Wujud Formal dan Wujud Pragmatik Imperatif
sekalian, kamu sekalian dan kalian-kalian; 2 mempertahankan bentuk verba yang dipakai dalam kalimat deklaratif itu seperti apa adanya; dan 3 menambah
partikel-lah pada bagian tertentu untuk memperhalus maksud imperatif aktif tersebut. Dalam membentuk tuturan imperatif aktif tidak transitif tetap berlaku,
perbedaannya adalah bahwa untuk membentuk imperatif aktif transitif, verbanya harus dibuat tanpa berawalan me-N. Contoh yang bernomor 34 a dan b pada
tuturan-tuturan berikut dapat dicermati dan dipertimbangkan.
34 a. Yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak pemanasan global adalah menghentikan listrik jika tidak digunakan,
menghemat kertas dan plastik, mengurangi menggunakan kendaraan, tanam pohon disekitar dan juga merawatnya.
Mungkin kita sudah menanam pohon tapi apakah kita juga merawatnya? Percuma saja menanan pohon kalau tidak dirawat
juga akan mati.
Sumber data No.6: Mas Taufiq Dirga P, 2013
Informasi Indeksal :
Pidato Mas Taufiq Dirga P meminta kepada kitsa, agar mengetahui dampak dari pemanasan global. Karena pemanasan global tanda-tanda
bumi akan hancur.
b. Yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak pemanasan
global adalah hentikan listrik jika tidak digunakan, hemat kertas dan plastik, mengurangi menggunakan kendaraan, tanam pohon
disekitar dan juga merawatnya. Mungkin kita sudah menanam pohon tapi apakah kita juga merawatnya? Percuma saja menanan
pohon kalau tidak dirawat juga akan mati.
Sumber data No.6: Mas Taufiq Dirga P, 2013
Informasi Indeksal :
Pidato Mas Taufiq Dirga P meminta kepada kitsa, agar mengetahui dampak dari pemanasan global. Karena pemanasan global tanda-tanda
bumi akan hancur.
Perlu dicatat bahwa apabila verba kalimat deklaratif yang akan dibentuk menjadi imperatif aktif transitif itu memiliki dua unsur awalan, misalnya memper-
dan member-, hanya unsur me-N sajalah yang perlu ditinggalkan. Perlu dicatat pula bahwa pada akhiran yang melekat pada verba dipertahankan dan tidak perlu
dihilangkan di dalam pembentukan tuturan imperatif aktif transitif. Pada kalimat imperatif 34a dan 34b ditinjau secara pragmatik
menunjukan kaidah kesantunan formalitas formality, hal ini sesuai dengan pernyataan Lakoff, 1973. Kesantunan formalitas yaitu kesantunan bertutur yang
tidak memaksa orang lain untuk melakukan sesuatu, tetapi mampu menyarankan kepada orang lain untuk menentukan pilihan yang terbaik untuk dilakukan, contoh
kalimat 34b kalimat imperatif aktif transitif ini dipilih oleh pembicara untuk dapat menimbulkan efek “senang” pada lawan bicara untuk bersedia melakukan
tindakan yang dapat mengurangi pemanasan global. Dengan demikian, harapan pembicara dapat tercapai sesuai dengan apa yang harapkannya, tanpa
menyinggung perasaan orang lain karena pembicara menggunakan nosi kesantunan berbahasa.
b. Imperatif Pasif
Dalam komunikasi keseharian, maksud tuturan imperatif lazimnya dinyatakan dalam tuturan yang berdiatesis pasif. Digunakan bentuk tuturan yang
demikian dalam menyatakan maksud imperatif karena pada pemakaian imperatif pasif itu, kadar suruhan yang dikandung di dalamnya cenderung menjadi rendah.
Selain itu, bentuk imperatif pasif juga dapat mengandung konotasi makna bahwa orang ketigalah yang diminta melakukan sesuatu, bukanlah orang kedua. Kadar
permintaan dan kadar suruhan yang terdapat di dalam imperatif itu tidak terlalu tinggi karena maksud tuturan itu tidak secara langsung tertuju kepada orang yang
bersangkutan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa di dalam pemakaian tuturan
imperatif pasif itu terdapat maksud penyelamatan muka yang melibatkan muka si penutur maupun muka diri si mitra tutur. Untuk memperjelas hal ini dapat
dicermati dan dipertimbangkan dalam tuturan berikut.
24 Tentu saja diharapkan agar pemerintah lebih berperan aktif dalam mencegah pemanasan global menjadi berakibat buruk bagi bumi
yang tentu saja efeknya akan kemabali ke kita.
Sumber data No. 3: Elsiandari Rahayu, 2013
Informasi Indeksal:
Pembicara dalam pidatonya pendengar, hususnya pemerintah untuk menjaga lingkungan mulai dari hal terkecil, agar alam ini terhindar dari
pemanasan global.
Pada kalimat imperatif pasif secara pragmatik menunjukan kesantunan dalam studi bahasa yang bermakna bagaimana bahasa mengekspresikan jarak
sosial antara para penuturya dan hubungan peran mereka yang berbeda-beda. Selain itu bagaimana muka berperan, yakni upaya untuk mewujudkan,
mempertahankan, dan penyelamatan muka. Menurut Richards 1985 diartikan sebagai kesan atau impresi terhadap seseorang atau yang ditunjukan oleh
seseorang kepada partisipan lain. Kalimat imperatif pasif dalam komunikasi dalam hal ini adalah pidato,
kadar suruhan yang terkandung di dalamnya cenderung menjadi rendah, karena orang ketiga yang diminta untuk melakukan sesuatu. Dapat dilihat contoh tuturan
24 orang ketiga yang diminta untuk melakukan sesuatu yaitu pemerintah, dalam hal ini pemerintah diharapkan agar berperan lebih aktif dalam menjaga
lingkungan serta alam agar terhindar dari pemanasan global. Dengan demikian harapan pembicara dapat tercapai sesuai dengan yang di harapkan tanpa
menyinggung perasaan orang lain, karena pembicara menggunakan kesantunan dalam berbahasa.
2 Mari kita cegah mulai dari diri kita sendiri dan dari sekarang, untuk
tidak membuat keadaan bumi semakin lebih buruk.
Sumber data No. 2: Dinny Nadia P, 2013
Informasi Indeksal:
Kalimat imperatif ajakan dalam teks pidato ini, pembicara mengajak kepada pendengar untuk menjaga bumi agar terhindar dari pemanasan
global.
31 Disini saya ingin menyampaikan tentang pentingnya menjaga bumi
dan memelihara bumi. Karena bumi adalah tempat berlangsungnya kehidupan para umat manusia. Jika bumi ini tidak dijaga dan
dipelihara dengan benar. Maka, yang akan terjadi ialah bumi bisa mengalami kerusakan dimana-mana. Untuk mencegah kerusakan
pada bumi ini. Maka, langkah yang pertama adalah dengan mencoba bersahabat dengan alam.
Sumber data No. 10: M. Irfan Ardiansyah, 2013
Informasi Indeksal :
Pidato yang sampaikan M. Irfan kepada pendengar agar menjaga bumi, mulai dari sendiri dan dari hal terkecil misalnya menghemat listrik,
pemakaian kendaran bermotor seperlunya dan lain sebagainya. Tuturan 2 akan menjadi semakin halus dan semakin tidak langsung
apabila tuturan itu tidak diungkapkan dengan intonasi suruh. Selain itu, untuk mengurangi kadar kelangsungan tuturan, seperti yang terdapat 2 dapat
ditambahkan unsur-unsur lingual lain sehingga tuturan menjadi semakin panjang. Semakin panjang sebuah tuturan akan menjadi semakin tidak langsunglah maksud
sebuah tuturan itu. dapat dipertimbangkan tuturan 31. Demikian sebaliknya semakin pendek sebuah tuturan akan menjadi semakin langsunglah maksud
tuturan itu. untuk pemperjelas hal ini dapat dilihat tuturan 5. Semakin langsung maksud sebuah tuturan, menjadi semakin rendahlah kadar kesantunannya.
5 Mari kita cegah semaksimal mungkin efek dari pemanasan global.
Sumber data No. 3: Elsiandari Rahayu, 2013
Informasi Indeksal:
Pembicara mengajak kepada pendengar, agar menjaga bumi dari pemanasan global karena pemasanan global akan merugikan manusia yang
ada di bumi.
Pada kalimat imperatif secara pragmatik menunjukan kesantunan, yaitu adanya etika berbahasa erat kaitannya dengan pemilihan kode bahasa. Pada konteks ini
pembicara memilih sistem budaya yang berlaku dalam suatu masyarakat. Dapat cermati tuturan 5 dan 31.
5 Mari kita cegah semaksimal mungkin efek dari pemanasan global.
Sumber data No. 3: Elsiandari Rahayu, 2013
Informasi Indeksal: Pembicara mengajak kepada pendengar, agar menjaga bumi dari
pemanasan global karena pemasanan global akan merugikan manusia yang ada di bumi.
31 Disini saya ingin menyampaikan tentang pentingnya menjaga bumi dan memelihara bumi. Karena bumi adalah tempat berlangsungnya
kehidupan para umat manusia. Jika bumi ini tidak dijaga dan dipelihara dengan benar. Maka, yang akan terjadi ialah bumi bisa
mengalami kerusakan dimana-mana. Untuk mencegah kerusakan pada bumi ini. Maka, langkah yang pertama adalah dengan
mencoba bersahabat dengan alam.
Sumber data No. 10: M. Irfan Ardiansyah, 2013
Informasi Indeksal :
Pidato yang sampaikan M. Irfan kepada pendengar agar menjaga bumi, mulai dari sendiri dan dari hal terkecil misalnya menghemat listrik,
pemakaian kendaran bermotor seperlunya dan lain sebagainya.
Tuturan 5 dan 31 memiliki makna dan tujuan yang sama, yaitu menjaga dan memelihara bumi agar tidak terjadi pemanasan global, yang membedakan adalah
panjang pendek tuturan tersebut. Ditinjau dari norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia orang yang berbicara langsung terhadap apa yang
diinginkannya, dapat dikatakan kadar kesantunannya rendah. Selain itu secara sosial dapat membangkitkan efek yang menunjukan rasa tidak senang terhadap
lawan dalam hal ini pendengar pidato. Demikian sebaliknya norma yang berlaku di masyarakat Indonesia orang bercara secara tidak langsung, maka orang tersebut
dikatakan santun.
2. Wujud Pragmatik Imperatif
Berbeda dengan wujud formal imperatif sebagaimana telah disampaikan di bagian awal bahwa wujud struktural imperatif adalah realisasi maksud imperatif,
sedangkan wujud pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia tidak selalu berupa konstuksi imperatif. Dengan perkataan lain, wujud pragmatik imperatif dalam
bahasa Indonesia tersebut dapat berupa tuturan yang bermacam-macam, dapat berupa konstruksi imperatif dan dapat pula berupa konstruksi nonimperatif.
Adapun yang dimaksud dengan wujud pragmatik adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila dikaitkan dengan konteks situasi tutur
yang melatarbelakanginya.
7
Makna pragmatik imperatif tuturan yang demikian itu sangat ditentukan oleh konteksnya.
Dari penelitian yang dilakukan mengenai teks pidato yang dibuat siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap, peneliti hanya menggunakan
tiga macam makna pragmatik imperatif di dalam bahasa Indonesia sesuai dengan pembatasan masalah. Tiga macam makna pragmatik imperatif itu ditemukan baik
di dalam tuturan imperatif langsung maupun di dalam tuturan imperatif tidak langsung. Pada bagian berikut, masing-masing wujud makna pragmatik imperatif
akan diuraikan secara terperinci.
7 7
Kunjana Rahardi, op. cit,. h. 93.
a. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Suruhan
Secara struktural, imperatif yang bermakna suruhan dapat ditandai oleh pemakaian penanda kesantunan coba. Selain itu tuturan yang menggunakan
penanda kesantunan dapat diparafrasa sehingga lebih santun.
8
Untuk mengetahui apakah tuturan yang diparafrasa tersebut merupakan imperatif dengan makna
suruhan. Pada kegiatan bertutur yang sesungguhnya, makna pragmatik imperatif suruhan itu tidak selalu diungkapkan dengan konstruksi imperatif. Makna
pragmatik imperatif suruhan dapat diungkapkan dengan bentuk tuturan deklaratif dan tuturan interogatif. Diketahui bahwa bentuk tuturan deklaratif adalah kalimat
yang isinya menyampaikan pernyataan yang ditujukan kepada orang lain. Sedangkan interogatif adalah kalimat yang mengharapkan adanya jawaban secara
verbal. Seperti dapat dilihat pada contoh-contoh tuturan sebagai berikut: 16
Solusi yang mudah dilakukan dan aman adalah: 1. Menggunakan kendaraan bermotor seperlunya saja 2. Mengurangi pembakaran
sampah dan pembakaran yang lain 3. Reboisasi 4. Mengurangi penggunaan farmum.
Sumber data No. 15: Zhafran, 2013
Informasi Indeksal :
Dalam pidato yang disampaikan Zhafran, menyuruh kepada pendengar agar waspada terhadap terjadinya pemanasan global yang akan merugikan
kita semua.
17 Agar lingkungan bersih kita juga harus membudiyakan membuang
sampah tidak sembarangan dan mulai sekarang menanamkan kepada diri kita bahwa kebersihan sebagian dari iman.
Sumber data No. 17: Fadlila Meivira Jelita, 2013
Informasi Indeksal :
Kalimat ajakan dalam pidato yang disampaikan oleh fadlila Meivira, mengajak kepada kita agar menjaga lingkungan.
8
Ibid., hlm. 96.
Tuturan yang mengandung makna pragmatik ditunjukan dengan penanda kesantunan coba. Bertutur yang sesungguhnya yang mengandung makna
pragmatik imperatif suruhan tidak selalu diungkapkan dengan kontruksi imperatif. Sebetulnya dapat diungkapkan dengan bentuk tuturan deklaratif dan bentuk
tuturan interogatif. Di dalam tuturan 16 dan 17 mengandung makna suruhan dengan bentuk tuturan deklaratif yaitu pembicara dalam pidatonya menyeruh
kepada kita sebagai pendengar agar menjaga lingkungan dan melestarikan alam agar terhindar dari pemanasan global.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa di dalam sebuah kesantunan setiap orang bertutur dalam konteks ini adalah pidato berkeinginan agar apa yang
dilakukan, apa yang dimilikinya atau apa yang merupakan nilai-nilai yang ia yakini sebagai akibat dari apa yang dilakukan atau dimilikinya itu diakui orang
lain sesuatu hal yang baik, yang menyenangkan dan patut dihargai Brown dan Levinson 1996.
b. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Ajakan
Imperatif dengan makna ajakan, biasanya ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan mari atau ayo. Kedua macam penanda kesantunan itu
masing-masing-masing memiliki makna ajakan. Pemakaian penanda kesantunan itu di dalam tuturan dapat dilihat pada contoh tuturan sebagai berikut:
4 Mari kita cegah semaksimal mungkin efek dari pemanasan global.
Sumber data No. 2: Dinny Nadia P, 2013
Informasi Indeksal:
Dalam pidato yang disampaikan Dinny mengajak kepada pendengar agar menjaga bumi dari pemanasan global.
11 Saya mencoba mengambil kesimpulan bahwa perlu adanya
kesadaran kita bersama untuk saling menjaga, merawat dan menghijaukan bumi menanam pohon, melestarikan hutan air,
membersihkan sampah dan kotoran dari kali, udara mengurangi bahan bakar, dan segala isinya agar tetap lestari khususnya
membersihkan lingkungan disekitar tempat tinggal masing-masing, sehingga kita dapat hidup dengan nyaman sehat, sejahtera.
Sumber data No. 10: M Irfan Ardiansyah, 2013
Informasi Indeksal :
Pidato yang disampaikan M Irfan, mengajak kepada pendengar untuk saling mengingatkan mengenai efek dari pemanasan global, selian itu
untuk sama-sama menjaga dan merawat bumi ini dengan baik agar terhindar dari pemanasan global.
Secara pragmatik imperatif makna ajakan tuturan 4 menunjukan kesantunan dengan penanda mari. Tetapi ditinjau dari norma sosial yang berlaku
dalam masyarakat Indonesia, tuturan tersebut mengandung kadar kesantunan sangat rendah. Karena tuturan 4 secara langsung diungkapkan tanpa adanya
unsur lingual, semakin pendek sebuah tuturan akan menjadi semakin langsunglah maksud tuturan itu. Semakin langsung maksud sebuah tuturan, menjadi semakin
rendah kadar kesantunannya. Secara pragmatik maksud imperatif ajakan, tidak selalu diwujudkan
dengan penanda kesantunan imperatif. Berkenaan dengan makna pragmatik imperatif ajakan termaksud tuturan 11. Etika berbahasa
antara lain “mengatur” dalam artian apa yang harus kita katakan pada waktu dan keadaan tertentu kepada
seorang partisipan tertentu berkenaan dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat. Budaya masyarakat Indonesia dalam bertutur secara tidak langsung,
ketaklangsungan tuturan tersebut mengandung kesantunan. c.
Tuturan yang mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permintaan Tuturan imperatif yang mengandung makna permintaan lazimnya terdapat
ungkapan penanda kesantunan tolong atau frasa lain yang bermakna minta. Makna imperatif permintaan yang lebih halus diwujudkan dengan penanda kesantunan
mohon. Dari hasil analisis di dalam teks pidato yang buat siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap, tidak terdapat penanda kesantunan tolong
dan mohon. Peneliti hanya mendapatkan frasa yang bermakna minta. Dapat dilihat pada contoh berikut:
26 Yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak global warming
adalah mematikan listrik jika tidak digunakan, menghemat kertas dan plastik, mengurangi kendaraan bermotor, menanam pohon di
sekitar dan juga merawatnya, mungkin kita sudah menanam pohon tapi
jika tidak dirawat akan mati juga.
Sumber data No. 13: Charina, 2013
Informasi Indeksal :
Pendengar diminta untuk menghemat kertas dan plastik, menggunakan kendaraan bermotor seperlunya, dan menanam pohon sebanyak-banyaknya
dan selalu merawatnya.
27 Disini saya ingin menyampaikan tentang pentingnya menjaga bumi
dan memelihara bumi. Karena bumi adalah tempat berlangsungnya kehidupan para umat manusia. Jika bumi ini tidak dijaga dan
dipelihara dengan benar. Maka, yang akan terjadi ialah bumi bisa mengalami kerusakan dimana-mana. Untuk mencegah kerusakan
pada bumi ini. Maka, langkah yang pertama adalah dengan mencoba bersahabat dengan alam.
Sumber data No. 10: M. Irfan Ardiansyah, 2013
Informasi Indeksal :
Pidato yang sampaikan M. Irfan kepada pendengar agar menjaga bumi, mulai dari sendiri dan dari hal terkecil misalnya menghemat listrik,
pemakaian kendaran bermotor seperlunya dan lain sebagainya.
Ada tiga kaidah yang perlu kita patuhi agar ujaran terdengar santun oleh pendengar atau lawan bicara kita yaitu: 1 jangan memaksa atau jangan angkuh,
dalam hal ini pembicara mengajak kepada pendengar untuk menjaga lingkungan agar terhindar dari pemanasan global tanpa ada paksaan; 2 buatlah sedemikian
rupa sehingga lawan bicara Anda dapat menentukan pilihan, yang menjadi lawan bicara disini adalah pemdengar dalam hal ini pendengar dapat menentukan pilihan
yang terbaik yang dilakukun pendengar agar terhindar dari pemanasan global; 3 bertindaklah seolah-olah Anda dan lawan bicara Anda sama atau dengan kata lain
buatlah ia senang Lakoff 1973. Dengan demikian pidato yang disampaikan oleh pembicara mengenai pemanasan global meminta kepada pendengar untuk
menjaga lingkungan dan melestarikan alam agar terhindar dari pemanasan global.