Perhitungan Jumlah Access Point pada Model Cost231MultiWall

AP3 adalah 231,52 m 2. AP6 pada gedung B dan AP7 pada gedung C diasumsikan memiliki penghalang dinding gypsum berjumlah 1, dinding tembok berjumlah 1 dan lantai berjumlah 0. Sehingga area cakupan maksimum access point untuk AP6 dan AP7 adalah 8214,6 m2.

4.4 Perhitungan Jumlah Access Point pada Model Cost231MultiWall

Perhitungan rugi-rugi lintasan menggunakan model propagasi Cost231MultiWall diperlihatkan pada Persamaan 2.7. Rugi-rugi lintasan ruang bebas L FSPLi dihitung menggunakan Persamaan 2.8. Dengan mensubtitusikan persamaan rugi-rugi lintasan ruang bebas L FSPLi ke dalam persamaan model propagasi Cost231MultiWall, maka diperoleh Persamaan 2.7. Variabel d di bagi 1000 bertujuan untuk mengkonversi satuan kilometer ke dalam meter. Pada model Cost231MultiWall langkah awal yang dilakukan adalah menentukan jenis penghalang dinding dan lantai yang digunakan untuk Universitas Sumatera Utara menghitung nilai radius pada access point sesuai dengan spesifikasi bangunan pada gedung kantor Bappeda. 1. Untuk dan sinyal menembus 1 dinding bata dan 1 sekat gypsum maka diperoleh nilai L MW menggunakan Persamaan 2.7. Untuk menentukan jarak maksimum diantara pemancar dan penerima digunakan Persamaan 3.1: Jadi, diameter access point adalah 76,74 m Universitas Sumatera Utara Area cakupan maksimum suatu access point dianggap berbentuk heksagonal, maka luas cakupan cell untuk jari-jari 76,74 meter dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.10. 2. Untuk dan sinyal menembus 1 dinding bata dan 2 sekat gypsum maka diperoleh nilai L MW menggunakan Persamaan 2.7. Untuk menentukan jarak maksimum diantara pemancar dan penerima digunakan Persamaan 3.1. Universitas Sumatera Utara Jadi, diameter access point adalah 51,88 m Area cakupan maksimum suatu access point dianggap berbentuk heksagonal, maka luas cakupan cell untuk jari-jari 51,88 meter dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.10. 3. Untuk dan sinyal menembus 1 dinding bata dan 1 sekat gypsum maka diperoleh nilai L MW menggunakan Persamaan 2.7. Untuk menentukan jarak maksimum diantara pemancar dan penerima digunakan Persamaan 3.1. Universitas Sumatera Utara Jadi, diameter access point adalah 9,33 m Area cakupan maksimum suatu access point dianggap berbentuk heksagonal, maka luas cakupan cell untuk jari-jari 9,33 meter dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.10. 4. Untuk dan sinyal menembus 1 dinding bata dan 2 sekat gypsum , maka diperoleh nilai menggunakan Persamaan 2.7. Untuk menentukan jarak maksimum diantara pemancar dan penerima digunakan Persamaan 3.1. Universitas Sumatera Utara Jadi, diameter access point adalah 6,309 m Area cakupan maksimum suatu access point dianggap berbentuk heksagonal, maka luas cakupan cell untuk jari-jari 6,309 meter dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.10. Setelah jari-jari cell yang diperoleh dan luas cakupan cell segi enam didapatkan, maka dari hasil perhitungan dalam beberapa pengelompokan jenis penghalang dinding dan lantai pada keadaan bangunan, digunakan untuk menentukan perancangan jumlah access point dengan model Cost231MultiWall, terlihat pada Tabel 4.2. Universitas Sumatera Utara Tabel. 4.2 Hasil perhitungan berdasarkan jenis penghalang dinding dan lantai Model Cost231MultiWall No Jumlah lantai kf Jumlah dinding Kwi berdasarkan jenis penghalang Jarak diameter pemancar dan penerima m Luas cakupan cell segi enam Lw110cm Lw210cm 1 1 1 76,74 15300,14 2 2 1 51,88 6992,81 3 1 1 1 9,33 226,16 4 1 2 1 6,309 103,41 Adapun jumlah kebutuhan access point dari hasil perancangan berdasarkan profil kantor Bappeda dapat dilihat pada Gambar 4.3. Gambar 4.3 Penempatan dan Jumlah Access Point Model Cost231MultiWall Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3 menunjukkan hasil perancangan dibeberapa titik access point pada gedung A, B dan C. Hasil perancangan penempatan cell didalam bangunan gedung berdasarkan pengelompokan jenis sekat dan dinding, maka titik access point. AP1, AP2, AP4, AP5 dan AP6 pada gedung A diasumsikan memiliki penghalang dinding gypsum berjumlah 2, dinding tembok berjumlah 1 dan lantai berjumlah 1. Sehingga area cakupan maksimum access point untuk AP1, AP2, Ap4, AP5 dan AP6 adalah 103,41 m 2 . AP3 pada gedung A diasumsikan memiliki penghalang dinding gypsum berjumlah 1, dinding tembok berjumlah 1 dan lantai berjumlah 1. Sehingga area cakupan maksimum access point untuk AP3 adalah 226,16 m 2 . AP7 pada gedung B dan AP8 pada gedung C diasumsikan memiliki penghalang dinding gypsum berjumlah 1, dinding tembok berjumlah 1 dan lantai berjumlah 0. Sehingga area cakupan maksimum access point untuk AP7 dan AP8 adalah 15300,4 m 2 . 4.5. Perbandingan Jumlah Access Point berdasarkan Model Propagasi Berdasarkan hasil perhitungan serta perancangan yang telah dilakukan pada masing-masing model propagasi, diperoleh jumlah access point yang mampu mencakup seluruh ruangan di gedung kantor Bappeda terlihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Jumlah Access Point pada Model Propagasi No Model Propagasi Jumlah AP Gedung Jumlah A B C 1 Model ITU-R 2 1 1 4 2 Model Keenan Motley 5 1 1 7 3 Model Cost231MultiWall 6 1 1 8 Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa jumlah hasil dari perancangan yang diperoleh dari perhitungan ketiga model propagasi terdapat adanya perbedaan Universitas Sumatera Utara jumlah. Pada model propagasi ITU-R cakupan access point yang berdasarkan profil gedung, jumlah access point pada gedung A berjumlah 2, gedung B berjumlah 1 dan gedung C berjumlah 1, sehingga total keseluruhan berjumlah 4 access point. Pada model propagasi Keenan Motley cakupan access point yang berdasarkan profil gedung, jumlah access point pada gedung A berjumlah 5, gedung B berjumlah 1 dan gedung C berjumlah 1, sehingga total keseluruhan berjumlah 7 access point. Pada model propagasi Cost231MultiWall cakupan access point yang berdasarkan profil gedung, jumlah access point pada gedung A berjumlah 6, gedung B berjumlah 1 dan gedung C berjumlah 1, sehingga total keseluruhan berjumlah 8 access point. Pada realisasi penggunaan access point yang ada di kantor Bappeda Kabupaten Simeulue saat ini digunakan adalah sebanyak 2 access point pada gedung A, sementara untuk gedung B dan C hanya menggunakan jaringan LAN, dari jaringan access point yang digunakan pada kantor Bappeda hanya beberapa bagian sudut pada lantai 2 saja yang tidak tercakup dalam jaringan Wi-Fi. Dari hasil perhitungan dan perancangan yang dilakukan, maka model propagasi dengan jumlah access point terbanyak adalah model propagasi Cost231MultiWall dengan jumlah 8 access point. Dan model propagasi dengan jumlah access point paling sedikit adalah model ITU-R dengan jumlah 4 access point. Berdasarkan perancangan jaringan Wi-Fi di kantor Bappeda yang dilakukan dengan menggunakan 3 model propagasi yaitu Model ITU-R, Model Keenan Motley dan Model Cost231MultiWall, maka penerapan untuk model propagasi yang lebih efisien digunakan pada kantor Bappeda adalah Model ITU-R dengan jumlah 4 access point. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN