Konsep Dukungan Keluarga TINJAUAN PUSTAKA

2.1.3 Pengukuran kualitas hidup Pengukuran kualitas hidup menggunakan skala pengukuran OPQOL-Brief Older People Quality of Life-Brief untuk mengukur kualitas hidup lansia yang dibuat oleh Ann Bowling 2013. Instrumen OPQOL-Brief ini telah digunakan di Italia yaitu pada penelitian Bilotta, et al., 2011. Penelitian ini dilakukan pada 210 responden untuk melihat hubungan antara dua health outcomes. Nilai validitas penelitian ini adalah 0.01 dan nilai reliabilitas dengan cronbach alpha of internal consistency 0.90. Kuisioner OPQOL-Brief terdiri dari 13 pertanyaan yang mencakup kepuasan dan live overall. Jawaban dari pertanyaan kepuasan berdasarkan skala Likert yaitu sangat baik = 5, baik = 4, sedang = 3, buruk = 2, dan sangat buruk = 1. Sedangkan untuk live overall yaitu sangat setuju = 5, setuju = 4, sedikit tidak setuju = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1. Nilai tertinggi untuk kualitas hidup adalah 65 dan terendah 13, semakin tinggi nilai kuisioner, semakin baik kualitas hidup lansia.

2.2 Konsep Dukungan Keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga Kelurga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga Friedman, 2010. Menurut Wong 2007 keluarga merupakan sekelompok orang yang hidup bersama atau berhubungan erat, yang saling memberikan perhatian dan memberikan bimbingan untuk anggota keluarga Universitas Sumatera Utara lainnya. Mubarak, et al., 2006 mendefinisikan keluarga sebagai suatu sistem yakni terdiri dari ayah, ibu dan anak atau semua individu yang tinggal didalam rumah tangga tersebut dimana anggota keluarga tersebut saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. Dari beberapa pendapat para ahli tentang defenisi keluarga maka dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang memiliki hubungan erat, saling memberi perhatian dan saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. 2.2.3 Fungsi Keluarga Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman 1999 dalam Ali 2010 adalah sebagai berikut: a Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. b Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah. c Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. d Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e Fungsi perawatanpemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Universitas Sumatera Utara Fungsi keluarga menurut UU No. 10 tahun 1992 PP No. 21 tahun 1994 dalam Ali 2010 adalah sebagai berikut: 1 Fungsi keagamaan: a Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga. b Menerjemahkan agama dalam tingkah laku hidup sehari-hari kepada seluruh anggota keluarga. c Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan dalam ajaran agama. d Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang kurang diperolehnya disekolah atau masyarakat. e Membina rasa, sikap dan praktik kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera. 2 Fungsi budaya: a Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan. b Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai. c Membina tugas- tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia. d Membina tugas- tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat berperilaku yang baik sesuai dengan norma Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi. e Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. 3 Fungsi cinta kasih: a Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata secara Universitas Sumatera Utara optimal dan terus menerus. b Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar anggota keluarga secara kuantitatif atau kualitatif. c Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan rohani dalam keluarga secara serasi, selaras, dan seimbang. d Membina rasa, sikap,dan praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera. 4 Fungsi perlindungan: a Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga. b Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar. c Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera. 5 Fungsi reproduksi: a Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga disekitarnya. b Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik, maupun mental. c Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara 2 anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga. d Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera. 6 Fungsi sosialisasi: a Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama. b Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan Universitas Sumatera Utara keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik lingkungan sekolah maupun masyarakat. c Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal- hal yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan fisik dan mental, yang kurang diberikan lingkungan sekolah maupun masyarakat. d Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju keluarga kecil dan sejahtera. 7 Fungsi ekonomi: a Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga. b Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga. c Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan serasi, selaras, dan seimbang. d Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. 8 Fungsi pelestarian lingkungan: a Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan keluarga. b Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan keluarga. c Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestrian lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya. d Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Universitas Sumatera Utara 2.2.3 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan Friedman 2010 membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu: 1 Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya. 2 Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa keluarga yang mampu untuk memutuskan penentuan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi hingga teratasi. 3 Memberikan perawatan pada anggotanya yang sakit. Hal ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pemberian pertolongan pertama atau pelayanan kesehatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. 4 Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. 5 Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada. Universitas Sumatera Utara Keluarga sebagai salah satu aspek terpenting terhadap kesehatan anggota kelompoknya juga sebagai pemberi asuhan keperawtan pada unit keluarga. Friedman 2010 menguraikan alasan keluarga sebagai unit pemberi asuhan keperawatan. 1 Keluarga adalah unit utama dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembagaunit layanan perlu diperhitungkan. 2 Keluarga sebagai suatu kelompok individu di dalam keluarga dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan individu di dalam keluarga mulai dari awal sampai akhir akan dipengaruhi oleh keluarga. Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota keluarganya dan bukan individu itu sendiri yang mengusahakan tercapainya tingkat kesehatan yang diinginkannya. 3 Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. penyakit pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh keluarga tersebut. peran anggota keluarga akan mengalami perubahan apabila salah satu anggota keluarganya menderita sakit. Di lain pihak, status kesehatan klien juga sebagian besar ditentukan oleh kondisi keluarganya. 4 Dalam perawatan klien sebagai individu, keluarga berperan sebagai pengambil keputusan. Bukan hanya anggota keluarga inti saja yang mengambil keputusan, anggota keluarga yang jauh juga ikut serta dalam pengambilan keputusan pada keluarga berpenghasilan rendah karena ketidakmampuannya, Universitas Sumatera Utara biasanya penyakit dalam keluarga ditangani sendiri oleh keluarga dengan membeli obat di warung. 5 Keluarga merupakan perantara yang efektif dan efisien untuk berbagai usaha kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa keluarga dalam hal ini tidak dipandang dari jumlah anggotanya, tetapi kesatuannya yang unik dalam menghadapi masalah. Keunikannya terlihat dengan cara berkomunikasi, mengambil keputusan, sikap, nilai, hubungan dengan masyarakat luas dan gaya hidup yang tidak sama antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. 2.2.4 Definisi Dukungan Keluarga Anggota kelurga masing-masing memberikan dukungan pada anggota keluarga lainnya dengan cara yang bervariasi dan dukungan itu dapat diberikan dengan arahan yang berbeda-beda Parker, 2015. Dukungan keluarga menurut Friedman 1998 dalam Pratiwi 2011 merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. Dukungan keluarga bukan sekedar memberikan bantuan, tetapi yang penting adalah bagaimana persepsi si penerima terhadap makna dari bantuan tersebut Friedman, 2010. Taylor 2006 dalam Fadillah 2013 berpendapat bahwa dukungan keluarga adalah semua bantuan yang diberikan oleh keluarga sehingga memberikan rasa aman secara fisik dan psikologis pada individu yang sedang merasakan tertekan atau stress. Dari beberapa pengertian dukungan keluarga menurut para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dukungan keluarga Universitas Sumatera Utara adalah semua tindakan berupa sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga yang bermasalah, baik itu anggota keluarga yang sakit maupun tertekan atau stress. 2.2.5 Dimensi Dukungan Keluarga Setiadi 2008 menjelaskan bahwa dukungan keluarga terdiri dari 4 dimensi, yaitu: 1 Dukungan instrumental, yaitu keluarga menerapkan sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat dan terhindarnya penderita dari kelelahan. Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga, dana, maupun meluangkan waktu untuk membantu atau melayani dan mendengarkan anggota keluarga menyampaikan perasaanya. 2 Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan penyebar informasi yang meliputi pemberian saran, informasi yang bisa digunakan untuk mengungkapkan sebuah masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasihat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. 3 Dukungan penilaian appraisal, yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai Universitas Sumatera Utara sumber validator identitas keluarga diantaranya menerima keterbatasan yang dialami salah satu anggota keluarga, memberikan support, penghargaan dan perhatian. 4 Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Dukungan emosional merupakan bentuk dukungan atau bantuan yang dapat memberikan rasa aman, cinta kasih, membangkitkan semangat dan mengurangi putus asa. 2.3 Konsep Penyakit Kronis Pada Lansia 2.3.1 Konsep Lansia 2.3.1.1 Definisi Lansia Noorkasiani dan Tamber 2009 berpendapat bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut Hawari 2001 dalam Makhfudli dan Efendi 2009 lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis, kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta meningkatkan kepekaan secara individual. Depkes RI 2014 sependapat dengan Noorkasiani dan Tamber 2009 yang menjelaskan bahwa seseorang dikatakan sebagai seorang lansia dengan usia 60 tahun ke atas Berdasarkan defenisi lansia yang dikemukakan oleh para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 Universitas Sumatera Utara tahun ke atas yang ditandai oleh penurunan daya kemampuan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis. 2.3.1.2 Klasifikasi Lansia Klasifikasi lansia dalam Dewi 2014 berdasarkan WHO yaitu Elderly 60- 74 tahun, Old 75-89 tahun, Very Old 90 tahun. Sedangkan menurut Maryam, et al., 2008 ada 5 klasifikasi lansia, yakni: 1 Pralansia prasenilis, seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. 2 Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. 3 Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebihseseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan Depkes RI, 2003. 4 Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa Depkes RI, 2003. 5 Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain Depkes RI, 2003. 2.3.1.3 Perubahan – Perubahan yang Terjadi pada Lansia Lansia pada umumnya mengalami perubahan secara fisiologis, perubahan kognitif, dan perubahan psikososial Potter Perry, 2005. Perubahan secara fisiologis yaitu kulit kehilangan kelenturan dan kelembapan pada lansia yang menyebabkan keriput pada kulit lansia, ketajaman penglihatan lansia menurun, penurunan fungsi pendengaran, penurunan massa dan tonus otot, peningkatan Universitas Sumatera Utara jumlah jaringan lemak pada tubuh dan abdomen yang mengakibatkan penurunan peristaltik, perubahan hormonal dan siklus tidur memendek. Perubahan secara kognitif meliputi demensia yang mengakibatkan penurunan fungsi intelektual, perubahan kepribadian, dan kerusakan penilaian. Delirium yang terjadi pada lansia berupa kurang perhatian, ilusi, halusinasi, kadang – kadang bicara inkoheren gangguan siklus tidur – bangun, dan disorientasi. Perubahan yang terjadi pada lansia selanjutnya adalah perubahan psikososial yang meliputi pensiun, isolasi sosial yang terdiri dari isolasi sikap yang terjadi karena nilai pribadi atau budaya dan isolasi penampilan seperti citra tubuh, higiene, tanda penyakit yang terlihat dan kehilangan fungsi. Tempat tinggal dan lingkungan dimana terjadi perubahan pada peran sosial, tanggung jawab keluarga, dan status kesehatan mempengaruhi rencana kehidupan lansia Potter Perry, 2005. Peneliti menyimpulkan bahwa perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia membuat lansia harus menyesuaikan diri terhadap penurunan fungsi baik secara fisiologis, kognitif, dan psikososial dengan menemukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup. 2.3.1.4 Penyakit pada Lansia The National Old People’s Welfare Council di inggris Nugroho, 2008, penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada 12 macam, yaitu depresi mental, gangguan pendengaran, bronkitis kronis, gangguan pada tungkaisikap berjalan, gangguan pada koksasendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas, dekompensasi kordis, diabetes melitus, osteomalasia, hipertiroidisme dan gangguan defekasi, sedangkan penyakit lansia di Indonesia Universitas Sumatera Utara meliputi penyakit sistem pernapasan, penyakit kardiovaskular dan pembuluh darah, penyakit pencernaan makanan, penyakit sistem urogenital, penyakit gangguan metabolikendokrin, penyakit pada persendian dan tulang serta penyakit yang disebabkan oleh keganasan. Menurut Potter dan Perry 2005 hampir 80 lansia dengan usia 65 tahun ke atas mempunyai sedikitnya satu masalah kesehatan. Potter dan perry membagi masalah kesehatan lansia menjadi dua yaitu masalah kesehatan fisiologis dan masalah kesehatan psikososial. Masalah kesehatan fisiologis terdiri dari masalah kardiovaskular hipertensi, angina pektoris, infark miokard, dan cedera serebrovaskular, kanker, arthritis, kerusakan sensori, masalah gigi, dan penyakit paru obstruktif menahun. Masalah psikososial pada lansia yang biasanya terjadi karena transisi peran pada lingkungan sosial, kehilangan, perubahan pada fisiologis dan kematian. Penyebab kematian yang biasa terjadi pada lansia adalah penyakit jantung, neoplasma maligna, penyakit serebrovaskular, dan penyakit paru obstruksi menahun Potter Perry, 2005. 2.3.2 Konsep Penyakit Kronis 2.3.2.1 Definisi Penyakit Kronis Penyakit kronis didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan dengan kumpulan beberapa gejala atau ketidakmampuan yang terjadi selama 3 bulan atau lebih Smeltzer Bare, 2009. Menurut US Department of Health and Human Services 2010, dalam Goodman 2013 penyakit kronis adalah suatu Universitas Sumatera Utara kondisi yang membutuhkan perawatan dan pengobatan yang berlanjut yang terjadi lebih dari 1 tahun yang berdampak pada keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari. Sedangkan menurut WHO 2014 penyakit kronis memiliki onset yang secara umum bertahap dan sering tersembunyi, disebabkan oleh banyak faktor dengan perubahan yang terjadi sewaktu-waktu, masalah kesehatan dengan jangka waktu yang lama seperti diabetes, penyakit jantung, mental yang progresif dan gangguan neurologi, gangguan muskuloskeletal, dan penyakit keganasan lainnya. Dari beberapa definisi penyakit kronis tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa penyakit kronis adalah suatu kondisi penyakit yang lebih dari 3 bulan, membutuhkan perawatan dan pengobatan secara berlanjut, onset yang pada umumnya bertahap dan tersembunyi. 2.3.2.2 Fase-Fase Penyakit Kronis Menurut Corbin dan Cherry 1997, dalam Smeltzer Bare, 2009 penyakit kronis terdiri dari 9 fase, yakni: 1 Fase pre trajectory. Individu berisiko terhadap penyakit kronis karena faktor- faktor genetic atau perilaku yang meningkatkan ketahanan seseorang terhadap penyakit kronis. 2 Fase trajectory. Adanya gejala-gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis. Fase ini sering tidak jelas karena gejala sedang dievaluasi dan pemeriksaan diagnostic sedang dilakukan. 3 Fase stabil. Ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit terkontrol. Universitas Sumatera Utara 4 Fase tidak stabil. Adanya ketidakstabilan dari penyakit kronis, kekambuhan gejala-gejala dari penyakit-penyakit. 5 Fase Akut. Ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak dapat pulih atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk menanganinya. 6 Fase krisis. Ditandai dengan situasi krisis atau mengancam jiwa yang membutuhkan pengobatan dan perawatan kedaruratan. 7 Fase pulih. Pulih kembali pada cara hidup yang diterima pada batasan yang dibebani oleh penyakit kronis. 8 Fase penurunan. Terjadi ketika perjalanan penyakit berkembang dan disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan dalam mengatasi gejala- gejala. 9 Fase kematian. Ditandai dengan penurunan bertahap atau cepat fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual.

2.4 Desain Korelasi