80
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan
Kinerja Keselamatan pada Pekerja Bagian Gardu Induk PT. PLN Persero P3B UPT Medan Tahun 2016
Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 adalah supervisor yang mengambil alih permasalahan dan mempertanggungjawabkannya, terutama
tentang masalah keselamatan dan kesehatan bawahannya. Pengawasan K3 yang diteliti dalam penelitian ini meliputi pengawas, rambu
–rambu K3, prosedur keselamatan kerja, dan APD pada karyawan bagian operator tragiGI Glugur PT.
PLN PERSERO P3B UPT Medan.
5.1.1 Hubungan Pengawas dengan Kinerja Keselamatan
Pengawas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengawasan yang
diterapkan oleh perusahaan di setiap tragiGI oleh supervisor harian. Hal yang penting diperhatikan di gardu induk berupa pengawasan, pelaksanaan prosedur kerja
dengan baik, pemasangan rambu-rambu k3 atau tanda bahaya di area tempat kerja dan penggunaan APD saat memasuki area tertutup. Pengawasan terhadap
pelaksanaan instruksi kerja secara keseluruhan di setiap area kerja dilakukan dengan memperhatikan aspek kehati
– hatian dalam bekerja dan pemakaian APD bagi setiap pekerja dengan memberikan arahan jika ada aspek
–aspek yang dilanggar. Setiap gardu induk memiliki seorang supervisor berjumlah 1 orang yang mengawasi 4
Universitas Sumatera Utara
karyawan. Setiap karyawan bekerja sesuai shift yang telah ditentukan supervisor. Sehari terdapat 3 shift kerja yang terdiri shift pagi, shift sore, dan shift malam.
Supervisor bersama seorang karyawan bawahan bertugas pada shift pagi, kemudian shift sore dan malam dilanjutkan oleh karyawan lain tanpa pengawasan langsung oleh
supervisor. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa mayoritas pengawasan
diterapkan dengan baik menurut pekerja bagian operator gardu induk yaitu sebanyak 13 dari 16 orang jumlah pekerja keseluruhan.
Mencapai tingkat safety performance yang baik, diperlukan peralatan dan tempat kerja yang aman, supervisor yang berkompeten dan keterampilan yang handal.
Disamping itu, persyaratan keselamatan kerja yang dibuat, diterapkan dan dipelihara sesuai dengan norma keselamatan kerja. Sedangkan kinerja keselamatan kerja
dilaporkan kepada pemimpin perusahaan untuk dikaji Hadipoetra, 2014. Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 16 pekerja dapat
diperoleh responden yang menyatakan pengawasan baik dengan kinerja keselamatan pekerja baik sebanyak 8 orang 72,2 dan terhadap kinerja keselamatan pekerja
tidak baik sebanyak 5 orang 100,0. Responden yang menyatakan pengawasan tidak baik dengan kinerja keselamatan pekerja tidak baik sebanyak 0 orang 0, dan
terhadap kinerja keselamatan baik sebanyak 3 orang 27,3 d engan nilai ρ = 0,509
lebih besar dari titik kritis p 0,05 hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengawasan dengan kinerja keselamatan safety performance. Hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitian melalui Uji Fishers Exact menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengawas dengan kinerja keselamatan dengan nilai p = 1,000.
Kondisi ini sesuai dengan hasil observasi peneliti selama beberapa hari di lapangan, dimana supervisor rutin mengawasi karyawan bawahannya di setiap hari
pada shift pagi. Pada saat shift sore dan malam, supervisor melakukan pengawasan melalui komunikasi via telepon ketika ada hal-hal penting yang terjadi ditempat kerja
untuk mengkoordinir pekerja. Adapaun keterbatasan pengawas yang dirasakan pekerja, tidak membuat mereka tidak memiliki kinerja keselamatan yang baik dan
bukan berarti pengawasan tidak diperlukan oleh pekerja. Pengetahuan akan prosedur kerja yang dimiliki pekerja telah membuat mereka memahami pekerjaan dengan baik,
walaupun pengawas tidak berada di tempat kerja selama shift sore dan malam. Pekerja yang berada sendiri di tempat kerja dapat melaksanakan pekerjaan dengan
memuaskan. Sebuah penelitian dalam Hadiopetra 2014 persepsi keselamatan pada
supervisor banyak difokuskan area berikut: kepemimpinan contoh perilaku, tanggung
jawab, dll,
komunikasi meeting,
pengakuanrecognition, penghargaanreward, masalah perilaku tidak aman, identifikasi masalah, alat
pelindung diri jumlah, penggunaan, kesesuaian standard, prosedur peraturan, kebijaksanaan, standard, petunjuk, pelatihan modul, jatah pelatihan, pengakuan,
dan personel pekerja asesmen, penghasilan. Kondisi yang ditemukan saat melakukan penelitian adalah pengawasan yang dilakukan sehari-hari oleh supervisor
Universitas Sumatera Utara
di gardu induk telah diterapkan langsung ataupun tidak langsung dan mayoritas pekerja berperilaku aman atau kinerja keselamatan baik, namun pada hasil penelitian
menemukan bahwa ada 5 orang yang diawasi dengan baik dan memilki kinerja keselamatan yang tidak baik. Peran Supervisor masih diperlukan untuk mengingatkan
pekerja berperilaku selamat dan aman saat bekerja selalu setiap hari. Supervisor maupun perusahaan mengingatkan pekerja dan memberikan teguran kepada pekerja
yang pernah melanggar dan tindakan yang dianggap menjadi masalah dalam bekerja. Selain itu, kesadaran pribadi untuk berperilaku aman dimiliki oleh sebagian besar
pekerja. Hal ini bermakna bahwa penerapan pengawasan aspek K3 di tempat kerja tersebut mayoritas baik dan pekerja mayoritas sudah berprilaku aman dengan hasil
kinerja keselamatan safety performance para pekerja yang dominan baik.
5.1.2 Hubungan APD dengan Kinerja Keselamatan
Penggunaan APD oleh perusahaan terhadap karyawan di bagian operator
tragiGI Glugur PT. PLN PERSERO P3B UPT Medan yang diteliti dalam penelitian ini ada meliputi tersediannya APD, pemakaian APD yang baik dan benar. APD
tersebut bertujuan untuk meningkatkan perilaku keselamatan saat memasuki area kerja yang memiliki potensi bahaya.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa mayoritas responden selalu menggunakan APD yaitu sebanyak 15 dari 16 orang jumlah pekerja. Kondisi ini
sesuai dengan hasil observasi peneliti dengan melakukan wawancara kepada responden selama beberapa hari di lapangan, dimana pengguaan APD bagi pekerja
Universitas Sumatera Utara
dilakukan wajib dan terbiasa. Penggunaan APD yang bersifat wajib akan menciptakan pekerja berperilaku aman bekerja yang akan dilihat dari hasil kinerja
keselamatan yang baik. Berdasarkan tabel 4.5 yang disajikan diatas juga dapat diasumsikan bahwa
semakin besar nilai APD atau dikatakan semakin baik APD yang diterapkan di perusahaan maka akan mengakibatkan kinerja keselamatan yang baik juga atau
dikatakan dengan tindakan aman saat bekerja. Griffin dan Neal 2000 mengemukakan kepatuhan keselamatan, menjelaskan aktivitas-aktivitas keselamatan
yang perlu dilakukan oleh individu untuk menjaga keselamatan kerja. Perilaku ini seperti mengikuti peraturan dan prosedur yang benar serta memakai peralatan
keselamatan atau alat pelindung diri. Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 16 pekerja diperoleh responden yang menyatakan APD baik dengan
kinerja keselamatan pekerja baik sebanyak 10 orang 90,9 dan terhadap kinerja keselamatan tidak baik sebanyak 5 orang 100. Responden yang menyatakan APD
tidak baik dengan kinerja keselamatan tidak baik sebanyak 0 orang 0 dan APD tidak baik dengan kinerja keselamatan pekerja baik sebanyak 1 orang 9,1 dengan
ni lai ρ = 1,000 lebih besar dari titik kritis p 0,05 hal ini menunjukkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara APD dengan kinerja keselamatan safety performance.
Dari observasi beberapa hari di lapangan dan wawancara dengan para pekerja menemukan bahwa pekerja bagian operator di gardu induk dominan sudah terbiasa
Universitas Sumatera Utara
menggunakan APD setiap hari saat bekerja seperti safety shoes dan helm. Bahkan ketika tamu berkunjung ke gardu induk, pekerja selalu mengarahkan tamu untuk
mengenakan helm sebelum memasuki area switch yard. Pada hasil penelitian ini temukan ada 5 orang yang memiliki kinerja tidak baik namun penggunaan APD dan
ketersedian APD di tempat kerja sudah baik. Hal tersebut terjadi kemungkinan masih ada pekerja yang terkadang mengenakan APD yang rusak, misal helm yang tidak
memiliki chin strap.
5.1.3 Hubungan Prosedur Keselamatan Kerja dengan Kinerja Keselamatan
Prosedur kerja diterapkan di bagian tragiGI Glugur PT. PLN PERSERO
P3B UPT Medan menggunakan dokumen yang tertulis berupa JSA, DP3, dan pedoman prosedur. Prosedur kerja digunakan untuk menciptakan keamanan dan
keselamatan dalam bekerja. Hasil analisis bivariat diperoleh responden yang menyatakan prosedur kerja baik dengan kinerja keselamatan pekerja baik sebanyak
10 orang 90,9 dan terhadap kinerja keselamatan pekerja tidak baik sebanyak 5 orang 100,0 . Responden yang menyatakan prosedur kerja tidak baik dengan
kinerja keselamatan pekerja tidak baik sebanyak 0 orang 0 dengan nilai ρ = 1,000
lebih besar dari titik kritis p 0,05 hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara prosedur kerja dengan kinerja keselamatan safety performance.
Menetapkan prosedur adalah tugas manajemen yang dilakukan dengan mengembangkan
dan mempergunakan
metode-metode yang
baku untuk
melaksanakan pekerjaan tertentu untuk memproduksi barang bermutu tinggi dan
Universitas Sumatera Utara
dalam jumlah besar dengan biaya efesien serta aman dan sehat, maka perlu suatu prosedur kerja yang standar terlebih dahulu, namun prosedur kerja tidak akan berarti
apabila tidak ditaati pekerja. Diperlukan kerjasama dan pengawasan prosedur kerja tersebut. Tujuan prosedur kerja adalah untuk mengeliminasi potensi bahaya
Hadipoetra, 2014. Saat melakukan wawancara dengan responden selama beberapa hari di
lapangan responden menyatakan bahwa prosedur kerja seperti intruksi kerja sebagai pesan lisan dan tulis berjalan dengan baik. Peneliti juga menanyakan mengenai JSA,
DP3, dan pedoman prosedur yang difokuskan kepada mereka untuk mudah dipahami dan berperilaku aman setiap hari sebelum bekerja. Para responden memberikan
pernyataan mengenai kengunaan pedoman prosedur tersebut. Beberapa tugas dalam pemeriksaaan instalasi gardu induk yaitu memeriksa peralatan secara visual yang
kemudian dituangkan dalam format checklist dan melakukan pengisian logsheet, monitoring dan mengupayakan tegangan sisi sekunder nominal 20 kV sesuai
permintaan pemadaman APD Alat Pengatur Distribusi dan 150 kv sesuai permintaan pemadaman UPB Unit Pengatur Beban dengan mengubah tap changer.
Jika terdapat perubahan status dan fungsi peralatan akibat adanya suatu gangguan operator gardu induk akan mematikan bunyi alarm, memeriksa dan mengamati
perubahan yang terjadi pada panel kontrol dan panel proteksi, mencatat jam gangguan dan indikasi yang muncul. Operator harus melaksanakan SOP Gardu Induk yang
berlaku yaitu, melaporkan gangguan dan langkah-langkah yang telah dilakukan
Universitas Sumatera Utara
kepada Dispatcher UPB, melaksanakan instruksi atau perintah dari Dispatcher UPB, melaporkan gangguan yang bersifat permanen dan vital kepada supervisor.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja dominan sudah memahami pentingnya prosedur keselamatan kerja dan prosedur kerja telah
dituangkan perusahaan dalam DP3. Peran pengawassupervisor gardu induk menjadi hal yang penting saat melakukan manuver, trip, maupun pemeliharaan gardu induk.
5.1.4 Hubungan Rambu –Rambu K3 dengan Kinerja Keselamatan
Rambu-rambu keselamatan adalah peralatan yang bermanfaat untuk
membantu melindungi kesehatan dan keselamatan para karyawan dan pengunjung yang sedang berada di tempat kerja. Rambu-rambu K3 yang diteliti dalam penelitian
ini adalah rambu-rambu K3 yang diterapkan oleh perusahaan di bagian tragiGI Glugur PT. PLN PERSERO P3B UPT Medan meliputi rambu-rambu K3 yang
dipasang berupa ajakan penerapaan K3, rambu peringatan yang jelas mengenai lokasi rawan bahaya, dan tanda perintah APD yang wajib digunakan di daerah kerja.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa rambu-rambu K3 diterapkan dengan baik yaitu sebanyak 13 orang dari 16 orang jumlah pekerja. Berdasarkan
analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 16 pekerja diperoleh responden yang menyatakan rambu-rambu K3 baik dengan kinerja keselamatan pekerja baik
sebanyak 11 orang 100,0 dan terhadap kinerja keselamatan pekerja tidak baik sebanyak 2 orang 40,0, dan responden yang menyatakan rambu-rambu K3 tidak
Universitas Sumatera Utara
baik dengan kinerja keselamatan pekerja baik sebanyak 0 orang 0 dan terhadap kinerja keselamatan tidak baik 3 orang 60,0. Berdasarkan uji fisher
’s exact yang dilakukan, diperoleh nilai ρ = 0,018 berarti lebih kecil dari titik kritis p 0,05 hal
ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara rambu-rambu K3 dengan kinerja keselamatan safety performance.
Pada Penenelitian oil dan gas idustri di Irak menemukan bahwa faktor manusia dan praktek manajemen pekerjaan di dalam organisasi dapat mencapai
kinerja keselamatan yang lebih baik jika petunjukan keamanan dapat mempengaruhi perilaku pekerja untuk mencegah tempat kerja cedera Shamsudin, 2011.
Keberadaan rambu-rambu K3 tersebut telah menyentuh para pekerja untuk membenahi atau mengarahkan prilaku aman bekerja. Kondisi observasi peneliti
selama beberapa hari di lapangan ditemukan pada setiap area kerja telah dipasang rambu-rambu K3. Rambu-rambu K3 yang dipasang di daerah gardu induk mayoritas
terlihat dengan jelas secara visual seperti awas tegangan tinggi 20kv, daerah tutup, dilarang membawa benda diatas 1 meter di atas kepala di daerah switch yard,
berbahaya tegangan tinggi, 5R Ringkas, Rapi, Resik, Rajin, dan Rawat, stop jangan dikerjakan, awas jalur kabel lantai terbuka, dll. Pekerja sendiri menyatakan rambu-
rambu K3 sangat penting karena area kerja mereka memiliki potensi bahaya yang sangat tinggi terkhusus rambu-rambu K3 saat pemeliharaan gardu.
Hasil observasi peneliti menunjukkan masih ada gardu induk yang kurang dalam memperkenalkan keselamatan dan kesehatan kerja berupa poster K3 yang
Universitas Sumatera Utara
memberikan informasi K3 listrik, perlu peringatan dan gambar pekerja yang berperilaku K3 seperti; kenakan sarung tangan, bahaya listrik tegangan tinggi
dengan mencamtukan gambar yang sesuai agar pekerja maupun tamu memahami lokasi area kerja, bahaya di tempat kerja dan secara visual berguna untuk selalu
mengingatkan berperilaku aman untuk meningkatkan kinerja keselamatan.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN