seterusnya.3 Selanjutnya Yule (1996) mengatakan bahwa muka negatif merupakan kebutuhan akan kebebasan, sedangkan muka positif merupakan kebutuhan akan keterhubungan atau keterterimaan. Istilah positif dan negatif di sini tidak berkaitan dengan baik dan buruk.4

Berkaitan dengan kesantunan, Holmes (1992) sebagaimana dikutip oleh Agung Pramujiono (2007) menyatakan bahwa kesantunan merupakan hal yang sangat kompleks dalam berbahasa. Hal ini sulit dipelajari karena tidak hanya melibatkan pemahaman aspek kebahasaan saja, tetapi perlu juga memahami nilai-nilai sosial dan kultur dari suatu masyarakat tutur.5 Pendapat serupa dikemukakan oleh Chaer dan Leonie Agustina (1995) yang menyatakan bahwa etika berbahasa erat kaitannya dengan pemilihan kode bahasa, norma-norma sosial, dan sistem budaya yang berlaku dalam suatu masyarakat. Etika berbahasa antara lain akan “mengatur”: 1) apa yang harus kita katakan pada waktu dan keadaan tertentu kepada seorang partisipan tertentu berkenaan dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu; 2) ragam bahasa apa yang paling wajar kita gunakan dalam situasi sosiolinguistik dan budaya tetentu; 3) kapan dan bagaimana kita menggunakan giliran berbicara kita, dan menyela pembicaraan orang lain; 4)

3

Ibid., hlm 152.

4

Brown, Gilian dan Goerge Yule, Analisis Wacana, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 1996), h. 62.

5


(19)

kapan kita harus diam; 5) bagaimana kualitas suara dan sikap fisik kita dalam berbicara.

Seperti Richards (1985) sebagaimana dikutip oleh Agung Pramujiono (2007), menjelaskan bahwa kesantunan dalam studi bahasa bermakna; 1) bagaimana bahasa mengekspresikan jarak sosial antara para penuturnya dan hubungan peran mereka yang berbeda-beda; 2) bagaimana muka berperan yakni upaya untuk mewujudkan, mempertahankan, dan penyelamatan muka menurut Richards (1985) diartikan sebagai kesan atau impresi terhadap seseorang atau yang ditunjukkan oleh seseorang kepada partisipan lain.6

Secara singkat, Lakoff (1973) sebagaimana dikutip oleh Asim Gunarwan (1994), berpendapat bahwa ada tiga kaidah yang perlu kita patuhi agar ujaran kita terdengar santun oleh pendengar atau lawan bicara kita. Ketiga kaidah kesantunan itu adalah formalitas (formality), ketaktegasan (hesitancy), dan persamaan atau kesekawanan (equality or camaraderie). Jika dijabarkan, yang pertama itu berarti „jangan memaksa atau jangan angkuh (aloof)’; yang kedua berarti „buatlah

sedemikian rupa sehingga lawan bicara Anda dapat menentukan pilihan (option)’;

dan yang ketiga bermakna „bertindaklah seolah-olah Anda dan lawan bicara Anda sama’ atau dengan kata lain „buatlah ia merasa senang’. Dengan demikian, menurut Lakoff (1973), sebuah ujaran itu memberi pilihan tindakan kepada lawan bicara, dan lawan bicara itu jadi senang.7

Dalam menyatakan kesantunan, antropologis Brown dan Levinson (1996) membedakan strategi kesantunan positif dan strategi kesantunan negatif. Strategi kesantunan positif adalah strategi-strategi yang menunjukan kedekatan, keakraban, dan penghargaan antara penutur dan pendengar. Sedangkan strategi kesantunan negatif adalah strategi yang menunjukan jarak sosial antara penutur dan pendengar.8

Berkaitan dengan teori kesantunan berbahasa, Brown dan Levinson (1996) (memilah atas nosi muka (face), yang dibagi menjadi dua, yaitu: 1) muka negatif;

6

Ibid.

7

Asim Gunawan, ”Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan Indonesia Jawa di Jakarta Kajian Sosiopragmatik”, Jurnal Pellba, 7, 1994, h. 87.

8


(20)

2) muka positif. Muka negatif itu mengacu ke citra diri setiap orang (yang rasional) yang berkeinginan agar ia dihargai dengan jalan membiarkannya bebas melakukan tindakannya, atau membiarkannya bebas dari kehausan mengerjakan sesuatu. Muka positif, mengacu ke citra diri setiap orang (yang rasional) yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya, apa yang dimilikinya atau apa yang merupakan nilai-nilai yang ia yakini (sebagai akibat dari apa yang dilakukan atau dimilikinya itu) diakui orang lain sebagai suatu hal yang baik, yang menyenangkan, yang patut dihargai, dan seterusnya.9

Menurut Brown dan Levinson (1996), muka itu rawan terhadap ancaman yang timbul dari tindak tutur tertentu. Artinya, ada tindak tutur yang isi atau cara mengungkapkannya, menyebabkan muka terancam, apakah itu muka penutur atau muka petutur. Brown dan Levinson (1996), menyebut tindak tutur pengancam muka itu face-threatening ac, yang menyebabkan penutur (yang rasional, rasional dan sehat pikiran) harus memilih trategi dengan mempertimbangkan situasi atau peristiwa tuturnya, yaitu kepada siapa ia bertutur, dimana, tentang apa, untuk apa dan sebagainya.10

Tesis dasar yang diusulkan Brown dan Levinson (1996) adalah bahwa penutur “menghitung” derajat keterancaman sebuah tindak ujaran (yang akan ia ujarkan) dengan mempertimbangkan, di dalam situasi yang biasa, faktor-faktor seperti: 1) jarak sosial di antara penutur dan pendengar; 2) besarnya perbedaan kekuasaan atau dominasi di antara keduanya; 3) status relatif jenis tindak ujaran yang di dalam kebudayaan yang bersangkutan (artinya, ada tindak ujaran yang di dalam suatu kebudayaan dianggap tidak terlalu mengancam muka, dan sebagainya). Berdasarkan pemikiran itulah si penutur memilih strategi.11

Berbeda dengan Brown dan Levinson (1996), yang mendasarkan kesantunan pada nosi muka, Leech (1993) berpendapat pada dasarnya kesantunan berbahasa berkenaan dengan hubungan antara dua partisipan yang dinamakannya “diri” (self) dan “(other). Dalam percakapan, yang dimaksud dengan “diri” adalah

9

Ibid. 10

Yassir Nasanius, “Pertemuan Linguistik pusat Kajian Bahasa dan Budaya”, Atma Jaya: Kedelapan Belas , Jurnal Pellba, 18, 2007, h. 106.

11


(21)

penutur, sedangkan yang dimaksud denggan “lain” adalah petutur. Akan tetapi, penutur juga dapat menunjukan kesantunan kepada orang lain yang hadir atau tidak hadir dalam situasi tutur. Karena itu, konsep “lain” di samping mengacu petutur juga siapa pun yang dapat ditandai dengan kata ganti orang (pronominal) ketiga. 12

Penting atau tidaknya perilaku kesantunan yang ditunjukan kepada orang lain dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor kuncinya ialah hadir atau tidaknya orang lain tersebut. Faktor berikutnya adalah orang lain tersebut berada di bawah pengaruh penutur ataukah petutur.

Leech (1993) mendasarkannya pada nosi-nosi: (1) biaya (cost) dan keuntungan (benefit), (2) kesetujuan (agreement), (3) pujian (approbation), dan (4) simpati atau antipati. Keempat nosi ini dipakai oleh Leech (1993) untuk menyusun “Prinsip Kesantunan” (Politeness Principle), yang dijabarkan menjadi enam maksim.13

Singkatnya, menurut Leech (1993) ada tiga skala untuk “menilai” derajat kesantunan sebuah direktif. Ketiga skala itu, yang kesemuanya terangkum ke dalam skala pragmatik, adalah skala: 1) biaya-keuntungan; 2) skala keopsionalan; 3) skala ketaklangsungan. Di dalam hal ini, kesantunan direktif (dari yang paling kurang santun sampai yang paling santun) adalah fungsi (dalam pengertian perhitungan diferensial-integral) dari ketiga skala tersebut. Skala biaya-keuntungan (“untung-rugi) dipakai untuk “menghitung” biaya dan keuntungan untuk melakukan tindakan (seperti yang ditujukan oleh daya ilokusioner tindak tutur) dalam kaitannya dengan penutur dan pendengar. Skala ini menjelaskan mengapa, walaupun sama-sama bermodus imperatif (dan intonasi serta nada bertutur juga sama), ujaran-ujaran berikut ini makin ke bawah makin santun.14

12

Suhartomo Yuniseffendri. Pragmatik, (Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h. 4.8.

13

Asim Gunarwan, loc. cit.

14

Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia “Pendekatan Proses”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 197.


(22)

B.

Kalimat Imperatif dalam Bahasa Indonesia

Kalimat imperatif adalah kalimat yang berisi perintah atau berisi larangan yang harus dilakukan oleh orang yang mendengarkan. Kalimat imperatif ini dapat berupa kalimat perintah, kalimat himbauan, dan kalimat larangan.15Kalimat imperatif mengandung maksud memerintah atau menerima agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana diinginkan si penutur. Kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia dapat berkisar antara suruhan yang sangat keras atau kasar sampai dengan permohonan yang sangat halus atau santun. Kalimat imperatif dapat pula berkisar antara suruhan untuk melakukan sesuatu sampai dengan larangan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia itu kompleks dan banyak variasinya. Secara singkat, kalimat imperatif bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan secara formal menjadi lima macam, yakni (1) kalimat imperatif biasa, (2) kalimat imperatif permintaan, (3) kalimat imperatif permintaan izin, (4) kalimat imperatif ajakan, dan (5) kalimat imperatif suruhan.16

1. Kalimat Imperatif Permintaan

Kalimat imperatif permintaan adalah kalimat imperatif dengan kadar suruhan sangat halus. Lazimnya, kalimat imperatif permintaan disertai dengan sikap penutur yang lebih merendah dibandingkan dengan sikap penutur pada waktu menuturkan kalimat imperatif biasa. Kalimat imperatif permintaan ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan tolong, coba, harap, mohon, dan beberapa ungkapan lain, seperti sudilah kiranya, dapatkah seandainya, dimintai dengan hormat, dan dimohon dengan sangat.17

2. Kalimat Imperatif Ajakan

Kalimat imperatif ajakan biasanya digunakan dengan penanda kesantunan

15

Rahardi Kunjana, op. cit., h. 79.

16

Ibid.

17


(23)

ayo, biar, coba, mari, harap, hendaknya, dan hendaklah.18

3. Kalimat Imperatif Suruhan

Kalimat imperatif suruhan, biasanya, digunakan bersama penanda kesantunan ayo, biar, harap, hendaklah, hendaknya, mohon, silahkan, dan

tolong.19

C.

Pidato

1. Pengertian Pidato

Komunikasi sebagai suatu proses melibatkan (1) pihak yang berkomunikasi, (2) informasi yang dikomunikasikan, dan (3) alat komunikasi.20 Dalam hal ini bahasa memiliki arti yang amat penting, sebab bahasa merupakan alat komunikasi antaranggota yang berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Peristiwa penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dipahami oleh orang lain disebut berbicara atau berkomunikasi lisan. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbicara merupakan alat yang amat penting, baik di dalam bisnis, jabatan pemerintah, swasta, maupun pendidikan. Peristiwa berbicara tampak secara nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk yang bermacam-macam. Makin maju kehidupan suatu bangsa makin bervariasi pula bentuk pembicaraannya.

Secara umum, berbicara dapat dikelompok menjadi dua. Pada kelompok pertama terlihat peristiwa berbicara yang berupa penyampaian pesan kepada para penyimak yang bersangkutan. Termasuk dalam kelompok ini ialah pidato.21

Retorika berarti kesenian untuk berbicara baik yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis (ars, techne). Kesenian berbicara ini

18

Ibid., h. 82.

19

Ibid., h. 83. 20

Encep Kusumah, dkk, Menulis 2, (Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional, 2002), h. 5.3.

21 Ibid.


(24)

bukan hanya berarti berbicara lancar tanpa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat, dan menggesankan22.

Pidato merupakan satu sarana komunikasi yang berfungsi menyampaikan suatu informasi yang berfungsi secara langsung.23 Menurut Siswanto (2008), pidato merupakan pengungkapan pesan baik dalam bentuk pikiran, informasi, gagasan, ataupun perasaan dalam bentuk kata-kata dari pembicara kepada banyak orang banyak orang.24

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pidato ialah kegiatan pengungkapan dan penyampaian pikiran, peran, serta informasi dalam bentuk kata-kata kepada sekelompok orang guna mencapai tujuan tertentu. Pidato tidak hanya dapat diucapkan langsung oleh orang yang berpidato tetapi bisa juga dilakukan dengan membaca teks pidato. Oleh karena itu, teks pidato ialah naskah tertulis berupa kata-kata yang menyajikan dan menyampaikan pikiran, pesan serta informasi kepada pemabacanya agar pesan dan informasi tersebut dapat berbeda. Semakian besar jumlah kesantunan yang dikuasi maka semakin besar pula kemampuan siswa dalam memilih kata-kata yang tepat dan santun.

Cara-cara mempergunakan bahasa dalam teks pidato tidak hanya mencakup aspek-aspek kebahasan saja, tetapi juga mencakup aspek-aspek lain yang berupa penyusunan masalah yang disusun dalam suatu susunan yang teratur dan logis, serta adanya fakta-fakta yang meyakinkan mengenai kebenaran masalah itu untuk menunjang pendirian penulis. Kemampuan bernalar yang baik akan membantu penulis dalam menyusunan teks pidato sehingga teks pidato dapat disajikan dalam suatu urutan yang teratur dan logis.

22

Dori Wuwur Hendrikus, Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi, (Ledalero: Kanisius, 1990), h. 14.

23

Siti Sahara, dkk, Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2009,) h. 49.

24

Wahyudi Siswanto, Materi Pokok Sanggar dan Sastra Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet.II, h. 421.


(25)

2. Tahap Persiapan Pidato

Cara persiapan pidato bermacam-macam, dimulailah dengan pemilihan topik, penentuan tujuan yang jelas, dan perkembangan pokok bahasan. Sesuai dengan cara yang dilakukan waktu persiapan, dapat dikemukakan empat macam pidato: Impromtu, manuskrip, memoriter, dan ekstempore.

Impromptu adalah pidato yang tiba-tiba. Bagi juru pidato yang berpengalaman, impromptu memiliki beberapa keuntungan: 1) impromtu lebih dapat mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya, karena pembicara tidak memikirkan lebih dulu pendapat yang disampaikannya; 2) gagasan dan pendapatnya datang secara spontan, sehingga tampak segar dan hidup; 3) impromptu memungkinkan Anda harus terus berpikir.25

Manuskrip atau pidato dengan naskah. Juru pidato membacakan naskah pidato dari awal sampai akhir. Disini tidak berlaku istilah “menyampaikan pidato”, tetapi “membawakan pidato”. Pidato manuskrip tentu saja bukan jenis pidato yang baik walaupun memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut: 1) kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang; 2) pernyataan dapat dihemat, karena manuskrip dapat disusun kembali; 3) kefasihan bicara dapat dicapai karena kata-kata sudah disiapkan; 4) manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.26

Memoriter atau pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata. Jenis pidato memoriter merupakan jenis pidato dengan penyampaian ungkapan yang tepat, organisasi yang berencana, pemilihan bahasa yang teliti, gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian. Akan tetapi, karena pesan sudah tetap, maka tidak terjalin saling hubungan antara pesan dengan pendengar, kurang langsung, memerlukan banyak waktu dalam persiapan, kurang spontan, dan perhatian beralih dari kata-kata kepada usaha mengingat-ingat. Bahaya terbesar timbul bila satu kata atau lebih hilang dari ingatan. Seperti penulisan manuskrip, maka naskah memoriter pun harus ditulis dengan gaya ucapan.

Ekstempore adalah jenis pidato yang paling baik dan paling sering

25

Jalaluddin Rakhmat, op. cit., h. 18.

26


(26)

dilakukan oleh juru pidato yang mahir. Pidato sudah disiapkan sebelumnya berupa

outline (garis besar) dan pokok-pokok penunjang pembahasan (supporting points), tetapi pembicara tidak berusaha mengingatnya kata demi kata. Outline itu hanya merupakan pedoman untuk mengatur gagasan yang ada dalam pikiran kita. Keuntungan ektempore ialah komunikasi pendengar dengan pembicara lebih baik karena pembicara langsung kepada khalayak, pesan dapat fleksibel untuk diubah sesuai dengan kebutuhan dan penyajiannya lebih spontan. Bagi pembicara yang belum ahli, kerugian-kerugian berikut ini dapat timbul: persiapan kurang baik bila dibuat terburu-buru, pemilihan bahasa yang jelek, kefasihan yang terhambat karena kesukaran memilih kata dengan segera, kemungkinan menyimpang dari

outline, dan tentu saja tidak dapat dijadikan bahan penerbitan.27 Dengan demikian pembicara mulai dengan menarik perhatian pendengar dengan cara memulai dengan fakta yang menghentak, sebuah angka stasistik juga sangat penting, jika mungkin sesuatu yang mengejutkan bisa menyergap perhatian pendengar, melontarkan sebuah atau serangkaian pertanyaan, memulai dengan kutipan yang dapat diambil dari mana saja, dan memulai dengan kisah-kisah yang lucu atau disertai humor-humor segar yang dapat membangkitkan semangat.28

3. Tahap Penyusunan Pidato

Kemampuan komunikasi pidato banyak cara dalam menyusunnya seperti pesan dalam pidato, tetapi semuanya harus disadari dengan tiga prinsip komposisi, prinsip-prinsip ini mempengaruhi seluruh organisasi pesan. Prinsip ini ialah kesatuan, pertautan dan titik berat.29

a. Kesatuan

Pidato keseluruhan harus merupakan kesatuan yang dapat diceraiberaikan. Komposisi yang baik harus merupakan kesatuan yang utuh. Ini meliputi kesatuan dan isi, tujuan dan sifat. Dalam isi, harus ada gagasan tunggal yang mendominasi seluruh uraian, yang menentukan dalam pemilihan

27

Ibid., h. 19. 28

Siti Sahara, op. cit., h. 55.

29


(27)

bahan-bahan penunjang.

Komposisi pidato harus mempunyai satu macam tujuan. Misalnya, pidato itu bertujuan untuk menghibur memberitahukan atau mempengaruhi. Dalam pidato, untuk mempengaruhi (persuasif) boleh saja menyampaikan cerita-cerita lucu, sepanjang cerita lucu itu menambah daya persuasi pembicaraan. Kesatuan juga tampak dalam sifat pembicaraan. Sifat ini mungkin serius, informasi, formal, anggun, atau bermain-main. Untuk mempertahankan kesatuan ini diperlukan ketajaman pemikiran.

b. Pertautan

Pertautan menunjukkan urutan bagian uraian yang berkaitan satu sama lain. Pertautan menyebabkan perpindahan dari pokok yang satu kepada pokok yang lainnya berjalan dengan lancar. Sebaliknya, hilangnya pertautan menimbulkan gagasan yang tersendat-sendat atau khalayak tidak mampu menarik gagasan pokok dari seluruh pembicaraan. Ini biasanya disebabkan perencanaan yang tidak memadai, pemikiran yang ceroboh dan penggunaan kata-kata yang jelek.

Untuk memelihara pertautan dapat dipergunakan tiga cara: ungkapan penyambung (connective pharases), paralelisme, dan gema (echo). Ungkapan penyambung (connective pharases) adalah sebuah kata atau lebih yang digunakan untuk merangkaikan bagian-bagian tersebut. Paralisme ialah mensejajarkan struktur yang sejenis dengan ungkapan yang sama untuk setiap pokok pembicaraan. Misalnya, “Pembuka pendapat memiliki empat ciri: Ia mengetahui lebih banyak, ia berpendidikan lebih tinggi. Ia mempunyai status yang lebih terhormat, dibandingkan dengan anggota masyarakat yang lain.” Gema (echo) berarti kata atau gagasan dalam kalimat terdahulu diulang kembali pada kalimat baru. Gema dapat berupa sinonim, pengulangan kata, kata ganti seperti ini, itu, hal tersebut, ia, mereka, atau istilah lain yang menggantikan kata-kata yang terdahulu.

c. Titik-berat

Bila kesatuan dan pertautan membantu pedengar untuk mengikuti dengan mudah jalannya pembicaraan, titik-berat menunjukan mereka pada


(28)

bagian-bagian penting yang patut diperhatikan. Hal-hal yang harus dititikberatkan bergantung kepada komposisi pidato, tetapi pokok-pokoknya hampir sama yaitu gagasan utama, ikhtisar uraian, pemikiran baru.30

4. Tahap Penyampaian Pidato

Tahap penyampaian pidato di antaranya cara membuka pidato. Pembukaan pidato bagian penting dan menentukan. Kegagalan dalam membuka pidato akan menghancurkan seluruh komposisi dan presentasi pidato. Tujuan utama pembukaan pidato ialah membangkitkan perhatian, memperjelas latar belakang pembicaraan, dan menciptakan kesan yang baik mengenai komunikator.31 Selanjutnya, cara pembuka pidato ada beberapa yang harus diperhatikan di antaranya ialah topik, tujuan, situasi khalayak, dan hubungan antara komunikator dengan komunikan.

Tahap penyampaian pidato sebagai berikut:32

a. Pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak (kontak). b. Gunakan lambang-langbang auditif, atau usahakan agar suara Anda

memberikan makna yang lebih kaya pada bahasa Anda (olah Vokal). c. Berbicaralah dengan seluruh kepribadian Anda; dengan wajah, tangan dan

tubuh Anda (olah Visual) di antaranya: 1) Kontak

Pidato adalah komunikasi tatap muka, yang bersifat dua arah. Walau pembicara lebih banyak mendominasi pembicaraan, ia harus “mendengarkan” pesan -pesan yang disampaikan para pendengarnya ( baik berupa kata- kata atau bukan kata- kata ). Teknik pertama untuk menjalin hubungan adalah melihat langsung kepada khalayak, Hadirin tidak akan memperhatikan pembicara yang tidak memperhatikan mereka inilah kontak visual.

Disamping kontak Visual, anda juga melukukan kontak mental. Perhatikan “Feedback” umpan balik dari mereka, dan sesuikan

30

Jalaluddin Rakhmat, op. cit., h. 35.

31

Ibid., h. 52-53.

32


(29)

pembicaraan anda dengannya. Anda melihat mereka mengantuk, masukan bahan – bahan yang menarik perhatian.

2) Karakteristik Olah Vokal

Mekanisme olah vokal ialah mengubah bunyi menjadi kata, ungkapan, atau kalimat. Stewert Tubbs dan Sylvia Moss mengemukakan dalam Human Communication: An Interpersonal Perspective, secara intuitif kita merasa bahwa kita dapat menarik kesimpulan dari suara seseorang tentang apa yang ia komunikasikan. Mungkin Anda pernah berdebat, kemudian seseorang berkata, “Jangan jawab aku dengan nada suara seperti itu!” Pada saat seperti itu, emosi mulai naik, karena keberatan akan nada suara seseorang didasarkan pada penyimpulan mengenai perasaannya. Vokal cues adalah sumber berbagai macam penyimpulan, dan kebanyakan berkaitan dengan emosi.

Tubbes dan Moss menyebutkan vocal cues (petunjuk suara). Kebanyakan penulis ilmu komunikasi menyebutkan “paralanguage”. Kita menyebutkan olah vocal (kawan saya mengatakan bahwa istilah ini lazim dipergunakan di kalangan teater di Indonesia).33 Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam olah vokal: kejelasan (intelligibility), keragaman (variety), dan ritma (rhythm). Termasuk keragaman adalah hentian (pause).

D.

Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan pustaka yang didapatkan penulis, penelitian mengenai kesantuan bukan kali ini saja dilakukan, melainkan ada beberapa penelitian yang membahasnya. Seperti penelitian Ina Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2012, yang berjudul “Bentuk Kesantunan Berbahasa dalam Interaksi Verbal Pada Kegiatan Pembelajaran di Sekolah Nonformal Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)”. Studi kasus ini dilakukan peneliti pada kelas VIII SMP Cilandak Jakarta Selatan

33


(30)

Tahun Pelajaran 2011/2112. Penelitian ini menyimpulkan bentuk kesantunan berbahasa pada kegiatan pembelajaran nonformal Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Melibatkan beberapa maksim untuk memudahkan guru dalam melihat perkembangan pembelajaran siswa. Terwujud maksim-maksim seperti maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim keserhanaan.

Dalam setiap tuturan, tidak hanya diwujudkan dalam satu maksim. Melainkan terwujud dalam beberapa maksim, diantaranya: maksim kedermawanan + maksim penghagaan + maksim kebijaksanaan + maksim keserhanaan. Akan tetapi perbedaan pada analisis data ke empat yang hanya memiliki satu maksim, yaitu maksim kedermawanan.

Penelitian lain yang dilakukan Lilis Suci Melati, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah mengenai kesantunan dengan judul “Realisasi Kesantunan Berbahasa Anak Kelas X di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat”. Dari hasil penelitian yang dilakukannya dapat disimpulkan bahwa kesantunan berbahasa dan dianalisis menggunakan prinsip kesantunan Geoffrey Leech bentuk pertuturan yang terjadi pada kelas X-A di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat menunjukkan lebih banyak yang melanggar prinsip kesantunan (politeness principle) dibandingkan dengan yang mematuhinya. Prinsip kesantunan yang sering dilanggar adalah maksim kebijaksanaan (tact maxim) dan maksim kemurahan (approbation maxim). Adapun yang tidak muncul dalam pertuturan anak kelas X-A adalah petuturan yang mematuhi maksim kesetujuan/kecocokan (agreement maxim).

Berdasarkan tinjauan pustaka yang didapatkan, peneliti belum mendapati penelitian yang sama dengan penelitian yang penulis angkat. Untuk itu peneliti ingin mengetahui atau melihat bentuk kesantunan kalimat imperatif ajakan, permintaan, dan suruhan dalam teks pidato siswa kelas IX semester genap SMP Islam Harapan Ibu tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini merupakan penelitian terkini yang berusaha memperkanya khazanah penelitian mengenai bentuk kesantunan imperatif dalam berbahasa. Dengan demikian hasilnya diharapkan dapat memperdalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.


(31)

21

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksankan di SMP Islam Harapan Ibu yang beralamat di Jl. H. Banan No. 1/Komplek Deplu, Ciputat Raya Pondok Pinang Jakarta Selatan, Telp. (021) 75911228, Ext. 110-117, fax. (021) 7512814. Waktu penelitian dilaksanakan mulai tanggal dua puluh tujuh bulan Februari tahun dua ribu tiga belas (27-02-2013) sampai dengan tanggal lima bulan April dua ribu tiga belas (05-04-2013).

B. Materi Penelitian

Materi penelitian merujuk kepada peralatan yang digunakan untuk penelitian ini, yaitu:

1. Alat tulis 2. Kamera digital

3. Teks pidato milik siswa yang ditulis tangan oleh siswa sendiri, disimpan bentuk lampiran dalam laporan ini.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini terdiri dari tiga aspek yang tercakup dalam istilah metodologi penelitian, yaitu aspek aksiologi dari satu paradigma aspek itu merupakan aspek nyata yang menunjukan cara melaksanakan penelitian yang terdiri dari: ancangan, metode, dan teknik. Ancangan merupakan disiplin ilmu yang digunakan sebagai paradigma berpikir yaitu ilmu pragmatik.

D. Motode Penelitian

Metode penelitian atau research method merupakan aspek aksiologi dari suatu paradigma. Dia merupakan aspek nyata, cara melaksanakan penelitian. Di dalamnya terdapat jenis penelitian, data, sumber data, dan metode penelitian yang


(32)

Penggunaan metode atau teknik penelitian mirip dengan cara melaksanakan aktivitas penelitian untuk menjawab soal-soal penelitian. Motede tentu terkait dengan fokus, situasi, dan jadwal. Tiga hal ini sangat menentukan bagaimana data dikumpulkan, dianalisis, disajikan dan dibahas. Metode juga ditentukan oleh tipe penelitian yang dilakukan, yang juga berpengaruh pada peran peneliti. Pada penelitian kuantitatif, peranan peneliti dapat digunakan oleh instrumen. Sedangkan, pada penelitian kualitatif, peneliti tidak diganti dengan instrumen buatan.2

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif tidak diperlukan administrasi dan pengontrolan terhadap perlakuan. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya mengambarkan “apa adanya”. 3

Dengan demikian, pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesantunan imperatif pidato bahasa Indonesia siswa SMP kelas IX semester genap Islam Harapan Ibu.

Penelitian kualitatif adalah alamiah, sesuai dengan konteks yang alami. Konteks dan realitas menyatu-padu. Mereka tidak terpisah, realitas sosial yang banyak itu harus sejalan dengan konteks, tidak direkayasa, dan tidak dipisah-pisah. Bila realitas dipisah-pisah seperti yang cenderung dilakukan oleh kuantitatif, pemahaman yang utuh terhadap fenomena mustahil diperoleh. Pemahaman yang utuh tentang menyatu-padunya realitas dan konteks didasarkan pada tiga asumsi antologi, yaitu 1) tindakan mengamati memengaruhi apa yang diamati; 2) konteks sangat menentukan makna temuan bagi konteks yang lain; 3) struktur nilai kontekstual merupakan penentu terhadap apa yang dicari. 4

Maksud penelitian kualitatif adalah mengembangkan pengertian tentang individu dan kejadian dengan memerhatikan konteks yang relevan. Tujuan penelitian kualitatif adalah memahami fenomena sosial secara holistik dan

1

Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 168.

2

Ibid. 3

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 234.

4


(33)

ilmu sosial dan ilmu fisik atau alamiah berbeda; 2) tujuan dan seperangkat metode penyelidikan juga berbeda; 3) orientasi penelitian kualitatif proses, sifatnya induktif, bernilai-nilai, subjektif, dan holistik. 5

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Kalimat imperatif permintaan adalah kalimat imperatif dengan kadar suruhan sangat halus. Lazimnya, kalimat imperatif permintaan disertai dengan sikap penutur yang lebih merendah dibandingkan dengan sikap penutur pada waktu menuturkan kalimat imperatif biasa. Kalimat imperatif permintaan ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan tolong, coba, harap, mohon, dan beberapa ungkapan lain, seperti sudilah kiranya, dapatkah seandainya,

dimintai dengan hormat, dan dimohon dengan sangat.

2. Kalimat imperatif ajakan biasanya digunakan dengan penanda kesantunan

ayo, biar, coba, mari, harap, hendaknya, dan hendaklah.

3. Kalimat imperatif suruhan, biasanya, digunakan bersama penanda kesantunan

ayo, biar, harap, hendaklah, hendaknya, mohon, silahkan, dan tolong.

F. Objek Penelitian

Objek penelitian ini seluruh siswa kelas IX SMP Islam Harapan Ibu. 1. Populasi

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.6 Populasi yang diambil dalam penelitian disini adalah seluruh teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX berjumlah lima puluh dua (52) teks pidato, yang terdiri dari tiga kelas yaitu kelas A, B, dan C.

5

Ibid., h. 19-20.

6

Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&B, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 80.


(34)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.7 Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 52 teks pidato, Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah digunakan teknik sampling. Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel, untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian.8 Terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan dalam sebuah penelitian, dalam penelitian ini menggunakan probability sampling.

Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel meliputi teknik simple romdom sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak dan hanya mengambil teks pidato yang terdiri dari pembukaan, isi, dan penutup dipilih sebagai sampel data. Dengan demikian sampel yang ambil 20 teks pidato yang dianggap lengkap.

G. Pengumpulan Data

Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode simak dengan beberapa teknik.

1. Metode Simak

Metode penyediaan data ini diberi nama metode simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara terlutis. Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap.

Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena

7

Ibid., h. 81 8


(35)

peneliti dalam upaya mendapatkan data dilakukan dengan penyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang yang menjadi informan. Perlu ditekankan bahwa penyadap penggunaan bahasa yang dimaksudkan menyangkut penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis. 9

Sadap merupakan kegiatan permulaan untuk menyediakan data. Untuk itu, diperlukan langkah atau aktivitas berikutnya dengan teknik tertentu. Meminjam istilah Sudaryanto, teknik tertentu ini disebut “teknik lanjutan”, yaitu teknik yang digunakan untuk menjalankan penyadapan. Metode simak dengan beberapa teknik lanjutan yang akan diuraikan sebagai berikut. 10

a. Teknik simak bebas cakap

Untuk mejalankan metode simak atau teknik sadap, peneliti hanya menjadi pengamat atau penyimak. Peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh para imformannya. Tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya sedang diteliti.

Peneliti tidak ikut angkat bicara sama sekali dengan mitranya. Teknik ini sangat mungkin dilakukan bila data penelitiannya adalah data tertulis atau dokumen.

b. Teknik catat

Selain menggunakan teknik simak bebas cakap untuk menjalankan metode simak, peneliti dapat menggunakan teknik catat. Pencatatan dapat dilakukan pada kartu data yang telah disediakan atau akan disediakan. Setelah pencatatan dilakukan, peneliti melakukan klasifikasi atau pengelompokan penggunaan teknik catat ini sangat fleksibel. Bila teknik sadap sebagai teknik lanjutan digunakan, peneliti dapat langsung mencacat data yang diperboleh. Wujud data yang disediakan melalui metode simak adalah transkrip fonetik, fonemik, atau ortografis. Dalam pencatatan, peneliti dapat menandai data yang disediakan tersebut sesuai dengan kiat masing-masing peneliti. 11

9

Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Stategi, Metode, dan Tekniknya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 234.

10

Ibid., h. 207-208. 11


(36)

Jenis data dalam penelitian ini adalah data berupa: 1. Teks tertulis berupa teks pidato sebagai data kualitatif. 2. Wawancara kepada guru dianggap sebagai data kualitatif.

I. Analisis Data

Hubungan konsep dengan cara menganalisis data, semua data yang telah dikumpulkan melalui tenik catat, observasi, dan wawancara dianalisis dengan sifat data dan tujuan penelitian. Data yang diperoleh lewat: 1) teknik catat yang berupa teks yang dianggap sebagai data kualitatif dianalsis melalui konsep kalimat imperatif ajaka, suruhan dan permintaan; 2) teknik wawancara dirujuk sebagai pembangun untuk mengetahui penugasan guru kepada siswa dengan menerapkan keterampilan berbicara, khususnya dalam retorika lisan yaitu pidato, data bahan merupakan data utama.

1. Kalimat imperatif permintaan adalah kalimat imperatif dengan kadar suruhan sangat halus. Lazimnya, kalimat imperatif permintaan disertai dengan sikap penutur yang lebih merendah dibandingkan dengan sikap penutur pada waktu menuturkan kalimat imperatif biasa. Kalimat imperatif permintaan ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan

tolong, coba, harap, mohon, dan beberapa ungkapan lain, seperti sudilah kiranya, dapatkah seandainya, dimintai dengan hormat, dan dimohon dengan sangat.

2. Kalimat imperatif ajakan biasanya digunakan dengan penanda kesantunan

ayo, biar, coba, mari, harap, hendaknya, dan hendaklah.

3. Kalimat imperatif suruhan, biasanya, digunakan bersama penanda kesantunan ayo, biar, harap, hendaklah, hendaknya, mohon, silahkan, dan

tolong.

J. Pelakasanaan Penelitian

Pelaknasaan penelitian ini melalui beberapa tahap, yaitu:


(37)

2. Mengidentifikasi dan mendeskripsi fokus terhadap masalah berdasarkan ide-ide pokok dalam rumusan masalah.

3. Menentukan instrumen penelitian yaitu alat tulis, kamera digital, dan teks pidato siswa kelas IX SMP Islam Harapan Ibu.

4. Mengidentifikasi dan menentukan sumber data teks pidato siswa kelas IX SMP Islam Harapan Ibu.

5. Merancang kegiatan penelitian berupa pengambilan data dengan cara berjanji untuk bertemu siswa, meminjam teks pidatonya, kemudian difotokopi.

6. Menyusun dan menyimpulkan data yang sudah dianalisis menjadi sebuah laporan

Proses penyediaan data bahasa

Skema Konseptual

Sumber (Muhammad, 2011) yang sudah dimodifikasi oleh peneliti ini. AKTIVITAS

Metode simak dan catat

Data kategorial

Teori Fokus &


(38)

Fokus Penelitian terhadap kesantunan imferatif yaitu: 1. Kalimat imperatif ajakan.

2. Kalimat imperatif permintaan. 3. Kalimat imperatif suruha


(39)

29

A.

Hasil Penelitian

Berangkat dari data penelitian ini diperoleh analisis data kalimat kesantunan imperatif sebagai berikut:

1. Kalimat Kesatunan Imperatif Ajakan

Untuk mendapatkan data kesantunan imperatif dari dalam teks pidato siswa ini digunakan tujuh kriteria berupa penggunaan kata-kata yang menandakan kesantuan imperatif ajakan dalam teks pidato bahasa Indonesia antara lain: 1) ayo, 2) biar, 3) coba, 4) mari, 5) harap, 6) hendaknya, dan 7) hendaklah.

(1) Pertama-tama marilah kita panjatkan segala puji syukur kita kehadirot Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat-Nya kita masih dapat dipertemukan di pagi hari ini dalam keadaan sehat tanpa suatu kekurangan apapun.

(Sumber data No. 1: Dandi Brahim Lesmana, 2013)

Informasi Indeksal:

Kalimat imperatif ajakan ini dituturkan oleh seorang siswa yang bernama Dendi Brahim Lesmana ketika membuka pidatonya di Sekolah dalam praktik berpidato. Hadirin diajak untuk mendengarkan dan memperhatikan pidato yang disampaikan.

(2) Mari kita cegah mulai dari diri kita sendiri dan dari sekarang, untuk tidak membuat keadaan bumi semakin lebih buruk.

(Sumber data No. 2: Dinny Nadia P, 2013)

Informasi Indeksal:


(40)

kepada pendengar untuk menjaga bumi agar terhindar dari pemanasan global.

(3) Hendaknya kita bisa memulai dari definisi pemanasan global pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata deretan bumi, laut dan atmosfer.

(Sumber data No. 2: Dinny Nadia P, 2013)

Informasi Indeksal:

Pembicara mengajak kepada pendengar agar mengetahui definisi dari pemanasan global, dengan tujuannya adalah agar pendengar mengetahui bencana yang disebabkan pemanasan global.

(4) Mari kita cegah semaksimal mungkin efek dari pemanasan global.

(Sumber data No. 2: Dinny Nadia P, 2013)

Informasi Indeksal:

Dalam pidato yang disampaikan Dinny mengajak kepada pendengar agar menjaga bumi dari pemanasan global.

(5) Mari kita cegah mulai dari diri kita sendiri dan dari sekarang, untuk tidak membuat keadaan bumi menjadi lebih buruk dengan cara: 1) hemat pemakaian listrik. Gunakan listrik seperlunya, jangan buang-buang energi listrik walaupun kita mempunyai uang untuk membayar tagihan listrik; 2) hemat pemakaian air; 3) tanam pohon-pohon atau tanaman di sekitar kita; serta 4) kurangi juga pemakaian kendaraan bermotor.

(Sumber data No. 3: Elsiandari Rahayu, 2013)

Informasi Indeksal:

Kalimat imperatif ajakan ini dimaksudkan oleh pembicara dalam pidatonya bahwa setiap orang harus mencegah semaksimal mungkin dari beberapa aspek yang menimbulkan pemanasan global.


(41)

(Sumber data No. 3: Elsiandari Rahayu, 2013)

Informasi Indeksal:

Pembicara mengajak kepada pendengar, agar menjaga bumi dari pemanasan global karena pemasanan global akan merugikan manusia yang ada di bumi.

(7) Oleh karena itu, mari kita berusaha sedini mungkin untuk meminimalkan dampak dari pemanasam global tersebut, dimulai dari menanam pohon. Dan ingat, semua yang kita lakukan walaupun kecil itu sangat berarti bagi bumi kita tercinta.

(Sumber data No. 4: Fabriasca Alma, 2013)

Informasi Indeksal:

Kalimat imperatif ajakan dalam pidato, pembicara berpesan dan mengajak agar kita terus berusaha agar tidak berdampak pemanasan global dengan hal kecil seperi menanam pohon.

(8) Sebelum pemanasan global lebih parah, marilah kita buat gerakan cinta bumi dan dinginkan bumi dengan cara mencegah pemanasan global.

(Sumber data No. 5: Farah, 2013)

Informasi Indeksal :

Kalimat imperatif ajakan dalam pidato ini, pembicara mengingatkan kepada pendengar agar lebih cinta terhadap bumi, sebelum pemanasan global lebih parah dan merugikan diri kita sendiri.

(9) Oleh karena itu marilah kita jaga bumi ini agar tidak terjadi global warming maka kurangilah pemakaian kendaraan bermotor dan ac secara berlebihan.

(Sumber data No.8: M Rama Fauzan, 2013)

Informasi Indeksal :


(42)

mengurangi polusi secara berlebihan.

(10) Mari kita cegah semaksimal mungkin efek dari pemanasan global.

(Sumber data No. 9: Natasha SR, 2013)

Informasi Indeksal :

Kalimat imperatif dalam pidato ini mengajak kepada kita sebagai pendengar agar menjaga bumi dengan baik agar terhindar dari global warming.

(11) Saya mencoba mengambil kesimpulan bahwa perlu adanya kesadaran kita bersama untuk saling menjaga, merawat dan menghijaukan bumi (menanam pohon, melestarikan hutan ) air, (membersihkan sampah dan kotoran dari kali), udara (mengurangi bahan bakar), dan segala isinya agar tetap lestari khususnya membersihkan lingkungan disekitar tempat tinggal masing-masing, sehingga kita dapat hidup dengan nyaman sehat, sejahtera.

(Sumber data No. 10: M Irfan Ardiansyah, 2013)

Informasi Indeksal :

Pidato yang disampaikan M Irfan, mengajak kepada pendengar untuk saling mengingatkan mengenai efek dari pemanasan global, selian itu untuk sama-sama menjaga dan merawat bumi ini dengan baik agar terhindar dari pemanasan global.

(12) Maka marilah kita mulai dari diri kita sendiri mulai dari sekarang untuk meningkatkan semangat memperbaiki bumi kita, meminimalkan dampak dari global warming tersebut, dimulai dari hal-hal kecil yaitu menanam pohon, membuang sampah pada tempatnya dan menghemat sebisa mungkin energi yang ada semua yang dilakukan walaupun kecil itu sangat berarti bagi bumi kita tercinta dan masa depan seluruh makhluk hidup.


(43)

Informasi Indeksal:

Dalam pidato yang disampaikan, pembicara meminta kepada pendengar akan ancaman pemanasan global.

(13) Kalau untuk saya sendiri peran yang dapat kita berikan sebagai pengurang gas Co2 di alam, yang dapat saya lakukan, dan menurut

saya adalah solusi terbaik adalah memperbaiki pola kehidupan kita. Dengan cara yang mudah dan tentu saja real dan tidak terlalu muluk-muluk misalnya 1. Berhemat energi seperti dalam penggunaan bahan bakar minyak, listrik (jangan pakai alat-alat elektronika kalau tidak jelas kebutuhannya) 2. Menggunakan kendaraan bermotor seperlunya saja, kalau hanya dekat, tidak perlu menggunakan motor atau mobil 3. Mengurangi pembakaran misal, pembakaran sampah, hindari pembakaran hutan 4. Penghijauan hutan 5. Hindari penggunaan barang secara mubazir 6. Untuk ekosistem laut, hindari perusakan karang dan pencarian ikan dengan merusak (penggunaan bom atau semacamnya) 7. Dan sebagai mahasiswa teknik nuklir, saya setuju sekali pembangunan PLTN karena melihat kepentingan mengatasi global warming.

(Sumber data No. 12: Raras Cinnya W., 2013)

Informasi Indeksal:

Dalam pidato yang sampaikan, pembicara mengajak kepada pendengar agar selalu ingat dan waspada akan adanya global warming. Pemanasan global terjadi akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab.

(14) Kalau untuk saya sendiri peran yang dapat kita berikan sebagai pengurang emisi gas CO2 di alam, yang dapat dilakukan, dan

menurut saya adalah solusi terbaik adalah memperbaiki pola kehidupan kita. Dengan cara yang mudah dan tentu saja real dan tidak terlalu muluk-muluk. Berhemat energi, seperti dalam penggunaan bahan bakar, listrik jangan pakai alat-alat elektronik kalau tidak jelas kebutuhannya. Menggunakan kendaraan bermotor seperlunya saja.


(44)

Informasi Indeksal:

Pidato yang disampaikan bahwa kita sebagai penghuni bumi, agar selalu menjaga lingkungan serta alam sekitar agar terhindar dari pemanasan global.

Hasil analisis peneliti menemukan beberapa kalimat imperatif ajakan dengan penanda kesantunan mari. Dengan demikian teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap menunjukan kesantunan.

2. Kalimat Imperatif Kesantunan Suruhan

Dalam menentukan kalimat imperatif kesantunan suruhan yang terdapat dalam data, penelitian ini menggunakan konsep kalimat imperatif kesantuan suruhan adalah kalimat yang ditandai oleh sembilan kriteria berikut: 1) ayo, 2)

biar, 3) coba, 4) harap, 5) hendaklah, 6) hendaknya, 7) mohon, 8) silakan, dan 9)

tolong.1

(16) Solusi yang mudah dilakukan dan aman adalah: 1. Menggunakan kendaraan bermotor seperlunya saja 2. Mengurangi pembakaran sampah dan pembakaran yang lain 3. Reboisasi 4. Mengurangi penggunaan farmum.

(Sumber data No. 15: Zhafran, 2013)

Informasi Indeksal :

Dalam pidato yang disampaikan Zhafran, menyuruh kepada pendengar agar waspada terhadap terjadinya pemanasan global yang akan merugikan kita semua.

(17) Oleh karena itu, coba janganlah merusak bumi ini karena kita sangat memerlukannya.

(Sumber data No. 16: Rizky Wijaseno, 2013)

1


(45)

Informasi Indeksal :

Pembicara menyuruh kepada kita sebagai pendengar, agar menjaga bumi dari kurusakan.

(18) Agar lingkungan bersih kita juga harus membudiyakan membuang sampah tidak sembarangan dan mulai sekarang menanamkan kepada diri kita bahwa kebersihan sebagian dari iman.

(Sumber data No. 17: Fadlila Meivira Jelita, 2013)

Informasi Indeksal :

Kalimat ajakan dalam pidato yang disampaikan oleh fadlila Meivira, mengajak kepada kita agar menjaga lingkungan.

(19) Yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak global warming adalah mamatikan listrik jika tidak digunakan, menghemat kertas dan plastik, mengurangi menggunakan kendaraan, tanam pohon sekitar dan juga merawatnya.

(Sumber data No. 18: Asyarine Keire Sapardan, 2013)

Informasi Indeksal :

Dalam pidato yang disampaikan, mengajak kedapa mendegar agar tetap waspada akan adannya pemanasan global.

(20) Kita tentu sudah lama merasakan betapa panas cahaya matahari lebih menyengat. Ini adalah salah satu dampak nyata dari pemanasan global ini. Ada beberapa yang mungkin kita lakukan, misalnya 1. Berhemat energi, 2. Menggunakan kendaraan bermotor seperlunya saja, 3. Mengurangi pembakaran hutan dan lain-lain.

(Sumber data No. 20: Nuralfian Daneswara, 2013)

Informasi Indeksal :

Dalam pidato yang disampaikan kepada pendengar, bahwa manusia yang hidup di bumi agar menjaga lingkungan disekitarnya, dan waspada dengan namanya pemanasan global karna akan merugikan diri kita sendiri.


(46)

(21) Percuma saja menanam pohon tapi apakah kita juga merawatnya? Percuma saja menanam pohon kalau tidak dirawat juga akan mati. Manusia yang menyebabkan pemanasan global maka manusia juga yang harus menghentikan pemanasan global. Dimulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil, dan mulai saat ini.

(Sumber data No. 18: Asyarine Keiro Sapardan, 2013)

Informasi Indeksal :

Pembicara dalam pidatonya menyampaikan hal-hal pencegahan terjadinya pemanasan global.

(22) Manusia yang menyebabkan global warming maka manusia juga yang harus menghentikan global warming. Dimulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil, dan mulai saat ini. dan buatlah anak cucu kita nanti masih dapat merasakan indahnya dunia tanpa pemanasan global.

(Sumber data No. 6: Mas Taufiq Dirga P, 2013)

Informasi Indeksal :

Pidato yang disampaikan menyuruh kepada kita, agar menjaga lingkungan serta alam agar terhindar dari pemanasan global.

(24) Tentu saja diharapkan agar pemerintah lebih berperan aktif dalam mencegah pemanasan global menjadi berakibat buruk bagi bumi yang tentu saja efeknya akan kemabali ke kita.

(Sumber data No. 3: Elsiandari Rahayu, 2013)

Informasi Indeksal:

Pembicara dalam pidatonya menyuruh kepada pendengar untuk menjaga lingkungan mulai dari hal terkecil, agar alam terhindar dari pemanasan global.


(47)

(25) Manusia yang menyebabkan global warming maka manusia juga yang harus menghentikan global warming dimulai dari hal kecil dan mulai saat ini.

(Sumber data No. 12: Raras Cinnya W, 2013)

Informasi Indeksal:

Pembicara mengatakan dalam pidatonya, bahwa kita sebagai manusia yang hidup di bumi harus menjaga lingkungan agar terhidar dari global warming. Manusia harus sadar terjadinya pemanasan global adalah ulah manusia itu sendiri.

Analisis kalimat imperatif suruhan peneliti menemukan penanda kesantunan coba, dengan demikian teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap menunjukan adanya kesantunan.

3. Kalimat Imperatif Kesantunan Permintaan

Kalimat imperatif permintaan ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan tolong, coba, harap, mohon, dan beberapa ungkapan lain, seperti

sudilah kiranya, dapatkah seandainya, diminta dengan hormat, dan dimohon dengan sangat.2

(26) Yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak global warming adalah mematikan listrik jika tidak digunakan, menghemat kertas dan plastik, mengurangi kendaraan bermotor, menanam pohon di sekitar dan juga merawatnya, mungkin kita sudah menanam pohon tapi jika tidak dirawat akan mati juga.

(Sumber data No. 13: Charina, 2013)

Informasi Indeksal :

Pendengar diminta untuk menghemat kertas dan plastik, menggunakan kendaraan bermotor seperlunya, dan menanam pohon sebanyak-banyaknya

2


(48)

dan selalu merawatnya.

(27) Oleh karena itu alangkah bijaknya kalau kita sebagai penghuni bumi ini ikut andil dalam menjaga keseimbangan alam ini.

(Sumber data No. 14: Taffania Amardo, 2013)

Informasi Indeksal :

Dalam pidato yang disampaikan, meminta kepada pendengar agar sama-sama mengurangi hal-hal yang dapat menyebabkan pemanasan global.

(28) Semoga apa yang saya sampaikan kali ini menjadikan bahan pemikiran kita bersama dan menjadikan kita mengambil keputusan yang tepat untuk memberikan solusi sekecil apapun sehingga dampak global warming dapat diminimalisir.

(Sumber data No. 20: Nuralfian Daneswara, 2013)

Informasi Indeksal :

Pembicara dalam pidatonya menyampaikan, agar kita sama-sama menjaga alam dan mulai berhemat mengenai hal-hal yang menyebabkan pemanasan global.

(29) Nah tentu saja, kita sudah tahu mengapa kita sering merasa

kepanasan …. Itu karena efek pemanasan global sudah sedemikian

parahnya … Tentu saja, kita perlu mengetahui sebab-sebab

terjadinya pemanasan global. (1) efek rumah kaca, (2) efek umpan balik, (3) variasi Matahari.

(Sumber data No. 9: Natasha SR, 2013)

Informasi Indeksal :

Dalam pidato yang disampaikan, bahwa kita sebagai pendengar harus mulai sadar dan menjaga lingkungan dan alam agar terhindar dengan adanya pemanasan global.


(49)

(30) Tentu saja diharapkan agar pemerintah lebih berperan aktif dalam mencegah pemanasan global menjadi berakibat buruk bagi bumi yang tentu saja efeknya akan kembali ke kita.

(Sumber data No. 9: Natasha SR, 2013)

Informasi Indeksal :

Pembicara dalam pidatonya mengharapkan agar kita sebagai penghuni bumi, mulai menghemat listrik, menanam pohon, dan lain sebagainya yang mengurangi akan dampak pemanasan global.

(31) Disini saya ingin menyampaikan tentang pentingnya menjaga bumi dan memelihara bumi. Karena bumi adalah tempat berlangsungnya kehidupan para umat manusia. Jika bumi ini tidak dijaga dan dipelihara dengan benar. Maka, yang akan terjadi ialah bumi bisa mengalami kerusakan dimana-mana. Untuk mencegah kerusakan pada bumi ini. Maka, langkah yang pertama adalah dengan mencoba bersahabat dengan alam.

(Sumber data No. 10: M. Irfan Ardiansyah, 2013)

Informasi Indeksal :

Pidato yang sampaikan M. Irfan kepada pendengar agar menjaga bumi, mulai dari sendiri dan dari hal terkecil misalnya menghemat listrik, pemakaian kendaran bermotor seperlunya dan lain sebagainya.

(32) Yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak pemanasan global adalah mematikan listrik jika tidak digunakan, menghemat kertas dan plastik, mengurangi menggunakan kendaraan, tanam pohon disekitar dan juga merawatnya.

(Sumber data No.8: Asyarine Keiko Sapardan, 2013)

Informasi Indeksal :

Pembicara menyampaikan dalam pidatonya, agar kita sebagai penghuni bumi agar muali sadar akan adanya pemanasan global.


(50)

(33) Semua sudah terlanjur, mau apa lagi? Menurut saya saat ini, yang bisa kita lakukan adalah mencari solusi agar pemanasan global dapat diperlambat, karena seperti yang saya kita lakukan adalah mencari solusi agar pemanasan global dapat diperlambat, karena seperti yang saya dengar bahwa pemanasan global akan tetap terjadi.

(Sumber data No.7: Cahyo Laksana Gani, 2013)

Informasi Indeksal :

Dalam pidato yang disampaikan Cahyo, bahwa pemanasan global sudah terjadi, kita harus mulai sadar akan adanya pemanasan global. Dengan cara mulai mengurangi hal-hal yang menyebabkan terjadinya pemanasan global.

(34) Yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak pemanasan global adalah menghentikan listrik jika tidak digunakan, menghemat kertas dan plastik, mengurangi menggunakan kendaraan, tanam pohon disekitar dan juga merawatnya. Mungkin kita sudah menanam pohon tapi apakah kita juga merawatnya? Percuma saja menanan pohon kalau tidak dirawat juga akan mati.

(Sumber data No.6: Mas Taufiq Dirga P, 2013)

Informasi Indeksal :

Pidato Mas Taufiq Dirga P meminta kepada kitsa, agar mengetahui dampak dari pemanasan global. Karena pemanasan global tanda-tanda bumi akan hancur.

(35) Banyak orang-orang menyerukan untuk mengurangi polusi tapi ini dimulai dari kesadaran kita juga, ada yang sudah membuat terobosan dengan mencet atap rumah menjadi putih, melakukan penghijauan, dan masih banyak lagi.

(Sumber data No.4: Fabriasca Alma, 2013)

Informasi Indeksal :


(51)

pendengar, bahwa orang-orang sudah mulai sadar akan adanya pemanasan global.

(36) Pemanasan global adalah peningkatan suhu daratan bumi, laut, dan atmosfer tentu saja, kita sudah tahu mengapa kita sering merasakan kepanasan. Ya itu karena pemanasan global yang sudah sedemikian rupanya. Tentu saja, kita juga mengetahui sebab-sebab terjadinya pemanasan global. (1) efek rumah kata, (2) asap kendaraan mobil dan motor, (3) variasi matahari.

(Sumber data No.3: Elsiandari Rahayu, 2013)

Informasi Indeksal :

Pidato yang sampaikan bahwa kita sebagai penghuni bumi, harus mengetahui efek dari pemanasan global dan harus mengetahui cara pencegahannya.

(37) Semua sudah terlanjur terjadi, mau diapakan lagi? Menurut saya kita semua harus memcari solusi-solusi terbaik untuk menghindari pemanasan global yang semakin meluas. Solusi yang mudah dilakukan dan aman adalah: (1) menggunakan kendaraan bermotor seperlu saja, (2) mengurangi pembakaran sampah dan pembakaran yang lain, (3) reboisasi, (4) mengurangi penggunaan parfun yang berlebihan.

(Sumber data No.4: Zhafran, 2013)

Informasi Indeksal :

Dalam pidato yang disampaikan, bahwa pembicara menyadarkan kita sebagai pendengar yang selalu berbuat hal-hal yang menyebabkan terjadinya pemanasan global.

(38) Semua sudah terlanjur terjadi, mau apa lagi??? Menurut saya saat ini, yang bisa kita lakukan adalah mencari solusi agar pemanasan global dapat diperlambat, karena seperti yang saya dengar bahwa pemanasan global akan tetap terjadi.


(52)

Informasi Indeksal:

Dalam pidato yang disampaikan bahwa global warming sudah kita rasakan saat ini dan akan terus menerus. Tidak bisa disesali terjadi global warming adalah akibat dari manusia itu sendiri.

(39)Semua sudah terlanjur terjadi, mau diapakan lagi? Menurut saya kita semua harus mencari solusi-solusi terbaik untuk menghindari global warming yang semakin lama semakin meluas.

(Sumber data No. 15: Zhafran, 2013)

Informasi Indeksal:

Pembicara dalam pidatonya dengan tegas mengatakan, bahwa manusia yang hidup dibumi harus mengetahui bagaimana caranya menghindari pemanasan global.

(40)Alangkah bijaknya kalau kita sebagai penghuni bumi ini ikut andil dalam menjaga keseimbangan alam ini karena anak cucu kitalah yang nantinya akan lebih merasakan dampak yang telah kita perbuat.

(Sumber data No. 5: Farah, 2013)

Informasi Indeksal:

Pidato yang disampaikan oleh Fabriasca Alma, mengingatkan kita sebagai penghuni bumi agar menjaga bumi dan terhindar dari pemanasan global.

(41) Dan buatlah anak cucu kita nanti masih dapat merasakan indahnya dunia tanpa global warming.


(53)

Informasi Indeksal:

Dalam pidato yang disampaikan pembicara memberi tahu dengan tegas kepada pendengar agar kita semua yang ada di muka bumi ini sama-sama menjaga lingkungan dan ketestarian alam.

Analisis kalimat imperatif permintaan peneliti tidak menemukan penanda yang menunjukan kesantunan, tetapi secara pragmatik kalimat imperatif permintaan tidak selalu di tandai dengan penanda kesantunan. Panjang pendek sebuah tuturan secara pragmatik menentukan kesantunan, ketika seseorang bertutur pendek dan maknanya langsung terhadap petutur maka dapat dikatakan kadar kesantunannya rendah. Sebaliknya ketika seseorang bertutur panjang dan maknanya tidak langsung terhadap petutur, maka dapat dikatakan kadar kesantunannya tinggi.

B.

Pembahasan

Pembahasan mengenai kesantunan imperatif bahasa Indonesia dalam teks pidato siswa, secara garis besar ada yang dua yang dibahas, yaitu, 1) wujud formal dan wujud pragmatik imperatif; 2) kesantunan linguistik dan kesantunan pragmatik imperatif. Wujud imperatif formal dan wujud imperatif pragmatik di dalam wujud formal atau stuktural terdapat imperatif aktif dan imperatif pasif. Wujud imperatif formal atau stuktural adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia. Sedangkan wujud imperatif pragmatik atau nonstuktural adalah realisasi maksud imperatif menurut makna pragmatiknya.

Imperatif aktif digolongkan menjadi dua macam yaitu imperatif aktif tidak transitif dan imperatif aktif transitif. Imperatif aktif tidak transitif dapat dibentuk dari tuturan deklaratif, dengan menerapkan tiga ketentuan berikut: 1) menghilangkan subjek yang lazimnya berupa pesona kedua seperti Anda,

Saudara, kamu, kalian, Anda sekalian, Saudara sekalian, kamu sekalian dan

kalian-kalian; 2) mempertahankan bentuk verba yang dipakai dalam kalimat deklaratif itu seperti apa adanya; dan 3) menambahkan partikel –lah pada bagian tertentu untuk memperhalus maksud imperatif aktif tetsebut. Dalam teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap. Peneliti hanya


(1)

dibuat siswa. Dengan tujuan untuk mengetahui sebab akibat dari pemanasan global tersebut sehingga siswa berusaha mencegahnya.

4. Bagaimana cara ibu membimbing anak untuk menulis teks pidato?

Bimbingan yang diberikan berupa pengarahan cara membuat teks pidato yang baik.

5. Bagaimana cara ibu menilai hasil teks pidato?

Penilaian teks pidato dilihat dari pembukaan teks pidato, isi pidato, dan penutup teks pidato. Penilaian selanjutnya dilihat dari penampilan siswa membawakan pidato.


(2)

Lampiran II

Daftar Nama dan Identitas Informan

No Informan Umur Pendidikan

1. Dandi Brahim L 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 2. Dinny Nadia 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 3. Elsiandari Rahayu 14 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 4. Febriasca Alma 14 Tahun SMP Islam Harapan Ibu

5. Farah 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu

6. Mas Taufiq Dirga P 14 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 7. Cahyo Laksana Gani 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 8. M. Rama Fauzan 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu

9. Natasha 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu

10. M. Irfan ardiansyah 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 11. Cantika MU 14 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 12. Raras Cintya W 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu

13. Charina 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu

14. Taffania Amardo 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu

15. Zhafran 14 Tahun SMP Islam Harapan Ibu

16. Rizky Wijoseno 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 17. Fadlila Meivira J 14 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 18. Asyarine Keiro S 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu

19. Kiki 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

ELIH LASWATI, yang biasa dipanggil Elih, orang tuanya sering memanggil dengan nama kecil, Ai. Penulis dilahirkan di Kota Sukabumi pada tanggal 24 Juni 1990 dari ayah yang bernama Saeroji dan ibu bernama Sumyati. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Sukatengah. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan SMP di Pondok Pesantren

Terpadu Darul’Amal hingga SMA. Setelah lulus SMA, ia

memilih melanjutkan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan memilih Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Sekarang penulis mengajar di SMKI Al Hikmah, Pondok Cabe sebagai guru Bahasa Indonesia merangkap IPA dan Seni Budaya. Ia pernah bekerja sebagai karyawan di Kantor Notaris, Jakarta Selatan. Ia juga pernah bekerja sebagai guru les privat di salah satu lembaga les di Bintaro.

Penulis memiliki motto “Bukan jatuhku yang terpenting, tetapi bangkitku

setiap kali aku jatuh”. Maksudnya ialah ketika seseorang gagal, maka kegagalan

itu tidak dipandang sebagai suatu hambatan yang berarti, tetapi bagaimana cara memperbaiki kesalahan yang membuatnya gagal sebagai usaha untuk bangkit kembali merupakan hal yang terpenting.