Penggunaan Jaringan Wi-Fi dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif (Studi Korelasional Penggunaan Jaringan Wi-Fi terhadap Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Mahasiswa USU)

(1)

Penggunaan Jaringan Wi-Fi dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif

(Studi Korelasional Penggunaan Jaringan Wi-Fi terhadap Pemenuhan

Kebutuhan Kognitif Mahasiswa USU)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

 

Disusun oleh: Dery Indra Siregar

060904107

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

 

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Penggunaan Jaringan Wi-Fi dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif (Studi Korelasional Penggunaan Jaringan Wi-Fi terhadap Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Pada Mahasiswa USU) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan jaringan Wi-Fi di kawasan kampus USU terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif mahasiswa USU.

Adapun teori yang dianggap relevan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komunikasi dan Komunikasi Massa, teknologi komunikasi, Mediamorfosis, Internet dan Jaringan Wi-Fi, serta Uses and Gratifications Theory. Penelitian ini menggunakan studi korelasional, yakni meneliti sejauh mana pengaruh antara penggunaan jaringan Wi penggunaan jaringan Wi-Fi di kawasan kampus USU terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif mahasiswa USU -Fi di kawasan kampus USU terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif mahasiswa USU.

Populasi dalam penelitian ini adalah para mahasiswa Universitas Sumatera Utara angkatan 2009/2010 yang berjumlah 2.619 orang. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 94 orang. Teknik Penarikan Sampel menggunakan Proportional Stratified Sampling dan purposive sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank

Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System

Solution (SPPS) 16. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y serta mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y masih menggunakan aplikasi SPSS 16.

Dari hasil penelitian ini, menunjukkan besar korelasi koefisien Spearman (rho) adalah 0,451. Berdasarkan skala Guilford, hasil 0,634 menunjukkan hubungan yang cukup berarti maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara penggunaan jaringan Wi-Fi di kawasan kampus USU terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif mahasiswa USU.


(3)

KATA PENGANTAR Bismillahirahmannirrahim

Syukur allhamdulilah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-NYA, sehingga peniliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “ Penggunaan Jaringan Wi-Fi dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif “ (Studi Korelasional Penggunaan Jaringan Wi-Fi terhadap Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Mahasiswa USU). Tak lupa salawat berangkaikan salam peneliti haturkan kepada sang penyelamat Nabi Besar Muhammad Saw yang telah membawa manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa isi dari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam mencari, mengumpulkan dan mengolah data penelitian. Meskipun demikian, peneliti berusaha secara maksimal agar tulisan ini dapat tersusun sebaik mungkin. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti terbuka atas segala kritikan dan saran yang membangun dari pembaca, sebagai masukan untuk menyempurnakan tulisan ini.

Penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir peneliti dimungkinkan berkat bantuan berbagai pihak. Maka sudah pada tempatnya peneliti menyampaikan penghargaan dan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya pada mereka yang banyak membantu dan mendukung peneliti dalam menulis skripsi ini.

Pertama sekali peneliti mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada orang tua yakni Ayahanda Rustam Effendy Siregar dan Ibunda Dewi Iriani atas perhatian, didikan, bimbingan, serta kasih sayang dan doa yang tak pernah putus untuk menjadikan kami anak yang terbaik. Untuk Adri Akbar, Renny, Dedi dan Rika yang selalu memberikan kebaikan dan ketulusan dalam memotivasi peneliti agar menggapai gelar sarjana, serta kepada seluruh keluarga yang selalu memberikan keceriaan dan senyuman dikala penat melanda.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini peneliti tidak hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri. Begitu banyak pihak yang memberikan kontribusi, baik berupa materi, pikiran, maupun dorongan semangat dan motivasi. Oleh karena iu melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA dan Ibu Dra.Dayana, M.Si selaku ketua dan juga sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi yang begitu baik dan memotivasi penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Haris Wijaya S.Sos, M.Comm selaku dosen pembimbing peneliti, terimaksih yang tak terhingga penulis ucapkan atas kebaikan dan pengetahuan yang telah banyak bapak


(4)

berikan dalam membimbing peneliti sehingga memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Para dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang selalu memberikan contoh, masukan serta teladan yang patut ditiru oleh peneliti berupa semangat untuk terus belajar dan meraih cita-cita.

5. Kak Ros, Bang Ria, Kak Icut, Kak Maya dan seluruh staf tenaga ahli Fisip USU untuk semua dukungannya.

6. Teman-teman kampus : Reza, Budi, Rangga, Ryan, Bayu, Risyad, serta semua teman-teman kampus yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

7. Untuk Anggi Rahma Putri Lubis terimakasih banyak atas dukungan dan kebaikannya.

Medan, September 2011 Peneliti


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAKSI ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...ix

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 5

I.3 Pembatasan Masalah ... 5

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

I.4.1 Tujuan Penelitian ... 5

I.4.2 Manfaat Penelitian ... 6

I.5 Kerangka Teori ... 6

I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 7

I.5.2 Teknologi Komunikasi ... 8

I.5.3 Mediamorfosis ... 10

I.5.4 Internet dan Jaringan Wi-Fi ... 11

I.5.5 Uses and Gratification Model... 14

I.6 Kerangka Konsep ... 16

I.7 Model Teoritis ... 17

I.8 Variabel Operasional ... 18

I.9 Defenisi Operasional ... 18

1.10 Hipotesis ... 20

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi Massa ... 21

II.1.1 Pengertian Komunikasi ... 21

II.1.2 Fungsi dan Tujuan Komunikasi ... 22

II.1.3 Komunikasi Massa ... 25

II.1.4 Karakteristik, Fungsi dan Efek Komunikasi Massa ... 25

II.2 Teknologi Komunikasi ... 28

II.3 Media Morfosis ... 31

II.4 Internet dan Jaringan Wi-Fi ... 34

II.4.1 Sekilas mengenai Internet ... 34

II.4.2 Dampak yang dihasilkan oleh Internet ... 36

II.4.3 Internet dan Jaringan Wi-Fi ... 38


(6)

II.5.1 Kritik Teori Uses and Gratification ... 46

II.5.2 Perkembangan Terkini dalam Penelitian Manfaaat dan Gratifikasi ...47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi lokasi penelitian ... 49

III.1.1 Sejarah dan Perkembangan Universitas Sumatera Utara ... 49

III.1.2 Infrastruktur Universitas Sumatera Utara ... 52

III.1.3 Visi, Misi dan Tujuan Universitas Sumatera Utara ... 55

III.1.4 Pilihan Program Studi ... 56

III.1.5 Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara ... 58

III.2 Metode Penelitian ... 60

III.3 Lokasi Penelitian ... 61

III.4 Populasi dan Sampel ... 61

III.5 Teknik Penarikan Sampel ... 65

III.6 Teknik Pengumpulan Data ... 66

III.7 Teknik Analisis Data ... 66

III.7.1 Analisis Tabel Tunggal ... 66

III.7.2 Analisis Tabel Silang ... 67

III.8 Uji Hipotesis ... 67

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan pengumpulan data ... 69

IV.1.1 Tahap Awal ... 69

IV.1.2 Pengumpulan Data ... 69

IV.2 Teknik Pengolahan Data ... 70

IV.3 Analisis Tabel Tunggal ... 71

IV.3.1 Karakteristik responden ... 71

IV.3.2 Penggunaan Jaringan Wi-Fi ... 74

IV.3.3 Pemenuhan Kebutuhan Kognitif mahasiswa USU ... 84

IV.4 Analisis Tabel Silang ... 90

IV.5 Uji Hipotesis ... 98

IV.6 Pembahasan ... 100

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan ... 104

V.2 Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

 


(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

1 Variabel Operasional ... 18

2 Infrastruktur Universitas Sumatera Utara ... 53

3 Populasi Penelitian Mahasiswa Universitas Sumatera Utara…63 4 Jumlah Sampel Setiap Fakultas ... 65

5 Jenis Kelamin Responden ... 72

6 Fakultas responden ... 72

7 Uang saku responden ... 73

8 Frekuensi menggunakan Wi-Fi ... 74

9 Tingkat kepuasan terkait frekuensi menggunakan jaringan Wi-Fi ... 75

10 Kemampuan frekuensi mengakses internet dalam memenuhi kebutuhan informasi ... 76

11 Fasilitas jaringan Wi-Fi USU sudah memadai ... 77

12 Ketertarikan menggunakan jaringan Wi-Fi USU kebutuhan informasi ... 78

13 Ketepatan menggunakan jaringan Wi-Fi ... 79

14 Lokasi mengakses Wi-Fi yang selalu sama ... 80

15 Kestrategisan lokasi Wi-Fi USU ... 81

16 Penilaian terkait koneksi jaringan Wi-Fi USU ... 82

17 Kepuasan akan informasi melalui jaringan Wi-Fi USU ... 83

18 Jaringan Wi-Fi mampu memperteguh pengetahunan ... 84

19 Kebebasan mengakses jariangan WiFi di kawasan USU ... 85

20 Pendapat mengnai penggunaan fasilitas Jaringan WiFi yang cukup bebas dikawansan kampus USU ... 86

21 Pengawasan penggunaan jaringan WiFi dikawasan kampus USU ... 87

22 Informasi yang di akses melalui jaringan WiFi sesuai dengan Informasi sebnarnya ... 88


(8)

23 Kepercayaan terhadap jariangan WiFi ... 89

24 Kelayakan mengunakan jaringan internet sebagai sumber informasi ... 90

25 Hubungan antara kestrategisan lokasi WiFi dikawasan Kampus USU dan pendapat mengenai bebasnya menggunakan jaringan WiFi di kawasan kampus USU ... 92

26 Hubungan antara ketepatan mnggunakan jaringan WiFi USU Untuk memenuhi kebutuhan informasi dan Kelayakan untuk mempercayai informasi yang di akses Melalui internet ... 94

27 Hubungan antara fasilitas WiFi memadai yang disediakan Kampus USU dan perlunya pihak USU melakukan Pengawasan penggunaan jariangan WiFi di kampus ... 96

28 Hasil uji korelasi Spearman ... 98

29 Sikap terhadap kegiatan ... 80

30 Merasakan perubahan setelah meminum susu ... 81

31 Program memberikan perubahan terhadap pola hidup ... 82

32 Hubungan antara tahu akan tujuan kegiatan jalan sehat 10.000 langkah bersama Anlene dengan tanggapan terhadap kegiatan jalan sehat 10.000 langkah bersama Anlene ... 84

33 Hubungan antara pemilihan lokasi kegiatan jalan sehat 10.000 langkah bersama Anlene dengan sikap terhadap kegiatan jalan sehat 10.000 langkah bersama Anlene ... 86

34 Hubungan antara mengerti akan mekanisme program karena mengerti terhadap informasi yang disampaikan mengenai jalan sehat 10.000 langkah bersama Anlene ... 88

35 Hasil uji korelasi Spearman ... 90


(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman 1 Model Teoritis ... 17 2 Bagan Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara ... 60  

     


(10)

 

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Penggunaan Jaringan Wi-Fi dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif (Studi Korelasional Penggunaan Jaringan Wi-Fi terhadap Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Pada Mahasiswa USU) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan jaringan Wi-Fi di kawasan kampus USU terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif mahasiswa USU.

Adapun teori yang dianggap relevan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komunikasi dan Komunikasi Massa, teknologi komunikasi, Mediamorfosis, Internet dan Jaringan Wi-Fi, serta Uses and Gratifications Theory. Penelitian ini menggunakan studi korelasional, yakni meneliti sejauh mana pengaruh antara penggunaan jaringan Wi penggunaan jaringan Wi-Fi di kawasan kampus USU terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif mahasiswa USU -Fi di kawasan kampus USU terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif mahasiswa USU.

Populasi dalam penelitian ini adalah para mahasiswa Universitas Sumatera Utara angkatan 2009/2010 yang berjumlah 2.619 orang. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 94 orang. Teknik Penarikan Sampel menggunakan Proportional Stratified Sampling dan purposive sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank

Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System

Solution (SPPS) 16. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y serta mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y masih menggunakan aplikasi SPSS 16.

Dari hasil penelitian ini, menunjukkan besar korelasi koefisien Spearman (rho) adalah 0,451. Berdasarkan skala Guilford, hasil 0,634 menunjukkan hubungan yang cukup berarti maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara penggunaan jaringan Wi-Fi di kawasan kampus USU terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif mahasiswa USU.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Perubahan terbesar di bidang komunikasi 40 tahun terakhir (sejak munculnya Televisi) adalah penemuan dan pertumbuhan Internet. Internet memungkinkan hampir semua orang di belahan dunia mana pun untuk saling berkomunikasi dengan cepat dan mudah (Severin dan Tankard, 2005: 443). Kehadiran Internet juga telah memberi pengaruh cukup besar terhadap cara orang bersosialisasi dengan orang lainnya. Perkembangan Internet, membuat para ahli mengembangkan jaringan-jaringan untuk mengakses Internet. Salah satu jaringan-jaringan tersebut yaitu jaringan Wi-Fi. Wi-Fi merupakan kependekan dari Wireless Fidelity, yang memiliki pengertian yaitu sekumpulan standar yang digunakan untuk Jaringan Lokal Nirkabel (Wireless Local Area Networks - WLAN) yang didasari pada spesifikasi IEEE 802.11. Standar terbaru dari spesifikasi 802.11a atau b, seperti 802.16 g, saat ini sedang dalam penyusunan, spesifikasi terbaru tersebut menawarkan banyak peningkatan mulai dari luas cakupan yang lebih jauh hingga kecepatan transfernya.

Istilah WI-FI diciptakan oleh sebuah organisasi bernama WI-FI Alliance yang bekerja menguji dan memberikan sertifikasi untuk perangkat-perangkat WLAN. Teknologi WLAN (menggunakan standar radio 802.11 yang sekarang umum disebut dengan Wi-Fi) telah menjadi teknologi inventori yang handal. Sekarang kondisinya meluas. Perangkat wireless diuji berdasarkan interoperabilitasnya dengan perangkat-perangkat wireless lain yang menggunakan standar yang sama. Setelah diuji dan lulus, sebuah perangkat akan diberi sertifikasi “WI-FI certified”. Artinya perangkat ini bisa bekerja dengan baik dengan perangkat-perangkat wireless lain yang juga bersertifikasi ini. WI-FI sudah banyak digunakan di berbagai sektor seperti bisnis, akademis, perumahan, dan banyak lagi. Teknologi Wi-Fi ini


(12)

dapat juga digunakan untuk kegiatan memindahkan inventori secara cepat, memobilisasi para floor manager dan meningkatkan kepuasaan pelanggan.

Awalnya Wi-Fi ditujukan untuk penggunaan perangkat nirkabel dan Jaringan Area Lokal (LAN), namun saat ini lebih banyak digunakan untuk mengakses internet. Hal ini memungkinan seseorang dengan komputer dengan kartu nirkabel (wireless card) atau

Personal Digital Assistant (PDA) untuk terhubung dengan internet dengan menggunakan titik

akses (atau dikenal dengan hotspot) terdekat. Tingginya animo masyarakat khususnya di kalangan komunitas Internet dengan menggunakan teknologi Wi-Fi dikarenakan kemudahan akses yang artinya, para pengguna dalam satu area dapat mengakses Internet secara bersamaan tanpa perlu direpotkan dengan kabel. Konsekuensinya, pengguna yang ingin melakukan surfing atau browsing berita dan informasi di Internet, cukup membawa PDA (Personal Digital Assistant) atau laptop berkemampuan Wi-Fi ke tempat dimana terdapat access point atau hotspot.

Keseluruhan jumlah penghasilan yang diperoleh Amerika Serikat dan negara-negara Eropa dari bisnis Internet berbasis teknologi Wi-Fi hingga akhir tahun 2003 diperkirakan berjumlah 5.4 trilliun dollar Amerika atau meningkat sebesar 33 milyar dollar Amerika dari tahun 2002 (www.analysys.com). Di Indonesia sendiri, penggunaan Internet berbasis Wi-Fi sudah mulai menggejala di beberapa kota besar. Di Jakarta, misalnya, para maniak Internet yang sedang berselancar sambil menunggu pesawat lepas landas di ruang tunggu bandara, sudah bukan merupakan hal yang asing.

Fenomena yang sama terlihat di berbagai kafe, seperti Kafe Starbuck dan La Moda Cafe di Plaza Indonesia, Coffee Club Senayan dan Kafe Mister Bean Coffee di Cilandak Town Square, dimana pengunjung dapat membuka Internet untuk melihat berita politik atau gosip artis terbaru sembari menyeruput cappucino panas. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa bisnis dan kuantitas pengguna teknologi Wi-Fi cenderung meningkat, dan


(13)

secara ekonomis hal itu berimplikasi positif bagi perekonomian nasional suatu negara, termasuk Indonesia.

Meskipun demikian, pemerintah seyogyanya menyikapi fenomena tersebut secara bijak dan hati-hati. Pasalnya, secara teknologis jalur frekuensi, baik 2,4 GHz maupun 5 GHz yang menjadi wadah operasional teknologi Wi-Fi tidak bebas dari keterbatasan (Kompas, 5/2/2004). Pasalnya, pengguna dalam suatu area baru dapat memanfaatkan sistem Internet nirkabel ini dengan optimal, bila semua perangkat yang dipakai pada area itu menggunakan daya pancar yang seragam dan terbatas.

Perkembangan Wi-Fi sampai merambat di kawasan perkampusan. Seperti halnya di USU memiliki jaringan Wi-Fi yang bernama USU-NETA. USU-NETA terdapat di setiap area yang memiliki lambang USU-Neta misalnya di setiap fakultas, di perpustakaan dan lain-lain. Dengan tersedianya fasilitas Wi-Fi di kawasan kampus, membuat mahasiswa dengan mudah dalam mengakses Internet untuk memenuhi kebutuhan informasi baik itu di bidang akademik, ataupun non akademik. Penggunaan jaringan Wi-Fi ini sangat membantu dalam proses pemenuhan kebutuhan kognitif mahasiswa USU.

Perkembangan kognitif merupakan salah satu perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengetahuan, yakni semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Setiap pengalaman individu mengandung proses asimilasi dan akomodasi. Apabila individu mempunyai struktur kognitif dengan yang bersangkutan maka akan terjadi asimilasi, tetapi pada keadaan di mana tidak ada struktur kognitif, maka perlu adanya proses akomodasi. Dari berbagai pengertian yang telah disebutkan di atas dapat dipahami bahwa kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses


(14)

psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang sejauhmanakah hubungan antara penggunaan jaringan Wi-Fi terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif di kalangan mahasiswa USU.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalh sebagai berikut:

“Sejauhmanakah hubungan antara penggunaan jaringan Wi-Fi terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif di kalangan mahasiswa USU?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti menetapkan batasan masalah yang lebih jelas dan spesifik mengenai hal-hal yang diteliti.

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian bersifat korelasional yang mencari atau menjelaskan hubungan antara penggunaan jaringan Wi-Fi dengan pemenuhan kebutuhan kognitif, serta menguji hipotesis.


(15)

b. Objek penelitian adalah mahasiswa S-1 USU angkatan 2009/2010 yang menggunakan fasilitas jaringan Wi-Fi.

c. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai September 2011.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat penggunaan fasilitas jaringan Wi-Fi. b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi-informasi yang dibutuhkan

mahasiswa dalam menggunakan jaringan Wi-Fi.

c. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara penggunaan jaringan Wi-Fi dengan pemenuhan kebutuhan kognitif di kalangan mahasiswa USU.

I.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memeperluas dan memperkaya bahan referensi, bahan penelitian serta bacaan di lingkungan Ilmu Komunikasi FISIP USU. b. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian serta

menambah bahan referensi dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU, khususnya mengenai media baru (new media).

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik para pebisnis Internet maupun para pengguna Internet.

I.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang


(16)

memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana maslah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001: 39-40). Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004: 6).

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah Komunikasi dan Komunikasi Massa, teknologi komunikasi, Mediamorfosis, Internet dan Jaringan Wi-Fi, serta Uses and Gratifications Theory.

I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa

Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”, yakni “sama makna” (lambang) (Ruslan, 2005: 17). Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator kepada penerima pesan sebagai komunikan yang bertujuan (feed back) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antar kedua belah pihak. Sebelum komunikator mengirimkan pesan/informasi kepada pihak komunikan, terlebih dahulu memberikan makna dalam pesan-pesan tersebut (decode). Pesan tersebut ditangkap oleh komunikasi dan diberikan makna sesuai dengan konsep yang dimilikinya (encode) (Ruslan, 2005: 69-70).

Menurut Gary Cronkite dalam bukunya “Communication Awarness”, Cuming Publishing, Co. Inc. California, 1976 (Ruslan, 2005: 86-87), ada empat pendekatan atau asumsi pokok untuk memahami tentang komunikasi, yaitu:

a. Komunikasi merupakan suatu proses (communication is a process).

b. Komunikasi adalah suatu pertukaran pesan (communication is message transactive). c. Komunikasi merupakan interaksi yang bersifat multi dimensi (communication is multi

dimensional), yaitu berkaitan dengan dimensi dan karakter komunikator (sources), pesan (message) yang akan disampaikan, media (channels or as tools) yang dipergunakan, komunikan (audience) yang akan menjadi sasarannya, dan dampak (efect) yang ditimbulkan.


(17)

d. Komunikasi merupakan interaksi yang mempunyai tujuan-tujuan atau maksud ganda (communication is multi-purposeful).

Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri 1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan aluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpancar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004: 3).

Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media (Effendy, 2003:80). Menurut Nodenstreng dan Varis (1973), ada empat titik penentu yang utama dalam sejarah komunikasi manusia (Bungin, 2006: 107), yaitu:

1. Ditemukannya bahasa sebagai alat interaksi tercanggih manusia.

2. Berkembangnya seni tulisan dan berkembangnya kemempuan bicara manusia dengan menggunakan bahasa.

3. Berkembangnya kemampuan reproduksi kata-kata tertulis (written words) dengan menggunakan alat pencetak, sehingga memungkinkan terwujudnya komunikasi massa dan sebagainya.

4. Lahirnya komunikasi elektronik, mulai dari telegraf, telepon, radio, televisi hingga satelit.

Berkembangnya keempat titik penentu dalam sejarah komunikasi merupakan puncak prestasi peradaban umat manusia, mengungguli siapa pun makhluk Tuhan di alam jagad raya. Dari empat titik tersebut kemudian manusia berkembang bersama semua aspek kehidupan manusia yang membedakannya dengan makhluk lainnya.

I.5.2 Teknologi Komunikasi

Teknologi komunikasi adakah suatu penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi. Rogers (1996) mendefinisikan teknologi komunikasi sebagai alat perangkat keras, struktur organisasi dan nilai-nilai sosial


(18)

yang digunakan, untuk mengumpulkan, memproses dan mempertukarkan informasi dengan orang lain (Lubis, 1997: 42).

Perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini berlangsung demikian pesatnya sehingga para ahli menyebut gejala ini sebagai suatu revolusi. Sekalipun kemajuan tersebut masih dalam perjalanannya, sejak sekarang sudah dapat diperkirakan terjadinya perubahan di bidang komunikasi maupun bidang-bidang kehidupan lain yang berhubungan, sebagai implikasi dari perkembangan keadaan yang dimaksud. Perubahan-perubahan yang kelak terjadi, terutama disebabkan berbagai kemampuan dan potensi teknologi komuniksai tersebut, yang memungkinkan manusia untuk saling berhubungan dan memenuhi kebutuhan komunikasi secara hampir tanpa batas (Nasution, 1989: 6).

Bell (1979) menyebutkan beberapa wujud sistem komunikasi yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi (Nasution, 1989: 11), yaitu:

1. Jaringan pengolahan data yang kelak memungkinkan orang berbelanja cukup dengan menekan tombol-tombol komputer di rumah masing-masing. Pesanan akan dikirimkan langsung ke rumah pemesan oleh toko tempat belanja.

2. Bank informasi dan sistem penelusuran, yang memungkinkan pemakainya menelusuri informasi yang diperlukan serta memeproleh kopi cetakannya dalam sekejap mata. 3. Sistem teleteks, yang menyediakan informasi mengenai segala rupa kebutuhan. Seperti

berita, cuaca, informasi finansial, iklan terklasifikasi, katalog segala macam produk dan sebagainya lewat televisi di rumah masing-masing.

4. Sistem faksimili, yang memungkinkan pengiriman dokumen secara elektronik.

5. Jaringan komputer interaktif, yang memungkinkan pihak-pihak berkomunikasi mendiskusikan informasi melalui komputer.

I.5.3 Mediamorfosis

Proses terjadinya mediamorfosis tergantung pada berbagai macam kekuatan-kekuatan budaya (kultural) yang ada di dalam masyarakat. Hal inilah yang menentukan cepat lambatnya inovasi, perkembangan, penetrasi, adopsi dan aplikasi sebuah teknologi


(19)

komunikasi. Transformasi media komunikasi, biasanya sebagai akibat dari interplay rumit dari kebutuhan-kebutuhan yang dibayangkan, tekanan-tekanan kompetitif dan politis serta inovasi-inovasi dan teknologis.

a. Kekuatan-kekuatan Sosial

Kekuatan sosial menyangkut pada kebiasaan-kebiasaan masyarakat tertentu dalam berinteraksi dengan sesamanya. Ciri tertentu menentukan ciri komunikasi dan menggunakan media-media komunukasi tertentu pula. Semisal tidak semua masyarakat membeli telepon selular hanya untuk kebutuhan-kebutuhan esensial berkomunikasi. Tetapi ada kalangan pengguna lainnya melihat teknologi ini sebagai alat penunjuk identitas mereka, yang membuat mereka berbeda dengan orang lain. Inilah cara mereka berkomunikasi dengan sesama atau dengan orang lain, atau agar mereka ingin diterima dalam kelompok tertentu. Ini terkait dengan apa yang dikatakan oleh Fidler, bahwa teknologi pada akhirnya akan membentuk kelompok (komunitasnya sendiri). Hal ini akhirnya juga menentukan proses inovasi selanjutnya.

b. Kekuatan Politis

Kebijakan-kebijakan politik sebuah negara di mana produk teknologi ditemukan, dikembangkan atau dijual sangat menentukan apakah produk itu akan diterima masyarakat. Ini tercermin dari berbagai regulasi terhadap beberapa elemen-elemen yang mendukungnya. Misalnya Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2003, Undang-Undang Pers No. 40 Tahun 1999, Undang-undang Telekomunikasi, Undang-undang Telematika, sekarang akan dicetuskan Undang-undang Kebebasan Informasi dan lain sebagainya.

c. Kekuatan Ekonomi

Kemampuan untuk mengadopsi teknologi komunikasi ditentukan juga oleh kekuata ekonomi. Ini berdampak pada daaya beli dan kondisi finansial calon konsumen. Semakin


(20)

baik kondisi ekonomi, maka dapat dipastikan keinginan menggunakan teknologi komunikasi terbaru pasti ada. Demikian juga sebaliknya.

I.5.4 Internet dan Jaringan Wi-Fi

Menurut LaQuey (1977), Internet merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Menurut LaQuey pula, asal mula Internet adalah tercipta oleh suatu ledakan tak terduga di tahun 1969, yaitu dengan lahirnya Arpanet, suatu proyek eksperimen Kementerian Pertahanan Amerika Serikat bernama DARPA (Department of Defense Advanced Research Projects Agency) (Ardianto, 2004: 14). Menurut Sudharta (1996), Internet adalah lebih dari sekedar jaringan komputer atau pelayanan informasi. Internet adalah gambaran dinamis bahwa manusia yang mampu berkomunikasi secara bebas akan memilih untuk bersikap sosial dan tidak mementingkan diri sendiri.

Sebahagian besar komputer dan jaringan yang tersambung ke Internet masih berkaitan dengan masyarakat pendidikan dan penelitian. Kenyataan ini tidaklah mengejutkan karena Internet memang lahir dari benih penelitian. Informasi penting yang tersedia di Internet jumlahnya terus meningkat. Ini mencakup berbagai arsip gratis dan arsip umum, katalog perpustakaan, layanan pemerintah dan sebagainya, dan berbagai pangkalan data komersial. Internet ibarat cairan yang berubah setiap detik; begitu beritanya mengalir, maka pandangan yang berbeda, laporan dan aneka pendapat mengairi berbagai arsip dan forum. Perkakas pelacak canggih, dengan nama seperti Gopher, World Wide Web dan WAIS dapat membantu Anda menemukan dan membawa pulang semua sumber daya ini (Ardianto, 2004: 14).

Perkembangan Internet dengan ditujukan bahwa jumlah orang pengakses Internet kian hari semakin meningkat, maka para ahli mempermudah dalam mengakses Internet dengan ditemukannya teknologi jaringan Internet yaitu Wi-Fi. Wi-Fi merupakan kependekan dari


(21)

Wireless Fidelity, yang memiliki pengertian yaitu sekumpulan standar yang digunakan untuk Jaringan Lokal Nirkabel (Wireless Local Area Networks - WLAN) yang didasari pada spesifikasi IEEE 802.11. Wi-Fi dirancang berdasarkan spesifikasi IEEE 802.11. Sekarang ini ada empat variasi dari 802.11, yaitu: 802.11a, 802.11b, 802.11g dan 802.11n.

Di banyak bagian dunia, frekuensi yang digunakan oleh Wi-Fi, pengguna tidak diperlukan untuk mendapatkan ijin dari pengatur lokal (misal, Komisi Komunikasi Federal di A.S.). 802.11a menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dan oleh sebab itu daya jangkaunya lebih sempit, lainnya sama. Secara teknis operasional, Wi-Fi merupakan salah satu varian teknologi komunikasi dan informasi yang bekerja pada jaringan dan perangkat WLAN (wireless local area network). Dengan kata lain, Wi-Fi adalah sertifikasi merek dagang yang diberikan pabrikan kepada perangkat telekomunikasi (internet) yang bekerja di jaringan WLAN dan sudah memenuhi kualitas kapasitas interoperasi yang dipersyaratkan.

Teknologi internet berbasis Wi-Fi dibuat dan dikembangkan sekelompok insinyur Amerika Serikat yang bekerja pada Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE) berdasarkan standar teknis perangkat bernomor 802.11b, 802.11a dan 802.16. Perangkat Wi-Fi sebenarnya tidak hanya mampu bekerja di jaringan WLAN, tetapi juga di jaringan Wireless Metropolitan Area Network (WMAN). Konsekuensinya, pengguna yang ingin melakukan surfing atau browsing berita dan informasi di Internet, cukup membawa PDA (pocket digital assistance) atau laptop berkemampuan Wi-Fi ke tempat dimana terdapat access point atau hotspot. Hardware Wi-Fi yang ada di pasaran saat ini ada berupa PCI, USB, PCMCIA dan Compact Flash.

Media wireless yang tidak kasat mata menawarkan cukup banyak keuntungan bagi

penggunanya. Berikut ini adalah beberapa keuntungannya (http://gudanginformasipengetahuan.blogspot.com):


(22)

1. Meningkatkan Produktivitas Jaringan WLAN sangat mudah untuk diimplementasikan, dapat meneruskan informasi tanpa seutas kabel pun, sangat fleksibel karena bisa diimplementasikan hampir di semua lokasi dan kapan saja, dan pengguna pun tidak terikat di satu tempat saja. Para penggunanya tentu dapat melakukan pekerjaan dengan lebih mudah, akibatnya pekerjaan menjadi lebih cepat dilakukan. Berdasarkan faktor inilah, wireless LAN tentunya dapat secara tidak langsung meningkatkan produktivitas kerja dari para penggunanya.

2. Cepat dan sederhana implementasinya. Implementasi jaringan WLAN terbilang mudah dan sederhana. Mudah karena hanya perlu memiliki sebuah perangkat penerima dan pemancar untuk membangun sebuah jaringan wireless.

3. Fleksibel Media wireless LAN dapat menghubungkan Anda dengan jaringan pada tempat-tempat yang tidak bisa diwujudkan oleh media kabel. Jadi fleksibilitas media wireless ini benar-benar tinggi karena Anda bisa memasang dan menggunakannya di mana saja dan kapan saja, misalnya di pesta taman, di ruangan meeting darurat dan banyak lagi.

4. Dapat mengurangi biaya investasi. Wireless LAN sangat cocok bagi Anda yang ingin menghemat biaya yang akan dikeluarkan untuk membangun sebuah jaringan komunikasi data. Tanpa kabel berarti juga tanpa biaya, termasuk biaya kabelnya sendiri, biaya penarikan, biaya perawatan dan masih banyak lagi.

5. Skalabilitas, dengan menggunakan media wireless LAN, ekspansi jaringan dan konfigurasi ulang terhadap sebuah jaringan tidak akan rumit untuk dilakukan seperti halnya dengan jaringan kabel. Di sinilah nilai skalabilitas jaringan WLAN cukup terasa.

I.5.5 Uses and Gratifications Model

Model ini merupakan pergeseran fokus dari tujuan komunikator ke tujuan komunikan. Model ini menentukan fungsi komunikasi massa dalam melayani khalayak (Effendy, 2003:


(23)

289). Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atas kebutuhan sesorang. Oleh karena itu, sebagian besar perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan individu (Ardianto, 2004: 70-71).

Katz, Blumler dan Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori uses and gratifications (Ardianto, 2004: 71), yaitu:

1. Khalayak dianggap aktif, artinya khalayak sebagai bagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan;

2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuas kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak;

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan;

4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak. Artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu;

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

Motif kebutuhan-kebutuhan khalayak (Effendy, 2003: 294), yaitu: 1) Cognitive needs (Kebutuhan kognitif):

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan; juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita.

2) Affective needs (Kebutuhan afektif):

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.

3) Personal integrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif):

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dari suatu individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri.

4) Social integrative needs (Kebutuhan sosial secara integratif):

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafilisasi.

5) Escapist needs (Kebutuhan Pelepasan):

Kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindari tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman.


(24)

I.6 Kerangka Konsep

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 2006: 33). Konsep adalah generalisasi dan sekelompok fenomena yang sama. Sebagai hal yang umum konsep dibangun dari teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang akan ditelti (Bungin, 2005:57).

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Perumusan kerangka konsep ini merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 2001:40).

Agar konsep-konsep tersebut dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adlah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor unsur lain (Nawawi, 2001: 56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan jaringan Wi-Fi.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 2001: 57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan kognitif di kalangan mahasiswa USU.


(25)

Variabel antara adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, atau tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 2001: 58). Variabel antara berada di antara variabel bebas dan variable terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dengan karakteristik responden.

I.7 Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigm yang mentransformasikan permasalahan-permasalahan terkait antara satu dengan lainya. Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut:

Gambar 1 Model Teoritis

I.8 Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka dapat dibuat operasional variabel untuk membentuk kesatuan dan kesesuain dalam penelitian. Adapun operasionalisasi variabel dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1

Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden

Variabel Terikat (Y) Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Variabel Bebas (X)


(26)

Variabel Bebas (X)

Penggunaan Jaringan Wi-Fi

a. Frekuensi menggunakan jaringan Wi-Fi

b. Intensitas menggunakan jaringan Wi-Fi

c. Lokasi menggunakan jaringan Wi-Fi

Variabel Terikat (Y)

Pemenuhan Kebutuhan Kognitif

a. Peneguhan informasi b. Surveillance (Pengawasan) c. Eksplorasi realitas

Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin b. Fakultas c. Uang saku

I.9 Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006: 46).

Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Bebas (Pengguna Jaringan Wi-Fi)

a. Frekuensi menggunakan jaringan Wi-Fi adalah kuantitas dalam menggunakan jaringan Wi-Fi.

b. Intensitas menggunakan jaringan Wi-Fi adalah kualitas dalam menggunakan jaringan Wi-Fi.

c. Lokasi menggunakan jaringan Wi-Fi adalah tempat hotspot yang digunakan responden dalam mengakses jaringan Wi-Fi.

2. Variabel Terikat (Pemenuhan Kebutuhan Kognitif)

a. Peneguhan informasi adalah memperkuat informasi yang sudah ada sebelumnya b. Surveillance (pengawasan) adalah menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran


(27)

diterima mahasiswa tidak hanya mengandung aspek negatif maupun positif, keduanya harus diberi pengawasan.

c. Eksplorasi realitas adalah melihat kesesuaian antara informasi yang diakses melalui jaringan Wi-Fi dengan dunia realitas yang sebenarnya.

3. Variabel Antara (Karakteristik Responden)

a. Jenis Kelamin adalah jenis kelamin responden (pria atau wanita).

b. Fakultas adalah unsur pelaksana akademik untuk

mengkoordinasikan/melaksanakan pendidikan profesional dalam satu perangkat cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau kesenian tertentu.

c. Uang saku adalah besarnya uang yang diberikan oleh orangtua perbulannya.

I.10 Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun, 2006: 43). Hipotesis adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi, 2001: 44).

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat hubungan antara penggunaan jaringan Wi-Fi terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif di kalangan mahasiswa USU.

Ha : Terdapat hubungan antara penggunaan jaringan Wi-Fi terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif di kalangan mahasiswa USU.


(28)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa

Liliweri (1991: 1), menjelaskan bahwa di dalam kehidupan setiap hari semua orang selalu berbicara tentang komunikasi atau paling tidak menggunakan kata komunikasi. Namun demikian tidak banyak yang benar-benar mengerti makna kata-kata komunikasi yang selalu dibicarakan atau bahkan pernah dilaksanakan.

II.1.1 Pengertian Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari bahasa Latin

communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti

“membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2005: 4). Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2004: 5).

Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in

Society (dalam Effendy, 2005: 10), mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan

komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?

Paradigma Laswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:


(29)

- Pesan (message)

- Media (channel, media)

- Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient) - Efek (effect, impact, influence)

Jadi berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

II.1.2 Fungsi dan Tujuan Komunikasi

Adapun fungsi dari komunikasi (dalam Effendy, 2005: 8) adalah sebagai berikut: a. Menyampaikan informasi (to inform)

b. Mendidik (to educate) c. Menghibur (to entertain) d. Mempengaruhi (to influence)

Widjaja (2000: 64), menjelaskan apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar-menukar data, fakta dan ide maka fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah sebagai berikut:

1. Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

2. Sosialisasi (pemasyarakatan), penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif di dalam mesyarakat.


(30)

3. Motivasi, menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

4. Perdebatan dan diskusi, menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau penyelesaian perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dengan masalah yang menyangkut kepentingan bersama.

5. Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6. Memajukan kehidupan, meyebarkan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan kebudayaan dengan memperluas horison seseorang, serta membangun imajinasi dan mendorong kreativitas dan kebutuhan estetiknya.

7. Hiburan, penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan imaji dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik, olahraga, kesenangan kelompok, dan individu.

8. Intergrasi, menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar dapat saling kenal dan mengerti serta menghargai kondisi pandangan dan keinginan orang lain.

Adapun tujuan dari komunikasi (dalam Effendy, 2005: 8) adalah sebagai berikut: a. Perubahan sikap (attitude change)

b. Perubahan pendapat (opinion change) c. Perubahan perilaku (behavior change) d. Perubahan sosial (social change)


(31)

Menurut Widjaja (2000: 109), tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan, yakni kepentingan sumber/pengirim/komunikator dan kepentingan penerima/komunikan. Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan sumber yaitu:

a. Memberikan informasi b. Mendidik c. Menyenangkan/menghibur d. Mengajukan suatu tindakan/persuasi.

Sedangkan tujuan komunikasi dari sudut kepentingan penerima yaitu: a. Memahami Informasi

b. Mempelajari c. Menikmati

d. Menerima atau menolak anjuran.

II.1.3 Komunikasi Massa

Komunikasi massa ialah komunikasi melalui media massa modern. Komunikasi massa juga diartikan sebagai penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan (Effendy, 2005: 51).

Menurut Bungin (2006: 71) komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam komunikasi massa adalah:

a) Komunikator b) Media massa


(32)

d) Gatekeeper

e) Khalayak (publik), dan f) Umpan balik

II.1.4 Karakteristik, Fungsi dan Efek Komunikasi Massa

Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi, nampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini telah memberikan gambaran yang jelas mengenai komunikasi massa. Dari pengertian-pengertian yang ada maka dapat diketahui karakteristiknya yaitu:

1. Komunikator terlembaga 2. Pesan bersifat umum

3. Komunikannya anonim dan heterogen 4. Media massa minimbulkan keserempakan

5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan 6. Komunikasi bersifat satu arah

7. Stimulasi alat indra “terbatas” 8. Umpan balik tertunda (delayed)

Namun, dalam Severin dan Tankard (2005: 4) menurut Wright (1959), perubahan teknologi baru menyebabkan perubahan dalam definisi komunikasi yang mempunyai tiga ciri yaitu:

1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen dan anonim.

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.


(33)

3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.

Robert K. Merton dalam Bungin (2006: 78) mengemukakan bahwa fungsi aktivitas sosial memiliki dua aspek, yaitu fungsi nyata (manifest function) adalah fungsi nyata yang diinginkan, kedua fungsi tidak nyata atau tersembunyi (latent function), yaitu fungsi yang tidak diinginkan. Sehingga pada dasarnya setiap fungsi sosial dalam masyarakat itu memiliki efek fungsional dan disfungsional.

Fungsi komunikasi media massa sebagai bagian dari komunikasi massa terdiri atas:

A. Fungsi Pengawasan

Berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Fungsi persuasif sebagai upaya memberi reward dan punishment kepada masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukannya.

B. Fungsi Social Learning

Melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung.

C. Fungsi Penyampaian Informasi

Yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas yang memungkinkan informasi dari sebuah institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat.

D. Fungsi Transformasi Budaya

Komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa.


(34)

F. Hiburan

Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa.

Adapun efek komunikasi massa oleh Lavidge dan Steiner, 1961 dalam Severin dan Tankard (2005: 16) terdiri atas enam langkah yang dikelompokkan dalam tiga dimensi atau kategori-kategori berikut: kognitif, afektif dan konatif. Kognitif berhubungan dengan pengetahuan kita tentang segala sesuatu, afektif berhubungan dengan sikap kita terhadap sesuatu dan konatif berhubungan dengan tingkah laku kita terhadap sesuatu.

II.2. Teknologi Komunikasi

Saat ini penemuan teknologi komunikasi telah memberikan banyak kemudahan bagi manusia. Misalnya dalam melakukan informasi transaksi maupun transportasi. Perkembangan teknologi ini juga meningkatkan standar hidup manusia.

Teknologi antara lain dapat diartikan sebagai penerapan ilmu pengetahuan dalam suatu bidang. Teknologi komunikasi adalah suatu penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi. Komunikasi adalah upaya untuk menciptakan kebersamaan dalam makna (commoness in meaning). Dengan demikian, teknologi komunikasi merupakan penerapan ilmu pengetahuan guna melancarkan upaya untuk mencapai kebersamaan dalam makna antar orang dalam masyarakat (Lubis, 1997: 42).

Everett M. Rogers, 1986 dalam Bungin (2006: 111), mengatakan bahwa dalam hubungan komunikasi di masyarakat, dikenal empat era komunikasi, yaitu era tulis, era media cetak, era media telekomunikasi dan era media komunikasi interaktif. Dalam era terakhir, yakni era media komunikasi interaktif dikenal media komputer, videotext, teleconferencing,


(35)

TV kabel dan sebagainya. Berdasarkan penjelasan Rogers itulah, maka masyarakat percaya bahwa perkembangan teknologi media berkembang dimulai dari era media tulis dan cetak.

Sementara itu Haag, 2000 (dalam Bungin, 2006 : 113) membagi teknologi komunikasi informasi menjadi enam kelompok yaitu:

a. Teknologi masukan (input technology) b. Teknologi keluaran (output technology)

c. Teknologi perangkat lunak (software technology) d. Teknologi penyimpanan (storage technology)

e. Teknologi telekomunikasi (telecomunication technology)

Menurut Ploman, 1981 dalam Nasution (1990: 11), kemajuan teknologi komunikasi tersebut ditandai oleh tiga karakteristik berikut ini:

1. Tersedianya keluwesan dan kesempatan memilih di antara berbagai metode dan alat untuk melayani kebutuhan manusia dalam komunikasi. Bila pada masa lalu hanya ada alat peralatan “berat”, yang profesional dan mahal, maka kini tersedia bermacam sarana yang lebih “ringan”, metode yang hanya memerlukan keterampilan minimal, serta murah. Dengan kata lain, kini kita bisa memilih sendiri tingkat teknologi yang kita perlukan.

2. Kemungkinan mengkombinasikan teknologi, metode dan sistem-sistem yang berbeda dan terpisah selama ini. Berbagai bentuk baru transfer komunikasi dan informasi telah dimungkinkan dengan pengkombinasian tersebut.

3. Kecenderungan ke arah desentralisasi, individualisasi dalam konsep dan pola pemakaian teknologi komunikasi.

Berdasarkan karakteristik serta bentuk-bentuk wujud fisik teknologi komunikasi tersebut, dapat diperkirakan betapa luasnya potensi teknologi komunikasi sehingga penerapannya pun akan meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Teknologi komunikasi


(36)

berubah dengan begitu cepat sehingga banyak orang berbicara tentang “revolusi teknologi” atau “ledakan informasi”. Beberapa teknologi baru yang sedang dalam proses pengembangan atau yang ada sekarang adalah videotape recorder, video casette, televisi kabel, surat kabar online, akses pelayanan informasi komputer dengan komputer pribadi di rumah, internet dan World Wide Web, serta CD-ROM. Banyak teknologi ini mempunyai dampak dramatis yaitu memberikan pengguna kontrol yang jauh lebih banyak pada proses telekomunikasi dan informasi yang diterima (Severin dan Tankard, 2005: 305).

Dalam laporan US Departement of Commerce, “The Emerging Digital Economy” yang diterbitkan pada bulan Mei 1998, menyebutkan bahwa internet tumbuh dengan sangat cepat, mencapai 50 juta user, hanya dalam waktu 4 tahun sejak diperkenalkan kepada publik. Pertumbuhan ini sangat cepat dibandingkan dengan teknologi lain seperti pesawat TV, PC (Personal Computer) dan Radio (Febrian, 2005: 40).

II.3 Mediamorfosis

Proses transformasi media komunikasi yang biasanya ditimbulkan akibat hubungan timbal balik yang rumit antara berbagai kebutuhan yang dirasakan, tekanan persaingan dan politik, serta berbagai inovasi sosial dan teknologi. Mediamorfosis bukanlah sekadar teori sebagai cara berpikir yang terpadu tentang evolusi teknolgi media komunikasi. Alih-alih mempelajari setiap bentuk secara terpisah, mediamorfosis mendorong kita untuk memahami semua bentuk sebagai bagian dari sebuah sistem yang saling terkait dan mencatat berbagai kesamaan dan hubungan yang ada antara bentuk-bentuk yang muncul di masa lalu, masa sekarang dan yang sedang dalam proses kemunculannya. Dengan mempelajari sistem komunikasi secara menyeluruh, kita akan menemukan bahwa media baru tidak muncul begitu lama. Ketika bentuk-bentuk media komunikasi yang lebih baru muncul, bentuk-bentuk yang terdahulu biasanya tidak mati, terus berkembang dan beradaptasi (Fidler, 2003: 35).


(37)

Bentuk-bentuk komunikasi yang ada harus berubah dalam menanggapi kemunculan medium baru, satu-satunya pilihan lain adalah mati. Prinsip metamorfosis dan beberapa prinsip kunci mediamorfosis lainnya berasal dari tiga konsep yaitu koevolusi, konvergensi dan kompleksitas.

a. Koevolusi

Semua bentuk komunikasi, sebagaimana akan kita lihat, berkaitan dengan susunan sistem komunikasi manusia dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam kebudayaan kita. Begitu muncul dan berkembang, setiap bentuk baru, dalam beberapa waktu dan hingga tingkat yang beraneka ragam, mempengaruhi perkembangan setiap bentuk lain yang ada. Koevolusi dan koeksistensi, bukanlah rangkaian evolusi dan penggantian, telah menjadi norma sejak organisme pertama memulai debutnya di atas bumi. Kekayaaan teknologi-teknologi komunikasi yang sekarang kita terima begitu saja tidak akan mungkin terwujud jika kelahiran setiap medium baru terjadi bersamaan dengan kematian medium terdahulu (Fidler, 2003: 37).

Bentuk-bentuk khusus media, sama halnya dengan spesies, mempunyai siklus kehidupan dan akhirnya benar-benar punah, namun sebagian besar sifat dasarnya akan selalu menjadi bagian dari sistem. Sama seperti ciri-ciri biologis yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui kode-kode genetik, sifat-sifat dasar media diwujudkan dan diteruskan melalui kode-kode komunikator yang kita sebut bahasa. Bahasa, tanpa harus dibandingkan satu sama lain, telah menjadi agen perubahan yang paling berpengaruh dalam rangkaian evolusi manusia.

b. Konvergensi

Gagasan bahwa berbagai macam teknologi dan bentuk media hadir bersamaan, tampaknya sekarang hampir menjadi sesuatu yang lumrah, padahal tidak lama sebelumnya, dianggap sebagai khayalan semata. Semua teknologi komunikasi sama-sama sedang


(38)

memasuki titik genting metamorphosis, yang hanya dapat dipahami dengan tepat jika didekati sebagai subjek tunggal (Fidler, 2003: 39). Konvergensi industri media dan teknologi digital pada akhirnya akan mengarah pada bentuk-bentuk yang dikenal sebagai komunikasi multimedia. Multimedia, atau juga yang dikenal sebagai media campuran, pada umumnya didefinisikan sebagai medium yang mengintegrasikan dua bentuk komunikasi atau lebih.

Asumsi-asumsi umum bahwa konvergensi dewasa ini akan mengarah pada semakin terjadi pengurangan bentuk komunikasi, atau akhirnya pada kematian bentuk-bentuk yang ada, seperti surat kabar dan majalah, tidak didukung oleh bukti historis. Everett Rogers dan akademisi-akademisi media lain dengan jelas menunjukkan bahwa sejarah komunikasi adalah kisah tentang yang lebih. Bukannya mengkonsolidasikan atau menggantikan bentuk-bentuk terdahulu, bentuk-bentuk-bentuk-bentuk yang lebih baru cenderung bersifat khas dan menambah pada media campuran.

c. Kompleksitas

Selama perubahan besar, sebagaimana kita alami saat ini, segala sesuatu di sekeliling kita mungkin tampak berada dalam kondisi kacau, chaos dan untuk sebagian besar memang itulah yang terjadi. Chaos adalah komponen penting perubahan. Tanpanya, alam semesta akan menjadi tempat kematian dan kehidupan menjadi tidak mungkin. Dari kondisi chaos, lahir gagasan-gagasan baru yang mentransformasikan dan menghidupkan sistem-sistem.

Sistem-sistem yang mengalami chaos pada dasarnya anarkis. Demikianlah, sistem-sitem itu menunjukkan ketidakpastian yang nyaris tidak berujung dengan pola-pola jangka panjangnya yang tidak terduga, yang menjelaskan mengapa ramalan yang tepat tentang cuaca yang bekepanjangan dan ekonomi nasional menjadi tidak mungkin. Hal ini juga menjelaskan mengapa tidak seorang pun mampu memprediksikan secara akurat teknologi-teknologi media baru dan bentuk-bentuk komunikasi manakah yang akhirnya akan sukses dan manakah yang akan gagal. Kepentingan chaos bagi pemahaman kita atas mediamorfosis


(39)

dan perkembangan media baru dalam teori pada kenyataannya kurang dibandingkan dalam hubungannya dengan konsep terkait lainnya yaitu kompleksitas. Dalam konteks ini, kompleksitas mengacu pada kejadian-kejadian yang terjadi dalam sistem-sistem tertentu yang tampak mengalami chaos.

Ketika mempelajari perilaku sistem-sistem yang kompleks, para ilmuwan menemukan bahwa kekayaan interaksi yang terdapat dalam sistem-sistem kehidupan memungkinkannya menjalani pengorganisasian diri secara spontan dalam merespons kondisi-kondisi yang berubah. Dengan kata lain, sistem-sistem yang kompleks bersifat adaptif, yaitu bahwa sistem-sistem itu hanya merespons kejadian-kejadian secara pasif seperti batu yang menggelinding karena gempa bumi. Sistem-sistem itu secara aktif berusaha mengarahkan apa pun yang terjadi untuk mendapatkan keuntungan demi dirinya (Fidler, 2003: 44).

II.4 Internet dan Jaringan Wi-Fi

Perubahan terbesar di bidang komunikasi 40 tahun terakhir (sejak munculnya TV) adalah penemuan dan pertumbuhan internet (Severin dan Tankard, 2005: 443). Lahirnya era komunikasi interaktif ditandai dengan terjadinya diversifikasi teknologi informasi dengan bergabungnya telepon, radio, komputer dan televisi menjadi satu dan menandai teknologi yang disebut dengan internet (Bungin, 2006: 113). Internet merupakan salah satu solusi luar biasa yang pernah diciptakan oleh manusia, informasi apapun dan dari manapun memungkinkan untuk didapatkan melalui teknologi ini (Febrian, 2005: 1).

II.4.1 Sekilas Mengenai Internet

Internet berasal dari kata Interconnection Networking yang berarti Jaringan yang saling berhubungan. Disebut demikian karena internet merupakan jaringan komputer-komputer di seluruh dunia yang saling berhubungan dengan bantuan jalur telekomunikasi (Akbar, 2005: 10). Selain itu, internet juga merupakan kumpulan dari manusia-manusia yang


(40)

secara aktif berpartisipasi sehingga membuat internet menjadi sumber daya informasi yang sangat berharga (Febrian, 2005: 22).

Pada awalnya internet berasal dari sebuah jaringan komputer yang terdiri dari beberapa komputer yang dihubungkan dengan kabel, sehingga membentuk sebuah jaringan (network). Kemudian jaringan-jaringan tersebut saling dihubungkan lagi sehingga membentuk inter-network. Untuk bisa berhubungan dengan jaringan inter-network tersebut, sedikitnya kita harus mempunyai terminal (komputer) yang mempunyai sambungan ke jaringan lain. Langkah awalnya dimulai dengan gebrakan besar yang dilakukan di UCLA, sewaktu komputer pertama dikoneksikan ke ARPANET. ARPANET sendiri dikoneksikan ke empat site, satu di antaranya ke UCLA, selanjutnya ke Stanford Research Institute (SRI), UC Santa Barbara dan University of Utah. Internet mulai digunakan untuk kepentingan akademis dengan menghubungkan beberapa perguruan tinggi tersebut Di awal 1980-an, ARPANET terpecah menjadi dua jaringan, yaitu ARPANET dan Milnet (sebuah jaringan militer), akan tetapi keduanya mempunyai hubungan sehingga komunikasi antar jaringan tetap dapat dilakukan. Pada mulanya jaringan interkoneksi ini disebut DARPA Internet, tetapi lama kelamaan disebut sebagai internet saja (Febrian, 2005: 21).

Internet sendiri masuk ke Indonesia pada tahun 1994. Sebelumnya pada tahun 1980-an telah berdiri suatu jaring1980-an y1980-ang menghubungk1980-an 5 Universitas y1980-ang disebut deng1980-an UNInet. Pada Juni 2004 jaringan Iptek nasional, IPTEK net menjadi Internet Service Provider (ISP) pertama di Indonesia. Menurut Febrian (2005: 22) . Saat ini, terdapat lebih dari 4 juta host internet di seluruh dunia. Sejak tahun 1988, internet tumbuh secara eksponensial yang ukurannya kira-kira berlipat ganda setiap tahunnya. Istilah internet pada mulanya diciptakan oleh para pengembangnya karena mereka memerlukan kata yang dapat menggambarkan jaringan dari jaringan-jaringan yang saling terkoneksi yang tengah mereka buat waktu itu. Internet merupakan kumpulan orang dan komputer di dunia yang seluruhnya


(41)

terhubung oleh bermil-mil kabel dan saluran telepon, masing-masing pihak juga dapat berkomunikasi karena menggunakan bahasa yang umum dipakai.

II.4.2 Dampak Yang Dihasilkan Oleh Internet

Perkembangan internet yang begitu memukau dan begitu cepat dengan varian-varian programnya menjadikan bumi ini berada dalam cengkeraman teknologi (Bungin, 2006: 135). Secara umum fungsi internet adalah menyediakan suatu sarana yang memiliki standarisasi dan mendefinisikan prosedur jaringan sehingga informasi dapat saling dipertukarkan. Adapun dampak internet yaitu:

a. Dampak Negatif

1) Karena internet telah memasuki segala sektor kehidupan manusia maka muncul banyak resiko terlebih bagi kaum muda yang masih labil. Sebab dalam internet banyak hal-hal yang dapat merusak moral misalnya, situs porno dan maraknya kejahatan dalam dunia maya (cybercrime).

2) Mengalirnya arus ideologi baik itu ideologi politik, sosial, ekonomi dan budaya yang bertentangan dengan ideologi negara Indonesia yang bertentangan dengan ideologi negara Indonesia yang akan membawa pada hal-hal yang dapat melemahkan ketahanan nasional.

3) Pola hidup yang semakin individualistis. Orang kini merasa gengsi jika tidak berinternet, padahal belum tentu dia membutuhkan informasi. Penjelajahan lewat internet sangat mengasyikkan sehingga membuat orang lalai dari kehidupan sosial. Orang lebih suka bermain game atau melakukan chat yang menghabiskan begitu banyak pulsa telepon hanya sekedar mencari kesenangan.

4) Konsumerisme yang makin tinggi. Banyak orang kini melakukan online shopping lewat internet. Semakin sering akses ke internet dan mengunjungi web-web komersial semakin banyak barang-barang yang dilihat, yang pada akhirnya tergoda dan terpikat untuk


(42)

membeli. Dengan adanya kartu kredit semuanya semakin mudah saja dan inilah kombinasi yang ampuh untuk menghamburkan uang.

b. Dampak Positif

1) Mengalirnya informasi yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) baik ilmu sosial, eksakta kedokteran, filsafat,teknik dan sebagainya. Semua ini dapat menambah dan meningkatkan sumber daya manusia karena motto yang terkenal pada dua dasawarsa terakhir adalah "Siapa yang menguasai informasi dialah yang kuat”.

2) Kini adalahera globalisasi dan informasi. Dunia seperti sebuah kota. Kejadian di luar negeri bisa disaksikan di tanah air. Internet membuat semua makin mudah, cepat, tepat dan tanpa batas. Dalam sekejap informasi dapat tersebar luas.

3) Internet dapat menyadarkan umat manusia bahwasanya kita saling membutuhkan. Tak seorangpun di dunia ini dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain meski bantuan itu tidak disadarinya. Dengan internet orang bisa saling berkenalan, tukar pikiran, membagi pengalaman dan sebagainya.

Internet telah menyadarkan umat manusia bahwa seseorang, kebangsaan, tempat tinggal (negara), bahasa dan sebagainya dapat saling berkomunikasi dalam satu wadah dengan memakai protokol dan standar yang sama. Hal ini dapat menjadikan tolak ukur kepada kita semua bahwasanya manusia memiliki struktur kimiawi yang sama. Jika kita dapat menyadari semua ini, maka perbedaan di antara kita dapat dipecahkan bersama-sama pula tanpa memandang perbedaan yang ada (http://www.mybloglog.com).

II.4.3 Internet dan jaringan Wi-Fi

Pertumbuhan dramatis internet telah mempresentasikan gagasan “mediamorfosis” oleh Roger Fidler yang berarti sebagai perubahan bentuk media komunikasi yang biasanya disebabkan oleh interaksi kompleks dari kebutuhan-kebutuhan penting, tekanan-tekanan


(43)

kompetitif dan politis dan inovasi-inovasi sosial dan teknologi (Severin dan Tankard, 2005: 459).

Internet telah membentuk ruang dan waktu baru yang bersifat nirjarak dan nirwaktu yang disebut cyberspace. Hampir semua media komunikasi saat ini yang kita kenal akhirnya berkonvergensi menyatu membuat internet disebut sebagai multimedia. Sebagian buku mengelompokkan Internet yang multimedia sebagai media massa, sebagian lagi mengkategorikannya sebagai media antar pribadi. Kedua pandapat itu sama benarnya, tapi juga sama kelirunya. Karena, kedua pendapat yang bertentangan itu pada dasarnya mengingkari hakikat Internet yang multimedia.

Wi-Fi (atau Wi-fi, WiFi, Wifi, wifi) merupakan kependekan dari Wireless Fidelity, memiliki pengertian yaitu sekumpulan standar yang digunakan untuk Jaringan Lokal Nirkabel (Wireless Local Area Networks – WLAN) yang didasari pada spesifikasi IEEE 802.11. Standar terbaru dari spesifikasi 802.11a atau b, seperti 802.16 g, saat ini sedang dalam penyusunan, spesifikasi terbaru tersebut menawarkan banyak peningkatan mulai dari luas cakupan yang lebih jauh hingga kecepatan transfernya.

Awalnya Wi-Fi ditujukan untuk pengunaan perangkat nirkabel dan Jaringan Area Lokal (LAN), namun saat ini lebih banyak digunakan untuk mengakses internet. Hal ini memungkinan seseorang dengan komputer dengan kartu nirkabel (wireless card) atau personal digital assistant (PDA) untuk terhubung dengan internet dengan menggunakan titik akses (atau dikenal dengan hotspot) terdekat. Wi-Fi dirancang berdasarkan spesifikasi IEEE 802.11. Sekarang ini ada empat variasi dari 802.11, yaitu: 802.11a, 802.11b, 802.11g, and 802.11n. Spesifikasi b merupakan produk pertama Wi-Fi. Variasi g dan n merupakan salah satu produk yang memiliki penjualan terbanyak pada 2005.

Di banyak bagian dunia, frekuensi yang digunakan oleh Wi-Fi, pengguna tidak diperlukan untuk mendapatkan izin dari pengatur lokal (misal, Komisi Komunikasi Federal di


(44)

A.S.). 802.11a menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dan oleh sebab itu daya jangkaunya lebih sempit, lainnya sama. Versi Wi-Fi yang paling luas dalam pasaran AS sekarang ini (berdasarkan dalam IEEE 802.11b/g) beroperasi pada 2.400 MHz sampai 2.483,50 MHz.

Secara teknis operasional, Wi-Fi merupakan salah satu varian teknologi komunikasi dan informasi yang bekerja pada jaringan dan perangkat WLAN (wireless local area network). Dengan kata lain, Wi-Fi adalah sertifikasi merek dagang yang diberikan pabrikan kepada perangkat telekomunikasi (internet) yang bekerja di jaringan WLAN dan sudah memenuhi kualitas kapasitas interoperasi yang dipersyaratkan (http://ourn0tes.wordpress.com). Teknologi internet berbasis Wi-Fi dibuat dan dikembangkan sekelompok insinyur Amerika Serikat yang bekerja pada Institute of Electrical and Electronis Engineers (IEEE) berdasarkan standar teknis perangkat bernomor 802.11b, 802.11a dan 802.16. Perangkat Wi-Fi sebenarnya tidak hanya mampu bekerja di jaringan WLAN, tetapi juga di jaringan Wireless Metropolitan Area Network (WMAN).

Karena perangkat dengan standar teknis 802.11b diperuntukkan bagi perangkat WLAN yang digunakan di frekuensi 2,4 GHz atau yang lazim disebut frekuensi ISM (Industrial, Scientific dan Medical). Sedang untuk perangkat yang berstandar teknis 802.11a dan 802.16 diperuntukkan bagi perangkat WMAN atau juga disebut Wi-Max, yang bekerja di sekitar pita frekuensi 5 GHz. Tingginya animo masyarakat –khususnya di kalangan komunitas Internet– menggunakan teknologi Wi-Fi dikarenakan paling tidak dua faktor. Pertama, kemudahan akses. Artinya, para pengguna dalam satu area dapat mengakses Internet secara bersamaan tanpa perlu direpotkan dengan kabel. Konsekuensinya, pengguna yang ingin melakukan surfing atau browsing berita dan informasi di Internet, cukup membawa PDA (pocket digital assistance) atau laptop berkemampuan


(45)

Wi-Fi ke tempat dimana terdapat access point atau hotspot. Menjamurnya hotspot di tempat-tempat tersebut –yang dibangun oleh operator telekomunikasi, penyedia jasa Internet bahkan orang perorangan– dipicu faktor kedua, yakni karena biaya pembangunannya yang relatif murah atau hanya berkisar 300 dollar Amerika Serikat. Peningkatan kuantitas pengguna Internet berbasis teknologi Wi-Fi yang semakin menggejala di berbagai belahan dunia, telah mendorong Internet service providers (ISP) membangun hotspot yang di kota-kota besar dunia.

Beberapa pengamat bahkan telah memprediksi pada tahun 2006, akan terdapat hotspot sebanyak 800.000 di negara-negara Eropa, 530.000 di Amerika Serikat dan satu juta di negara-negara Asia. Keseluruhan jumlah penghasilan yang diperoleh Amerika Serikat dan negara-negara Eropa dari bisnis Internet berbasis teknologi Wi-Fi hingga akhir tahun 2003 diperkirakan berjumlah 5.4 trilliun dollar Amerika, atau meningkat sebesar 33 milyar dollar Amerika dari tahun 2002. Riset Juniper Research yang memproyeksikan pasar hotspot Wi-Fi pada 2012 mencapai US$68 miliar. (www.analysys.com).

II.5 Teori Uses and Gratification

Salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan sering digunakan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah Uses and Gratifications. Model Uses and Gratifications untuk pertama kali dijelaskan oleh Elihu Katz (1959) dalam suatu artikel sebagai reaksinya terhadap pernyataan Bernard Berelson (1959) bahwa penelitian komunikasi tampaknya akan mati. Katz menegaskan bahwa bidang kajian yang sedang sekarat itu adalah studi komunikasi massa sebagai persuasi. Dia menunjukkan bahwa kebanyakan penelitian komunikasi sampai waktu itu diarahkan kepada penyelidikan efek kampanye persuasi pada khalayak. Katz mengatakan bahwa penelitiannya diarahkan kepada jawaban terhadap pertanyaan Apa yang dilakukan media untuk khalayak (What do the media


(46)

do to people?). Model uses and gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak (Effendy, 2003: 289).

Model ini digambarkan sebagai a dramatic break with effects tradition of the past yaitu suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap khalayaknya tetapi lebih tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sini timbul istilah uses and gratifications, penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. Dalam asumsi ini tersirat pengertian bahwa komunikasi massa berguna (utility); bahwa komunikasi media diarahkan oleh motif (intentionality); bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivty); dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu (stubborn). Karena penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi.

Konsep dasar model ini diringkas oleh para pendirinya Katz, Blumer dan Gurevitch. Dengan model ini yang diteliti ialah (1) sumber sosial dan psikologis dari (2) kebutuhan, yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa atau sumber-sumber yang lain, yang menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media (atau keterlibatan dalam media lain), dan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) akibat-akibat lain, bahkan sering kali akibat-akibat yang tidak dikehendaki.

Anteseden variabel individual yang terdiri dari data demografis seperti usia, jenis kelamin dan faktor-faktor psikologis komunikan, serta variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial dan struktur sosial. Motif dapat dioperasionalkan dengan berbagai cara: unfungsional (hasrat melarikan diri, kontak sosial atau bermain), bifungsional (informasi-edukasi, fantasi escapist atau gratifikasi segera-tertangguhkan), empat fungsional (diversi,


(47)

hubungan personal, identitas personal dan surveillance; atau surveillance (bentuk-bentuk pencarian informasi), korelasi, hiburan, transmisi budaya) dan multifungsional.

Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. Efek media dapat dioperasionalkan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan, sebagai depedensi media, dan sebagai pengetahuan (Rakhmat, 2004: 65).

Banyak orang membaca karena merasa bahwa hal itu berterima secara sosial, dan sebagian orang merasa bahwa surat kabar merupakan hal yang tak tergantikan dalam mencari informasi mengenai berbagai persoalan yang ada di dunia. Namun demikian, banyak juga yang mencari pelarian, relaksasi hiburan dan prestise sosial. Orang-orang ini mengerti bahwa kesadaran akan persoalan-persoalan umum sangat berharga dalam percakapan. Sebagaian yang lain mencari bantuan untuk kehidupan sehari-hari mereka dengan membaca materi berkenaan dengan mode, resep makanan, ramalan cuaca maupun informasi bermanfaat lainnya.

Apa yang mendorong kita untuk menggunakan media? Mengapa kita senang acara X dan membenci acara Y? Bila anda kesepian mengapa anda lebih senang mendengarkan musik klasik dalam radio daripada membaca novel? Apakah media massa berhasil memenuhi kebutuhan kita? Inilah di antara sekian banyak pertanyaan yang berkenaan dengan uses and Gratification. Teori ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Teori menekankan bahwa khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atau kebutuhan seseorang.


(48)

Katz, Blumer dan Gurevitch (dalam Ardianto, 2004:70). menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori uses and gratifications, yaitu:

1. Khalayak dianggap aktif, artinya khalayak sebagai bagian penting dari penggunaan media masa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.

4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak. Artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

Dalam literatur tentang manfaat dan gratifikasi ada beberapa cara mengklasifikasikan kebutuhan dan gratifikasi audiens. Sebagian mengatakan soal gratifikasi langsung dan gratifikasi terabai. Peneliti lain menyebutkan sebagai informatif-mendidik dan khayali-pelarian – hiburan.

McQuail, Blumler, dan Brown (1972) (dalam Severin, 2005: 356), berdasarkan penelitian mereka di Inggris, mengusulkan kategori-kategori berikut:

1. Pengalihan – pelarian dari rutinitas dan masalah; pelepasan emosi.

2. Hubungan Personal – manfaat sosial informasi dalam percakapan; pengganti media

untuk kepentingan perkawanan.

3. Identitas Pribadi atau psikologi individu – penguatan nilai atau penambah keyakinan; pemahaman –diri; eksplorasi realitas; dan sebagainya.


(49)

4. Pengawasan – informasi mengenai hal-hal yang mungkin memengaruhi seseorang atau akan membantu seseorang melakukan atau menuntaskan sesuatu

Teori uses and gratifications dimulai di lingkungan sosial, dimana yang dilihat adalah kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut (Effendy, 2003: 294):

1. Cognitive needs (Kebutuhan Kognitif)

yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan.

2. Affective needs (Kebutuhan Afektif)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.

3. Personal intergrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri. 4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.

5. Escapist needs (kebutuhan Pelepasan)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan dan kebutuhan akan hiburan.


(1)

Saverin, W.J. dan Tankard, J. W. 2005. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam media Massa, Jakarta: Kencana.

Widjaja, A.W. 2000. Ilmu Komunikasi. Bina Aksara. Jakarta.

Internet:

www.analysys.com, akses terakhir: 23 Mei 2011

http://gudanginformasipengetahuan.blogspot.com, akses terakhir: 23 Mei 2011 www.kompasiana.com, Kompas edisi5/2/2004, akses terakhir: 6 April 2011 http:/www.mybloglog.com, akses terakhir: 23 Mei 2011

www.usu.ac.id, akses terakhir: 17 Agustus 2011 www.wikipedia.com, akses terakhir: 6 April 2011


(2)

KUESIONER

Penggunaan Jaringan Wi-Fi dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif (Studi Korelasional Penggunaan Jaringan Wi-Fi terhadap Pemenuhan Kebutuhan

Kognitif Mahasiswa USU)

Petunjuk Pengisian Kuesoner

1. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan seluruh kemungkinan jawabannya. 2. Lingkari atau berikan tanda benar () pada jawaban yang paling sesuai

menurut Anda.

3. Kotak kode yang berada di sebelah kanan pertanyaan, mohon supaya tidak diisi. 4. Peneliti sangat mengharapkan semua pertanyaan dijawab dan tidak ada yang

dilewatkan, karena setiap pertanyaan saling berhubungan. 5. Terima kasih atas kerja samanya.

A. Karakteristik Responden

No Responden

1 2 1. Jenis Kelamin:

1. Pria

2. Wanita 3

2. Fakultas: 1. Kedokteran 2. Hukum

3. Kedokteran Gigi

4. ISIP 4

5. Ekonomi 6. Psikologi

3. Uang saku:

1. < Rp.250.000,-

2. Rp.250.000- Rp.500.000,-


(3)

4. >Rp.1.000.000,-

B. Penggunaan Jaringan Wi-Fi

4. Bagaimana frekuensi anda menggunakan jaringan Wi-Fi ketika akan mengakses internet?

1. Sangat jarang(1 kali seminggu) 2. Jarang (2-3 kali seminggu)

3. Sering (4-5 kali seminggu) 6 4. Sangat sering (setiap hari)

5. Apakah anda sudah merasa puas dengan frekuensi mengakses internet anda dengan menggunakan jaringan Wi-Fi?

1. Tidak puas 2. Kurang puas

3. Puas 7

4. Sangat puas

6. Menurut anda, apakah dengan frekuensi mengakses internet menggunakan jaringan Wi-Fi mampu memenuhi kebutuhan informasi yang anda butuhkan? 1. Tidak mampu

2. Kurang mampu

3. Mampu 8

4. Sangat mampu

7. Apakah fasilitas jaringan Wi-Fi yang disediakan kampus USU sudah cukup memadai?

1. Tidak memadai 2. Kurang memadai

3. Memadai 9

4. Sangat memadai

8. Apakah anda tertarik menggunakan jaringan Wi-Fi USU untuk memenuhi kebutuhan informasi anda?

1. Tidak tertarik 2. Kurang tertarik

3. Tertarik 10

4. Sangat tertarik

9. Apakah anda merasa sudah tepat menggunakan jaringan Wi-Fi untuk mengakses internet?


(4)

1. Tidak tepat 2. Kurang tepat

3. Tepat 11

4. Sangat tepat

10. Apakah anda selalu di lokasi yang sama ketika menggunakan jaringan Wi-Fi untuk mengakses internet?

1. Tidak pernah 2. Jarang

3. Sering 12

4. Selalu

11. Menurut anda bagaimana lokasi Wi-Fi di kawasan kampus USU? 1. Tidak strategis

2. Kurang strategis

3. Strategis 13

4. Sangat strategis

12. Apakah anda merasa koneksi jaringan Wi-Fi di kawasan kampus USU baik? 1. Tidak baik

2. Kurang baik

3. Baik 14

4. Sangat baik

C. Pemenuhan Kognitif Mahasiswa USU

13. Apakah mengakses internet melalui jaringan Wi-Fi mampu memberikan informasi yang anda butuhkan?

1. Tidak mampu 2. Kurang mampu

3. Mampu 15

4. Sangat mampu

14. Apakah anda merasa puas dengan informasi yang anda dapatkan melalui jaringan Wi-Fi di kawasan kampus USU?

1. Tidak puas 2. Kurang puas

3. Puas 16

4. Sangat puas

15. Apakah penggunaan jaringan Wi-Fi mampu memperteguh pengetahuan anda akan informasi yang anda peroleh sebelumnya?


(5)

2. Kurang mampu

3. Mampu 17

4. Sangat mampu

16. Bagaimana pendapat anda mengenai penggunaan fasilitas jaringan Wi-Fi yang cukup bebas bagi para mahasiswa USU di kawasan kampus USU?

1. Tidak baik 2. Kurang baik

3. Baik 18

4. Sangat baik

17. Apakah anda setuju dengan bebasnya para mahasiswa USU menggunakan jaringan Wi-Fi di kawasan kampus USU untuk mengakses internet? 1. Tidak setuju

2. Kurang setuju

3. Setuju 19

4. Sangat setuju

18. Menurut anda, apakah pihak USU perlu melakukan pengawasan terhadap

penggunaan jaringan Wi-Fi untuk mengakses internet di kawasan kampus USU? 1. Tidak setuju

2. Kurang setuju

3. Setuju 20

4. Sangat setuju

19. Apakah menurut anda, informasi yang anda akses melalui jaringan Wi-Fi di kawasan USU sesuai dengan informasi yang sebenarnya?

1. Tidak sesuai 2. Kurang sesuai

3. Sesuai 21

4. Sangat sesuai

20. Apakah anda sebagai mahasiswa percaya seutuhnya dengan informasi yang anda dapatkan melalui akses jaringan Wi-Fi dibandingkan dengan informasi yang sebenarnya di masyarakat?

1. Tidak percaya 2. Kurang percaya

3. Percaya 22

4. Kurang percaya

21. Menurut pendapat anda sebagai mahasiswa, apakah informasi yang anda dapatkan melalui jaringan Wi-Fi layak untuk anda percayai?

1. Tidak layak 2. Kurang layak


(6)

3. Layak 23 4. Sangat layak

22. Berikan KRITIK anda terhadap jaringan Wi-Fi di kawasan kampus USU:

23. Berikan SARAN anda terhadap jaringan Wi-Fi di kawasan kampus USU:


Dokumen yang terkait

Situs Berita Online dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi(Studi Korelasional Situs Berita Online detikcom Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)

7 89 114

Instagram dan Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Instagram di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU (Studi Korelasional antara Motif Penggunaan Instagram dan Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Instagram di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2011

12 104 186

Pemenuhan Kebutuhan Informasi E-Journal Westlaw International Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Mahasiswa Pascasarjana S2 Ilmu Hukum

5 77 77

Penggunaan Internet Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penggunaan Fasilitas Internet Di Perpustakaan USU Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Di Kalangan Mahasiswa FISIP USU Medan.

5 39 129

Pengaturan Teknis Operasional Stone Crusher Dalam Pemenuhan Kebutuhan Agregat Di Sekitar Medan

3 28 94

ANALISIS KUALITAS JARINGAN HSDPA WI-FI PORTABLE UNLOCKED PADA VIDEO STREAMING

2 28 135

Beberapa Konsep Dasar Jaringan Access Fi

0 1 35

MEMBANGUN JARINGAN HOTSPOT WI FI RT RW N (1)

0 1 20

Instagram dan Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Instagram di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU (Studi Korelasional antara Motif Penggunaan Instagram dan Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Instagram di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2011 dan 2

0 0 36

Instagram dan Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Instagram di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU (Studi Korelasional antara Motif Penggunaan Instagram dan Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Instagram di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2011 dan 2

0 0 17