kemampuan kognitif terus berkembang selama masa dewasa. Bertambahnya umur seseorang akan meningkatkan kemampuan berfikirnya. Kemampuan untuk
menentukan suatu tindakan akan semakin matang.
Berdasarkan pekerjaan diperoleh 21 orang 51,2 tidak bekerja ibu rumah tangga dan 4 orang 9,8 bekerja sebagai pegawai negeri. Seseorang yang tidak bekerja
maupun bekerja dapat mempengaruhi pengetahuan yang mereka punya karena lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan mereka karena lingkungan adalah
segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biolologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang
berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
Tingkat pendidikan sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan yang atas yaitu 22 orang 53,7, sehingga akses untuk memperoleh informasi atau memahami
suatu informasi lebih mudah dan informasi didapatkan dari petugas kesehatan. Menurut Notoadmodjo 2007 pendidikan mempengaruhi proses belajar, dimana makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari
orang lain maupun dari media masa, semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Akan tetapi perlu ditekankan bahwa
bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula dan pengalaman. Pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan dan pengalaman, itu
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sehingga semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, informasi yang didapatkan akan semakin baik.
b. Tindakan Episiotomi pada Persalinan Primigravida
Menurut catatan medik yang diperoleh di RSUD dr. Djoelham Binjai pada bulan Juni – Juli tahun 2010 terdapat data sebagai berikut jumlah ibu bersalin 96
Universitas Sumatera Utara
orang, dan yang dilakukan tindakan episiotomi pada primipara sebanyak 32 orang
33,33 , pada ibu multipara sebanyak 15 orang 15,62 .
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa tindakan episiotomi pada persalinan primipara yang bersalin di bidan
di Kelurahan Bela Rakyat Kecamataan Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2013 yang dilakukan tindakan episiotomi sebanyak 7
responden 17,1 dan responden yang tidak dilakukan tindakan episiotomi
sebanyak 34 responden 82,9 .
Hasil Penelitian dari 41 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak dilakukan tindakan episiotomi pada persalinan primipara yang bersalin di bidan
yaitu sebanyak 34 responden 82,9 . Responden yang tidak dilakukan episiotomi tersebut rata-rata berusia 20-35
tahun dan bekerja sebagai IRT. Dari usia, dapat kita lihat bahwa saat melahirkan anak pertamanya, responden memiliki usia yang reproduktif sehingga tindakan
episiotomi tidak dilakukan. Sedangkan 7 responden yang dilakuakn tindakan episiotomi tersebut rata-rata memiliki usia 20 tahun dan bekerja sebagai IRTpetani
serta berpendidikan dasar. Dari usia, dapat kita lihat bahwa usia dapat dikatakan belum cukup umur untuk menikah dan melahirkan.
Data dari 41 responden tersebut diambil dari 13 bidan yang ada di Kelurahan Bela Rakyat Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat. 7 responden yang dilakukan
tindakan episiotomy tersebut dilakukan oleh 3 bidan senior. Tidak ada bidan pemula yang melakukan episiotomi di tempat tersebut.
Menurut asumsi peneliti, resiko dengan dilakukan tindakan episiotomi harus diketahui oleh para ibu karena luka episiotomi memungkinkan terjadinya hematoma
dan infeksi pada luka bekas episiotominya. Jadi, bidan berperan penting dalam
memberikan konseling kepada pasien agar tidak terjadi resiko tersebut.
Universitas Sumatera Utara
B. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan penelitian ini adalah keterbatasan waktu penelitian dan aspek lain yang menghambat penelitian. Jumlah sampel yang kecil telah
dipertimbangkan sebelumnya oleh peneliti. Waktu penelitian yang terbatas menjadi alasan peneliti mengambil jumlah sampel yang kecil.
C. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa tindakan episiotomi tidak mutlak dilakukan pada persalinan primipara. Sebagai petugas kesehatan kita berperan
penting dalam merubah paradigma dalam memberikan penyuluhan baik langsung kepada ibu ataupun melalui keluarga . Petugas kesehatan perlu menginformasikan
bahwa tindakan episiotomi dilakukan karena indikasi tertentu dan harus dilakukan oleh bidan yang professional agar tidak terjadi kesalahan dan menghindari resiko
perdarahan.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Tingkat pelaksanaan episiotomi oleh bidan pada persalinan primipara yang bersalin di bidan
sejumlah 7 orang 17,1 dari 41 persalinan primipara di
Kelurahan Bela Rakyat Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat karena:
1. Pelaksanaan episiotomi pada ketujuh kasus di atas tidak dapat menetapkan
ketegasan indikasi untuk melaksanakan episiotomi. 2.
Melalui penelitian ini, tidak diperoleh data dari tingkat pengetahuan, kemampuan, dan kemauan dari bidan untuk melakukan tindakan episiotomi.
3. Hasil akhir dari tindakan episiotomi dan tanpa episiotomi dalam hal kejadian
komplikasi pada jalan lahir pada penelitian ini belum dapat disimpulkan. Pemantauan mutu episiotomi dan tanpa episiotomi tidak diperoleh pada penelitian
ini, sehingga tidak disimpulkan.
B. Saran
1. Bagi Tempat Penelitian