HASIL Hubungan Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Kinerja Keselamatan Pekerja Bagian Tragi/GI PT. PLN (Persero) P3B UPT Medan Tahun 2016

57

BAB IV HASIL

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Profil Perusahaan

PT. PLN Persero P3B Sumatera Unit Pelayanan Transmisi Medan pada awalnya didirikan tahun 1965 melalui peraturan Menteri NO.1PRT65 dan ditinjaklanjutkan dengan keputusan Direksi Perusahaan Listrik Negara No. Kpts.009DIRPLN66 tanggal 14 April 1966, dalam kegiatan peroperasiannya adalah perusahaan listrik negara eksploitasi-I didukung oleh empat cabang dan satu sektor meliputi: cabang Medan, cabang Pematangsiantar, cabang Binjai, cabang Sibolga, dan sektor Glugur yang sekarang berubah nama menjadi Unit Pelayanan Transmisi Medan PT PLN Persero P3B Sumatera dengan kantor induk di Padang. Perubahan-perubahan struktur organisasi selalu mengikuti perkembangan antara lain perusahaan listrik negara eksploitasi I Sumatera Utara berubah nama menjadi perusahaan listrik negara eksploitasi II Sumatera Utara melalui surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No.51Kpts.1969. Perusahaan Listrik negara eksploitasi II Sumatera Utara kemudian berubah menjadi perusahaan listrik negara wilayah II Sumatera Utara melalui peraturan menteri pekerjaan umum dan tenaga listrik. Perusahaan listrik negara wilayah II Sumatera Utara selanjutnya berubah menjadi perusahaan umum listrik negara wilayah II Sumatera Utara disesuaikan dengan surat Keputusan Menteri PUTL Universitas Sumatera Utara No.1PRT1973 tentang penetapan perusahaan listrik negara menjadi perusahaan umum listrik negara sekaligus bertanggungjawab untuk membangkitkan, menyalurkan, dan mendistribusi tenaga listrik di seluruh wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia. Perusahaan umum listrik negara wilayah-II Sumatera Utara kemudian kembali berubah nama sekaligus status perusahaannya dari perusahaan umum Perum menjadi PT. PLN Persero wilayah-II Sumatera Utara berdasarkan Peraturan Pemerintah No.23 tahun 1994. Perusahaan status PLN dari PT. PLN Persero wilayah-II Sumatera Utara menjadi PT. PLN Persero Kitlur Sumbagut dilakukan oleh pemerintah sejalan dengan kemajuan yang telah dicapai perusahaan sekaligus sebagai upaya dalam mengantisipasi perkembangan kebutuhan tenaga listrik yang telah meningkat. Pada tahun 2004 dengan terbentuk organisasi baru dilingkungan PT. PLN Persero P3B Sumatera maka terbentuk unit pelayanan transmisi Medan. Sebagai perusahaan penyalur tenaga listrik dengan 4 tragi yakni Tragi Glugur, Tragi Paya Pasir, Targi Sei Rotan, dan Tragi Binjai dan 17 gardu induk yang cukup mempunyai reputasi bagus yang menyalurkan tenaga listrik dengan kapasitas total 1377 MVA, mengoperasikan jaringan transmisi sebanyak 24 segmen dengan jumlah tower 1214 dan didukung sejumlah 161 orang pekerja, suatu jumlah ynag cukup efesien dalam berproduksi. Menghadapi persaingan global dan tuntutan pelayanan jasa yang aman PT. PLN Persero P3B sumatera Unit Pelayanan Trasnmisi Medan menerapkan sistem manajemen K3 untuk memenuhi persyaratan-persyaratan perundangan Universitas Sumatera Utara nasional dan persiapan menghadapi perdagangan dunia yang tanpa batas. Penerapan SMK3 lebih merupakan usaha untuk melindungi pekerja dengan menyediakan tempat kerja yang aman, sehat, dan nyaman. Penerapan SMK3 perusahaan akan lebih meningkatkan citra dan kesejahteraan karyawan perusahaan.

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

Visi : Diakui sebagai pengelola penyaluran dan pengatur beban sistem tenaga listrik dengan tingkat pelayanan setara kelas dunia yang mampu memenuhi harapan stakeholders dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Misi : 1. Mengelola operasi sistem tenaga listrik secara andal. 2. Melakukan dan mengelola penyalur tenaga listrik tegangan tinggi secara efesien, andal, dan akrab lingkungan. 3. Mengelolah transaksi tenaga listrik secara kompetitif, transparan, dan adil. 4. Melaksanakan pembangunan instalansi sistem transmisi tenaga listrik Sumatera. Universitas Sumatera Utara 4.1.3 Operasi dan Pemeliharaan Gardu Induk 4.1.3.1 Operasi Gardu Induk Gardu Induk adalah suatu instalasi yang merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang terdiri dari susunan sejumlah peralatan listrik yang menempati daerah tertentu yang berfungsi menerima dan menyalurkan daya dalam berbagai saluran serta menjamin keandalan sistem tenaga listrik. Peralatan utama gardu induk adalah transformator. Transformator adalah sebuah alat listrik yang dapat menaikkan atau menurunkan tegangan. Seiring dengan perkembangan teknologi, peralatan dalam gardu induk mengalami modernisasi dan otomatisasi, dalam rangka meningkatkan ke andalannya dalam menyediakan tenaga listrik. Pekerjaan operasi dan pemeliharaan dipisahkan untuk memungkinkan peningkatan sistem dan tekniknya. Pekerjaan dalam Keadaan Bertegangan PDKB bekerja dalam pemeliharaan trafo dan transmisi gardu induk. Operasi gardu induk menyangkut supervise, pencatatan, control dan penyetelan kondisi operasi dari semua peralatan, patroli harian, perbaikan kecil dan tindakan- tindakan darurat waktu ada gangguan. Operasi berfungsi melaksanakan pengoperasian peralatan sesuai SOP, mengoperasikan peralatan instalasi gardu induk, melaksanakan manuver untuk pemeliharaan instalasi gardu induk, melaksanakan manuver untuk pemulihan gangguan, monitoring parameter operasi peralatan gardu induk, mencatat secara rutin parameter operasi peralatan gardu induk, melaksanakan checklist kondisi operasi peralatan gardu induk, mengidentifikasi, mencatat, dan Universitas Sumatera Utara melaporkan anomali yang terjadi pada peralatan gardu induk dan mencatat stand kWh-meter setiap hari. Operasi dalam keadaan tidak normal bila peralatan dalam gardu mengalami beban lebih karena gangguan, maka perlu diadakan tindakan pencegahan dalam waktu sesingkat mungkin. Gangguan segera dilaporkan kepada supervision gardu induk. Dokumen Prosedur Pelaksanaan Pekerja DP3 telah mencapai tujuan operasi secara manual yang harus ditaati oleh setiap pekerja operator gardu. Pedoman tersebut berisi tujuan, peraturan umum dan riwayat operasi. Peraturan umum menyinggung masalah pembacaan instrument, pengertian, dan ketaatan terhadap peraturan, kemajuan teknik, pengadaan tempat kerja yang memadai, pengamanan pertama, menyangkut organisasi, pencatatan data operasi, peralatan yang ada, control terhadap peralatan, operasi peralatan, operasi dalam keadaan tidak normal, patroli, inspeksi, perbaikan, mengenai cara pencegahan bahaya kebakaran, dan peralatan yang diperlukan di gardu induk.

4.1.3.2 Pemeliharaan Gardu Induk

1. Gangguan listrik dan cara pencegahannya Gangguan pada gardu induk erat sekali hubungannya dengan pemeliharaanya. Banyaknya gangguan yang terjadi karena pemeliharaan yang kurang baik serta peralatan yang rusak. Pemeliharaan perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya gangguan, agar dapat mengambil kesimpulan yang lebih tepat jumlah peralatan yang terganggu, lamanya peralatan itu beroperasi, kondisi saat terjadi gangguan dan Universitas Sumatera Utara sebagainya. Pemeliharaan bertujuan meningkatkan hasil kerja performance peralatan, deteksi kerusakan secepat mungkin dan mencegah gangguan sebanyak dan seluas mungkin. Tugas pemeliharaan gardu induk seperti patroli harian, inspeksi dan perbaikan, peralatan diperiksa oleh indra manusia dan instrument-instrumen pengukur. Pembersihan dan perbaikan kecil dapat juga dilakukan selama operasi. Hal-hal yang dianggap penting harus dicatat. Inspeksi khusus dan perbaikan dilaksanakan bila kelihatan adanya ketidaknormalan pada inspeksi biasa, bila peralatan terlalu sering digunakan dan bila ada gangguan yang serius pada peralatan yang sama jenisnya. 2. Gangguan listrik dan penaggulangannya Bila gangguan terjadi penanggulangannya tergantung dari jenis gangguan. Gangguan yang dapat diperkirakan sebelumnya, penanggulangannya tertulis dalam buku petunjuk. Bila diperkirakan bahwa gangguan terjadi dalam lingkungan gardu, maka gangguan itu harus segera diatasi dan dilaporkan pada pusat pengatur beban. Bagian yang bertugas melakukan perbaikan mengusahakan agar peralatan yang rusak segera dapat diperbaiki serta mengurangi pengaruh gangguan dengan menyediakan pekerja dan bahan yang diperlukan. Kecelakaan cenderung terjadi karena kejutan listrik mungkin saja terjadi bila kondisi kerja dan cara kerja yang kurang aman. Cara-cara membuat kondisi kerja aman sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Memahami JSA Job Safety Analysis: detail persiapan, pelaksanaan kerja, prosedurnya, standar penilaian keamanannya, perhatian khusus yang harus diberikan, dan sebagainya. 2. Membuat konstruksi penopang yang diperlukan dan jaring pengaman untuk mencegah kontak dengan bagian-bagian bertegangan. 3. Memasang tanda-tanda larangan masuk, bahaya, dan sebagainya. 4. Memberi tanda pengaman di tempat kerja berupa tali, papan pemberitahuan, bendera, dan sebagainya. 5. Menggunakan peralatan pengaman, misalnya helm, ikat pinggang pengaman, sarut tangan karet, sepatu karet, dan sebagainya. 6. Menegaskan pemberian tanggung jawab antara pekerja operasi dan pemeliharaan sebelum pekerjaan dimulai, prosedur pengamanan menjadi tanggung jawab petugas operasi yang kemudian menyerahkan kepada petugas pemeliharaan. Sesudah pekerjaan selesai, tanggung jawab ini diserahkan kembali kepada petugas operasi. Gardu induk dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan sesuai dengan tujuannya dan mempunyai fasilitas untuk operasi dan pemeliharaannya, yaitu: 1. Single Line Diagram Single Line Diagram atau diagram satu garis gardu induk adalah bagan kutub tunggal yang menjelaskan sistem kelistrikan pada gardu induk secara sederhana, sehingga mempermudah mengetahui kondisi dan fungsi dari setiap bagian Universitas Sumatera Utara peralatan yang terpasang pada gardu induk tersebut, seperti transformator tenaga, rel daya, pemisah, pemutus tenaga, trafo arus, trafo tegangan, dan lain sebagainya untuk kondisi operasi maupun pemeliharaan. 2. Ligthning Arrester Ligthning Arrester adalah alat yang berfungsi untuk mengamankan peralatan instalasi tegangan tinggi dari tegangan lebih akibat adanya sambaran petir ligthning surge. Alat ini bersifat sebagai isolasi pada keadaan normal dan jika terjadi tegangan lebih akibat sambaran petir maka akan bersifat sebagai penghantar dan mengalirkan muatan tersebut ke tanah sehingga tidak menimbulkan tegangan yang lebih tinggi yang dapat merusak peralatan listrik. 3. Transformator Tenaga Transformator Tenaga adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk menyalurkan daya atau tenaga listrik dari tegangan tinggi menjadi tegangan rendah dan sebaliknya. 4. Transformator Tegangan Transformator Tegangan adalah trafo satu fasa yang berfungsi untuk menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan rendah yang dapat diukur dengan voltmeter untuk indikator dan proteksi. 5. Transformator Arus Transformator Arus adalah alat yang berfungsi untuk menurunkan arus besar menjadi arus kecil sehingga dapat melakukan pengukuran dan proteksi. Universitas Sumatera Utara 6. Pemutus Tenaga PMT Pemutus Tenaga PMT adalah alat yang terpasang pada gardu induk yang berfungsi untuk menghubungkan maupun memutuskan peralatan instalasi tegangan tinggi yang dapat dioperasikan dalam keadaan berbeban maupun tidak berbeban. Jenis-jenis penggerak pemutus tenaga PMT antara lain mekanik jenis spring pegas, mekanik jenis Hidrolik, mekanik jenis Pneumatik, dan mekanik jenis Air Blast udara hembus. Jenis-jenis media pemadam busur api pemutus tenaga PMT antara lain menggunakan Gas SF6, menggunakan Vacum, menggunakan udara, dan menggunakan minyak. 7. Pemisah PMS Pemisah PMS adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan tegangan pada peralatan instalasi tegangan tinggi dan dapat digunakan untuk menyatakan secara visual bahwa peralatan listrik sudah bebas dari tegangan. 8. Wave Trap Wave Trap adalah suatu alat yang digunakan untuk meredam frekuensi tinggi yang membawa sinyal informasi sehingga tidak dapat mengalir ke peralatan gardu induk dan meneruskan frekuensi 50Hz yang membawa energi listrik mengalir ke peralatan gardu induk. 9. Batere dan Rectifer Batere adalah alat yang menghasilkan sumber tenaga listrik arus searah DC pada gardu induk dari hasil proses kimia. Agar kapasitas batere tetap terjaga dalam Universitas Sumatera Utara kondisi baik, maka batere dihubungkan dengan Rectifier Charger. Rectifier atau alat pengisi baterai adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengubah arus bolak - balik AC menjadi arus searah DC sesuai kapasitas yang dikehendaki kapasitas baterai. Baterai berfungsi sebagai sumber tenaga arus DC cadangan dari rectifier untuk menyuplai peralatan kontrol, relay proteksi, motor penggerak PMT dan PMS, dan lain sebagainya. 10. Rele proteksi Rele proteksi adalah alat yang bekerja secara otomatis untuk mendeteksi adanya suatu gangguan atau ketidaknormalan yang terjadi pada sistem tenaga listrik yang selanjutnya memberi perintah trip lepas otomatis pemutus tegangan. 4.1.4 Prosedur Kerja 4.1.4.1 Prosedur Keselamatan Kerja Gardu Induk Prosedur keselamatan kerja merupakan suatu tata cara yang disusun secara sistematis dan jelas sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan. Prosedur keselamatan kerja sangat erat kaitannya dengan hal –hal keamanan personil, kelayakan peralatan kerja, dan keamanan peralatan instalasi listrik yang menjadi obyek pekerjaan sehingga dapat terciptanya zero accident dan safety performance pada setiap unit di PT. PLN P3B UPT Medan. Manuver adalah suatu prosedur untuk mengubah posisi jaringan instalasi dari kondisi tidak operasi keluar dari sistem ke kondisi operasi masuk ke dalam sistem atau sebaliknya sedangkan manuver dan keamanan peralatan instalasi listrik TTTET Universitas Sumatera Utara berhubungan erat dengan keandalan sistem operasi dan kontinuitas penyaluran tenaga listrik. Personil yang melakukan pemeliharaan instalasi TTTET pada kondisi offline terdiri dari : 1. Penanggungjawab pekerjaan bertugas untuk bertanggungjawab terhadap seluruh rangkaian kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dengan catatan tidak sedang menjadi pengawas lainnya tidak merangkap. 2. Pengawas manuver bertugas untuk mengawasi dan bertanggungjawab terhadap seluruh pelaksanaan manuver yang dilakukan. 3. Pelaksana manuver bertugas sebagai eksekutor proses manuver pada saat pemeliharaan instalasi TTTET. 4. Pengawas pekerjaan bertugas untuk mengawasi pelaksanaan pemeliharan instalasi TTTET oleh pelaksanaan pekerjaan. 5. Pengawas K3 bertugas untuk mengawasi pelaksanaan K2 dan K3 selama pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan. 6. Pelaksana pekerjaan bertugas untuk melaksanakan kegiatan pemeliharaan pada instalasi TTTET pada kondisi offline. Tahapan pelaksanaan pekerjaan dan penerapan prosedur K2K3 pada pekerjaan instalasi TTTET terdiri dari persiapan yang berisi tentang briefing atau penjelasan tentang rencana kerja yang akan dilaksanakan kepada seluruh personil yang terlibat dalam pekerjaan yang dilakukan oleh pengawas manuver, pengawas pekerjaan, pengawas K3, pembebasan tegangan, dan pelaksanaan pekerjaan dalam Universitas Sumatera Utara melaksanakan manuver pembebasan tegangan dengan memperhatikan SOP manuver pembebasan tegangan.

4.1.4.2 Prosedur Kerja Operator GI

Dispatcher Unit Pengatur Beban Dispatcher UPB, Dispatcher APD Sumut dan operator gardu induk dalam melaksanakan pengendalian dan pengopersian instalansi penyaluran di gardu induk dalam kondisi normal maupun gangguan serta pemulihannya. A. Tugas dan Wewenang Operator Gardu Induk 1. Operator GI melaksanakan perintah Dispatcher UPB untuk melakukan lepas- masuk PMT serta PMS 150 kV dan 20 kV yang tidak dapat dikendalikan secara remote melalui fasilitas SCADA UPB Sumbagut. 2. Operator GI melaksanakan perintah Dispatcher APD Sumut untuk melakukan lepas masuk PMT dan PMS 20 kV. 3. Perintah pengopersian PMT dan PMS akan diberikan oleh Dispatcher UPB dari Dispatcher APD Sumut jika operasi gardu induk menyatakan bahwa peralatan layak untuk dioperasikan. B. Kondisi Gangguan seperti gangguan Black-Out padam total hilang tegangan, gangguan parsial PMT Trip, PMT 150 kV penghantar trip, PMT 150 kV atau PMT 20 kV trafo daya trip, PMT 20kV penyulang trip oleh UFR, PMT 20 kV Universitas Sumatera Utara penyulang Trip oleh Over Loaf Shedding OLS, pemulihan PMT 150 kV penghantar, dan pemulihan PMT 20 kV penyulang Trip oleh UFR. Tugas Operator Gardu Induk: a. Operator gardu induk memastikan kondisi lokal black-out dengan memeriksa seluruh pengukuran tegangan kemudian mencatat indikator yang muncul dan atau relay yang bekerja sebelum kemudian di-reset. b. Operator gardu induk melepas jika Rele tegangan nol RTN tidak lebih dulu bekerja. c. Operator gardu induk memastikan PMT pada posisi masuk atau dimasukkan kembali setelah black out. d. Operator gardu induk melaporkan ke Dispatcher UPB langkah-langkah yang telah dilakukan. e. Operator gardu induk memeriksa dan mencatat indikator yang muncul dan atau relay yang bekerja sebelum kemudian reset, jam ganguan serta beban sebelum gangguan dan operator gardu induk melaporkan ke Dispatcher UPB. f. Operator gardu induk memeriksa dan mencatat indikator yang muncul dan atau relay yang bekerja sebelum kemudian direset, jam gangguan serta beban sebelum gangguan. g. Operator gardu induk melepas seluruh PMT penyulang 20 kV yang dipasok dari Trafo daya tersebut. Universitas Sumatera Utara h. Operator gardu induk melapor ke Dispatcher UPB kemudian di Dispatcher APD Sumut. C. Kondisi Darurat Dalam keadaan daruat emergency operator gardu induk dapat melakukan pelepasan atau pembebasan tegangan pada instalansi, apabila pelepasan darurat tersebut betul-betul diperlukan untuk mencegah timbulnya bahaya yang lebih besar, kemudian segera melapor ke Dispatcher UPB dan Dispatcher APD Sumut jika terjadi pemadaman beban akibat pelepasan atau pembebasan tegangan pada instalansi tersebut. D. Komunikasi Operasional Alur komunikasi dalam pengoperasian instalansi gardu induk baik dalam kondisi normal maupun gangguan digambarkan sebagai berikut: Dispatcher UPB Operator GI Dispatcher APD Sumut Universitas Sumatera Utara Garis Informasi Garis Instruksi Gambar 4.1 Alur komunikasi dalam pengoperasian instalansi gardu induk

4.1.5 Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja P2K3

Perusahaan membentuk suatu wadah organisasi dalam melaksanakan program dan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 yaitu Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja P2K3 yang bertujuan untuk menciptakan suasana kerja yang aman, nyaman, dan sehat sehingga tenaga kerja dapat bekerja secara efisien dan produktif. Adapun tugas dan tanggung jawab Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja P2K3 sebagai berikut : 1. Memberikan pertimbangan K3 kepada manajemen baik diminta maupun tidak. 2. Mengarahkan program K3 untuk dilaksanakan oleh seluruh departemen dibawah koordinasi departemen K3. 3. Menjadi penghubung karyawan dan manajemen dalam permasalahan. 4. Membantu pelaksanaan pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 5. Membantu departemen K3 dalam memberikan pengarahan mengenai K3 kepada karyawan. 6. Mengevaluasi program K3 setiap bulan. 7. Mengevaluasi kebijakan K3 minimal 1 tahun sekali. 8. Mengevaluasi laporan dan data kecelakaan dan penyakit yang ditangani departemen K3. Universitas Sumatera Utara 9. Memberikan konsultasi masalah K3 dengan koordinasi dengan departemen K3. 10. Membantu dan memberikan usulan program dan penyelesaian masalah K3 kepada departemen K3. 11. Ikut serta dalam audit internal SMK3, inspeksi, dan penyelidikan kecelakaan. 12. Melakukan program K3 yang sifatnya mengatur kebijakan secara umum, serta memantau pelaksanaan yang dilakukan departemen K3 untuk pelaksanaan program K3 yang bersifat rutin.

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel independen dan dependen yang meliputi karakteristik responden umur, pendidikan terakhir, masa kerja, pengawasan K3 rambu-rambu K3, prosedur kerja, pengawas, dan APD, dan variabel kinerja keselamatan safety performance. 4.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pekerja Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Karakteristik Pekerja Bagian Gardu Induk PT. PLN Persero P3B UPT Medan Tahun 2016 No Karakteristik F Umur 1 ≤ 27 tahun 9 56.25 2 27tahun 7 43.75 Jumlah 16 100.00 Pendidikan Terakhir 1 SD - - 2 SMP - - 3 SMASMK 12 75.00 4 Diplomasarjana 4 25.00 Jumlah 16 100.00 Universitas Sumatera Utara No Karakteristik F Masa Kerja 1 ≤ 4 tahun 9 56.25 2 4 tahun 7 43.75 Jumlah 16 100.00 Pengukuran umur pada pekerja bagian tragiGI Glugur PT. PLN PERSERO P3B UPT Medan dilakukan untuk mengetahui besar usia pekerja bagian operator TragiGI yang dikategorikan menjadi usia ≤ 27 tahun dan 27 tahun berdasarkan nilai median. Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diperoleh responden yang berumur ≤ 27 tahun sebanyak 9 orang 56,25 dan yang berumur 27 tahun sebanyak 7 orang 43,75. Pengukuran pendidikan terakhir pada pekerja bagian operator tragiGI Glugur PT. PLN PERSERO P3B UPT Medan dilakukan untuk mengetahui pendidikan terakhir pada pekerja bagian operator tragiGI yang dikategorikan menjadi SD, SLTP, SMASTM, dan DiplomaSarjana. Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diperoleh tidak ada responden yang memiliki pendidikan terakhir SD dan SMP. Responden yang memiliki pendidikan terakhir SMASMK sebanyak 14 orang 75 dan pendidikan terakhir DiplomaSarjana sebanyak 2 orang 25. Pengukuran masa kerja pada pekerja bagian operator tragiGI Glugur PT. PLN PERSERO P3B UPT Medan dilakukan untuk mengetahui lama kerja sehingga dikategorikan menjadi ≤ 4 tahun dan 4 tahun berdasarkan nilai median. Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diperoleh responden memiliki masa kerja ≤ 4 tahun sebanyak 9 orang 56,25 dan 4 tahun sebanyak 7 orang 43,75. Universitas Sumatera Utara

4.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Independen Pengawasan

K3 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Independen PengawasanK3 pada Pekerja Bagian Gardu Induk PT. PLN Persero P3B UPT Medan Tahun 2016 No Pengawasan K3 F Pengawas 1 Tidak baik 75 3 18.80 2 Baik ≥ 75 13 81.20 Jumlah 16 100.00 APD 1 Tidak baik 75 1 6.20 2 Baik ≥ 75 15 93.80 Jumlah 16 100.00 Prosedur Keselamatan Kerja 1 Tidak baik 75 1 6.20 2 Baik ≥ 75 15 93.80 Jumlah 16 100.00 Rambu-rambu K3 1 Tidak baik 75 3 18.80 2 Baik ≥ 75 13 81.20 Jumlah 16 100.00 Pengukuran pengawas pada pekerja operasi bagian tragi GI Glugur PT. PLN PERSERO P3B UPT Medan dilakukan untuk mengetahui pengawasan di tempat kerja sehingga dikategorikan menjadi pengawas tidak baik apabila hasil Universitas Sumatera Utara jawaban dari kuesioner pengawas 75 dan pengawas baik apabila hasil jawaban dari kuesioner pengawas ≥ 75. Berdasarkan tabel 4.3 di atas diperoleh responden yang menyatakan pengawasan tidak baik sebanyak 3 orang 12,50 dan pengawasan baik sebanyak 13 orang 87,50. Pengukuran APD pada pekerja bagian tragiGI Glugur PT. PLN PERSERO P3B UPT Medan dilakukan untuk mengetahui APD di tempat kerja sehingga dikategorikan menjadi APD tidak baik apabila hasil jawaban dari kuesioner APD 75 da n APD baik apabila hasil jawaban dari kuesioner APD ≥ 75. Berdasarkan tabel 4.3 di atas diperoleh responden yang menyatakan APD tidak baik sebanyak 1 orang 6,20 dan APD baik sebanyak 15 orang 93,80. Pengukuran prosedur keselamatan kerja pada pekerja bagian operator tragiGI Glugur PT. PLN PERSERO P3B UPT Medan dilakukan untuk mengetahui prosedur keselamatan kerja yang dikategorikan menjadi prosedur keselamatan kerja tidak baik apabila hasil jawaban dari kuesioner prosedur keselamatan kerja 75 dan prosedur keselamatan kerja baik apabila hasil jawaban dari kuesioner prosedur keselamatan kerja ≥ 75. Berdasarkan tabel 4.3 di atas diperoleh responden yang menyatakan prosedur keselamatan kerja tidak baik sebanyak 1 orang 6,20 dan prosedur keselamatan kerja baik sebanyak 15 orang 93,80. Pengukuran rambu –rambu K3 pada pekerja operasi bagian tragiGI Glugur PT. PLN PERSERO P3B UPT Medan dilakukan untuk mengetahui rambu –rambu K3 di tempat kerja sehingga dikategorikan menjadi rambu –rambu K3 tidak baik Universitas Sumatera Utara apabila hasil jawaban dari kuesioner rambu –rambu K3 75 dan rambu–rambu K3 baik apabila hasil jawaban dari kuesioner rambu –rambu K3 ≥ 75. Berdasarkan tabel 4.3 di atas diperoleh responden yang menyatakan rambu –rambu K3 tidak baik sebanyak 3 orang 18,80 dan rambu –rambu K3 baik sebanyak 13 orang 81,20.

4.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Dependen Kinerja

Keselamatan Pengukuran kinerja keselamatan safety performance pada pekerja bagian operator tragiGI Glugur PT. PLN PERSERO P3B UPT Medan dilakukan untuk mengetahui kinerja keselamatan pekerja sehingga dikategorikan menjadi “tidak baik” apabila hasil jawaban dari kuesioner kinerja keselamatan mean dan “baik” apabila hasil jawaban dari kinerja keselamatan ≥ mean. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Keselamatan Safety Performance pada Pekerja Bagian Gardu Induk PT. PLN Persero P3B UPT Medan Tahun 2016 No Kinerja Keselamatan F 1 Tidak baik mean 5 31.20 2 Baik ≥ mean 11 68.80 Jumlah 16 100.00 Berdasarkan tabel 4.4 di atas diperoleh responden yang menyatakan kinerja keselamatan tidak baik sebanyak 5 orang 31,20 dan keselamatan baik sebanyak 11 orang 68,80. Universitas Sumatera Utara

4.3 Analisis Bivariat

Agar mengetahui hubungan antara pengawasan K3 rambu –rambu K3, APD, pengawas, dan prosedur keselamatan kerja dengan kinerja keselamatan Safety performance pekerja menggunakan Uji Fishers Exact p 0,05 dikarenakan sampel berjumlah kecil dan tidak berdistribusi normal. 4.3.1. Hubungan Pengawasan K3 dengan Kinerja Tabel 4.5. Hubungan Pengawasan K3 dengan Kinerja Keselamatan pada Pekerja Bagian Gardu Induk PT. PLN Persero P3B UPT Medan Tahun 2016 Variabel Independen Kinerja Keselamatan Jumlah P Value Baik Tidak baik n n n Rambu-rambu K3 0.018 Baik 11 100.0 2 40.0 13 81.2 Tidak Baik 3 60.0 3 18.8 APD Baik 10 90.9 5 100.0 15 93.8 1.000 Tidak Baik 1 9.1 1 6.2 Prosedur Kerja Baik 10 90.9 5 100 15 93.8 1.000 Tidak Baik 1 9.1 1 6.2 Pengawasan Baik Tidak baik 8 3 72.2 27.3 5 100.0 13 3 81.2 18.8 0.509 Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dari 16 pekerja diperoleh responden yang menyatakan rambu –rambu K3 baik dengan kinerja keselamatan baik sebanyak 11 orang 100,0 dan terhadap kinerja keselamatan tidak baik sebanyak 2 orang 40,0. Responden yang menyatakan rambu –rambu K3 tidak baik dengan kinerja Universitas Sumatera Utara keselamatan pekerja yang baik sebanyak 0 orang 0 dan responden yang menyatakan rambu –rambu k3 tidak baik dengan kinerja keselamatan tidak baik sebanyak 3 orang 60,0. Variabel rambu –rambu K3 memiliki nilai ρ = 0,018 p 0,05 yang menunjukkan ada hubungan rambu –rambu K3 dengan kinerja keselamatan safety performance pada pekerja operasi bagian tragiGI Glugur PT. PLN PERSERO P3B UPT Medan tahun 2016 yang berarti Ho ditolak. Pada variabel APD dari 16 pekerja diperoleh responden yang menyatakan APD baik dengan kinerja keselamatan baik sebanyak 10 orang 90,9 dan terhadap kinerja keselamatan pekerja tidak baik sebanyak 5 orang 100. Responden yang menyatakan APD tidak baik dengan kinerja keselamatan pekerja tidak baik sebanyak 0 orang 0 dan kinerja keselamatan pekerja baik sebanyak 1 orang 9,1. Variabel APD memiliki nilai ρ = 1,000 p 0,05 yang menunjukkan tidak ada hubungan APD dengan kinerja keselamatan safety performance pada pekerja operasi bagian tragiGI Glugur PT. PLN PERSERO P3B UPT Medan tahun 2016 yang berarti Ho diterima. Pada variabel prosedur keselamatan kerja, dari 16 pekerja diperoleh responden yang menyatakan prosedur keselamatan kerja dilakukan dengan baik dengan kinerja keselamatan baik sebanyak 10 orang 90,9 dan terhadap kinerja keselamatan tidak baik sebanyak 5 orang 100 . Responden yang menyatakan prosedur keselamatan kerja dilakukan tidak baik dengan kinerja keselamatan tidak baik sebanyak 0 orang 0 dan prosedur keselamatan kerja tidak baik dengan Universitas Sumatera Utara kinerja keselamatan baik sebanyak 1 orang 9,1. Variabel prosedur keselamatan kerja memiliki nilai ρ = 1,000 p 0,05 yang menunjukkan tidak ada hubungan prosedur keselamatan kerja dengan kinerja keselamatan safety performance pada pekerja bagian operator tragiGI Glugur PT. PLN PERSERO P3B UPT Medan tahun 2016 yang berarti Ho diterima. Pada variabel pengawasan mengenai k3, dari 16 pekerja responden yang menyatakan pengawasan baik dengan kinerja keselamatan baik sebanyak 8 orang 72,2 dan terhadap kinerja keselamatan tidak baik sebanyak 5 orang 100,0, responden yang menyatakan pengawasan tidak baik dengan kinerja keselamatan pekerja yang tidak baik sebanyak 0 orang 0 dan dengan kinerja pekerja yang baik sebanyak 3 orang 27,3. Variabel pengawasan memiliki nilai ρ = 0,509 p 0,05 yang menunjukkan tidak ada hubungan pengawas K3 dengan kinerja keselamatan safety performance pada pekerja operasi bagian tragiGI Glugur PT. PLN PERSERO P3B UPT Medan tahun 2016 yang berarti Ho diterima. Universitas Sumatera Utara 80

BAB V PEMBAHASAN