Uji Analisis Regresi dengan Variabel Moderasi 1. Uji Asumsi Klasik

56 antara profitabilitas dengan audit delay karena signifikansi 0.202 0.05. 4.1.4. Uji Analisis Regresi dengan Variabel Moderasi 4.1.4.1. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan dalam sebuah penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Adapun uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi; Uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan memiliki distribusi normal atau mendekati normal dengan melihat normal probability plot. Uji normalitas yang pertama dilakukan adalah berdasarkan grafik secara histogram yang terlihat pada gambar 4.7. Universitas Sumatera Utara 57 Gambar 4.7 Grafik Histogram Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Mei 2016 Berdasarkan gambar 4.7 terlihat bahwa pola distribusi normal, akan tetapi jika kesimpulan normal atau tidaknya data hanya dilihat dari grafik histogram, maka hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang akan menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Uji normalitas dengan melihat normal probability plot dapat dilihat dalam gambar 4.8 berikut: Universitas Sumatera Utara 58 Gambar 4.8 Grafik Normal P-Plot Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Mei 2016 Berdasarkan grafik profitabilitas pada gambar 4.8 di atas menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal karena distribusi data residualnya mengikuti arah garis diagonal garis normal. Pengujian normalitas data secara analisis statistik dapat dilakukan dengan melakukan uji Kolmogorov-Smirnov. Data yang terdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai signifikansi di atas 0.05. Sedangkan, data yang tidak berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai signifikansi dibawah 0.05. Universitas Sumatera Utara 59 Tabel 4.12 Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 40 Normal Parameters a,b Mean 0E-7 Std. Deviation 10.85977136 Most Extreme Differences Absolute .103 Positive .085 Negative -.103 Kolmogorov-Smirnov Z .654 Asymp. Sig. 2-tailed .785 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Mei 2016 Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Kolmogorov- Smirnov Data Asli diatas, terlihat bahwa data telah terdistribusi dengan normal yang mana terlihat bahwa nilai signifikansi diatas 0.05 yaitu sebesar 0.785 dan nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0.654. b. Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot, dengan dasar analisis. 1. Jika pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian Universitas Sumatera Utara 60 menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot ditunjukkan pada gambar 4.9 berikut: Gambar 4.9 Grafik Scatterplot Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Mei 2016 Pada grafik scatterplot diatas, terlihat titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi yang digunakan. Universitas Sumatera Utara 61 c. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antara variabel independen dalam model regresi dimana prasyarat dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Pada uji multikolinearitas ini dapat dilihat melalui nilai inflation factor VIF dan Tolerance. Tabel 4.13 Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 79.488 3.108 25.578 .000 ZscoreUMUR 5.573 1.848 .443 3.016 .005 .960 1.042 ZscoreLN.T.ASET -1.497 1.975 -.119 -.758 .453 .840 1.191 ABSUMUR.ASET -2.920 2.424 -.192 -1.205 .236 .813 1.230 a. Dependent Variable: A.DELAY Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Mei 2016 Berdasarkan aturan Variance Inflation Factor VIF dan Tolerance, apabila VIF melebihi angka 10 atau Tolerance kurang dari 0.10 maka dinyatakan terjadi gejala multikolinearitas, sebaliknya apabila VIF kurang dari 10 atau Tolerance lebih dari 0.10 maka dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas. Dalam penelitian ini data yang digunakan dalam uji multikolinearitas ini adalah data dari variabel independen. Berdasarkan tabel 4.13 diatas diketahui masing-masing nilai VIF berada dibawah 10, dan nilai Tolerance diatas 0.1, maka dapat dipastikan data dari variabel independen tidak terjadi multikolinearitas. Universitas Sumatera Utara 62 d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah sebuah model regresi terdapat korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 atau sebelumnya. Jika terjadi korelasi dinamakan ada masalah autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, peneliti menggunakan Durbin-Watson DW test. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pengambilan keputusan pada asumsi ini memerlukan dua nilai bantu yang diperoleh dari tabel Durbin Watson, yaitu nilai dl dan du untuk K = jumlah variabel bebas dan n = jumlah sampel. Jika nilai DW berada diantara nilai du hingga 4-du, berarti asumsi tidak terjadi autokorelasi terpenuhi. Adapun kriteria dalam penentuan autokorelasi adalah sebagai berikut : 1 Jika Dw Dl atau Dw 4-Dl maka terdapat autokorelasi. 2 Jika Dl Dw Du atau 4-Du Dw 4-Dl maka status autokorelasi tidak dapat dijelaskan inconclusive. 3 Jika Du Dw 4-Du maka tidak terjadi autokorelasi Non Autokorelasi. Tabel 4.14 digunakan untuk melihat nilai Durbin Watson yang didapat dengan menggunakan bantuan SPSS Versi 20. Tabel DW menunjukkan bahwa dengan n = 40, K = 2, maka akan diperoleh nilai dl = 1.3908 dan du = 1.6000 dan 4-du = 4 – 1.6000 Universitas Sumatera Utara 63 = 2.4000.Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.14 Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .504 a .254 .192 11.30321 2.193 a. Predictors: Constant, ABSUMUR.ASET, ZscoreUMUR, ZscoreLN.T.ASET b. Dependent Variable: A.DELAY Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Mei 2016 Berdasarkan hasil pengujian di atas diketahui bahwa nilai durbin watson adalah 1.3908 2.193 2.4000 yang berarti tidak terjadi autokorelasi. 4.1.4.2. Uji Hipotesis Hasil regresi linear pengaruh umur perusahaan terhadap audit delay dengan ukuran perusahaan sebagai variabel moderasi ditunjukkan pada Tabel 4.15 berikut: Tabel 4.15 Uji Analisis Regresi dengan Variabel Moderasi Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 79.488 3.108 25.578 .000 ZscoreUMUR 5.573 1.848 .443 3.016 .005 ZscoreLN.T.ASET -1.497 1.975 -.119 -.758 .453 ABSUMUR.ASET -2.920 2.424 -.192 -1.205 .236 a. Dependent Variable: A.DELAY Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Mei 2016 Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui model regresi sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 64 AUDIT DELAY = 79.488 + 5.573ZscoreUmur – 1.497ZscoreLn.T. Aset – 2.920AbsUmur.Aset + e Dari persamaan regresi tersebut diketahui bahwa variabel ukuran perusahaan sebagai variabel moderasi tidak mampu memoderasi hubungan antara umur perusahaan dengan audit delay karena nilai signifikansinya 0.236 0.05.

4.2. Pembahasan 1.

Pengaruh Profitabilitas dan Umur Perusahaan terhadap Audit Delay Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan atau bersama sama seluruh variabel independen yaitu profitabilitas yang diukur menggunakan ROA dan umur perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap audit delay. Hasil pengujian signifikansi simultan menunjukkan nilai F hitung sebesar 5.273 3.24 dan nilai signifikansi 0.010 0.05. hasil ini menunjukkan bahwa profitabilitas dan umur perusahaan yang meningkat, akan meningkatkan audit delay. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari 2010 yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay dan sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Indra 2011 yang menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay.

2. Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Delay

Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hasil penelitian ini ditunjukkan oleh nilai t hitung sebesar -0.065 1.685 dan signifikansi 0.949 0.05. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

0 0 11

Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

0 0 1

Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

0 0 7

Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

0 0 16

Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

0 0 2

Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

0 0 12

Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

0 0 2

Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

0 0 3

Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

0 3 25

Pengaruh Waktu Perebusan Kelapa Sawit Terhadap Kehilangan Minyak (Losses) Pada Air Kondensat Puncak Ketiga (Holding Time) Di PT. Harkat Sejahtera Simalungun

0 0 1