Pengaruh Perilaku Pekerja terhadap Penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bagian Produksi PT. Gold Coin Indonesia Tahun 2010

(1)

PENGARUH PERILAKU PEKERJA TERHADAP PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DI BAGIAN PRODUKSI PT. GOLD COIN INDONESIA TAHUN 2010

T E S I S

Oleh

SISCA ZULLIYANTI 087010003/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF WORKERS' BEHAVIOR ON THE IMPLEMENTATION OF OCCUPATIONAL SAFETY AND

HEALTH MANAGEMENT IN THE PRODUCTION SECTION OF PT. GOLD COIN INDONESIA IN 2010

T H E S I S

By

SISCA ZULLIYANTI 087010003/IKM

S2 STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH SCIENCE FACULTY OF

SUMATERA UTARA UNIVERSITY PUBLIC HEALTH MEDAN


(3)

PENGARUH PERILAKU PEKERJA TERHADAP PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DI BAGIAN PRODUKSI PT. GOLD COIN INDONESIA TAHUN 2010

TESIS

Diajukan Sebagai salah satu syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SISCA ZULLIYANTI 087010003/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH PERILAKU PEKERJA TERHADAP PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA DI BAGIAN

PRODUKSI PT. GOLD COIN INDONESIA

TAHUN 2010 Nama Mahasiswa : Sisca Zulliyanti Nomor Induk Mahasiswa : 087010003

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Kerja

Menyetujui Komisi Pembimbing :

Ketua

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.S.I.E.) (

Anggota

Ir. Kalsum, M.Kes)

Ketua Program Studi Dekan


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PERILAKU PEKERJA TERHADAP PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DI BAGIAN PRODUKSI PT. GOLD COIN INDONESIA TAHUN 2010

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Februari 2011

SISCA ZULLIYANTI 0870100003/IKM


(6)

Telah diuji Pada tanggal :

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.S.I.E. Anggota : 1. Ir. Kalsum, M.Kes


(7)

ABSTRAK

Survei awal yang dilakukan oleh peneliti di PT. Gold Coin Indonesia terlihat bahwa banyak perilaku pekerja yang tergolong tindakan tidak aman seperti tidak menggunakan alat pelindung diri yang telah disediakan perusahaan pada saat sedang bekerja dan tidak mematuhi rambu-rambu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang dipasang di lingkungan kerja. Data perusahaan menunjukkan pada tahun 2008 terdapat 83 kasus kecelakaan, tahun 2009 terdapat 87 kasus kecelakaan, dan sampai bulan April 2010 terdapat 25 kasus kecelakaan. Sebagian besar kecelakaan terjadi karena perilaku pekerja yang tidak mematuhi prosedur kerja. Dari 30 karyawan yang di survey, 67% diantaranya memiliki perilaku negatif dalam menjalankan K3.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku pekerja (pengetahuan, sikap, dan tindakan) terhadap penerapan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di bagian produksi PT. Gold Coin Indonesia. Jenis penelitian adalah survei eksplanatori. Sampel penelitian adalah seluruh populasi di bagian produksi PT. Gold Coin Indonesia yang berjumlah 48 orang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan analisis regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan antara perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) terhadap penerapan manajemen K3.

Disarankan kepada manajemen perusahaan agar dapat meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai K3 dengan memberikan pelatihan dan promosi K3 kepada seluruh pekerja.


(8)

ABSTRACT

The initial surveys conducted by researchers at the PT. Gold Coin Indonesia showed that many workers who belong to the behavior of unsafe actions such as not using personal protective equipment that has been provided by the company at the time was working and did not obey the signs Occupational Health and Safety (OHS) that is placed in the working environment. Company data shows that in 2008 there were 83 cases of accidents, in 2009 there were 87 cases of accident, and until April 2010 there were 25 cases of accidents. Most accidents are caused by the behavior of workers who do not comply with work procedures. Of the 30 employees in the survey, 67% of them have a negative attitude in running OHS.

This study purpose to analyze the influence of worker behavior (knowledge, attitudes, and actions) on the implementation of occupational safety and health management in the production section of PT. Gold Coin Indonesia. The study was an explanatory survey. The sample were all population in the production of PT. Gold Coin Indonesia amount of 48 people. Method of data collection conducted by questionnaire. The data were analyzed with multiple logistic regression analysis.

Result of the research showed that

It is suggested to the management company in order to increase workers’ knowledge about OHS by providing training and promotion of OHS to all workers.

there were significant influence of behavior (knowledge, attitudes, and actions) on the implementation of OHS management.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat karuniaNya penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Perilaku Pekerja terhadap Penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bagian Produksi PT. Gold Coin Indonesia Tahun 2010”

Dalam menyusun tesis ini penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM),Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang M.S.I.E. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Kalsum, M.Kes selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dan


(10)

pikiran serta dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam penyusunann tesis ini.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S selaku Ketua Komisi Pembanding dan Eka Lestari Mahyuni, S.K.M, M.Kes selaku anggota Komisi Pembanding yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

Selanjutnya, terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Salaswati, S.Psi selaku Manajer HRD PT. Gold Coin Indonesia yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di perusahaannya.

Tak lupa juga penulis sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis, abang, kakak dan seluruh anggota keluarga yang telah memberikan dukungan moril dalam penulisan tesis ini.

Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Februari 2011


(11)

RIWAYAT HIDUP

Sisca Zulliyanti dilahirkan di Bireuen pada tanggal 22 Juni 1981, anak pertama dari empat bersaudara. Anak dari Bapak Zulfikar dan Ibu Hasriani Husein.

Memulai pendidikan di SDN-3 Bireuen, Aceh Utara, dan lulus tahun 1994, melanjutkan pendidikan di SMPN-1 Bireuen, Aceh Utara, dan lulus tahun 1997. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN-1 Bireuen, Aceh Utara lulus tahun 2000. Selanjutnya meneruskan pendidikan Strata 1 Program Studi Teknik Industri di Universitas Sumatera Utara Medan lulus tahun 2005. Saat ini sedang mengikuti Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis bekerja sebagai Direktur PJK3 Global Safety Indonesia pada tahun 2008- sampai sekarang.


(12)

DAFTAR ISI Halaman

ABSTRAK……….. i

ABSTRACT………. ii

KATA PENGANTAR………... iii

RIWAYAT HIDUP……… v

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL……….. viii

DAFTAR GAMBAR………... ix

DAFTAR LAMPIRAN x BAB 1. PENDAHULUAN……… 1

1.1. Latar Belakang………... 1

1.2. Permasalahan………. 6

1.3. Tujuan Penelitian……… 7

1.4. Hipotesis………... 7

1.5. Manfaat Penelitian……….. 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA……… 8

2.1. Perilaku………... 2.1.1 Definisi Perilaku………. 2.1.2 Domain Prilaku………. 2.1.3 Teori Prilaku………. 8 8 9 12 2.2. Definisi MK3 ………... 13

2.3. Latar Belakang MK3……….. 2.4. Program K3………... 2.5. Landasan Teori………... 14 18 26 2.6. Kerangka Konsep Penelitian……….. 28

BAB 3. METODE PENELITIAN………... 29

3.1. Jenis Penelitian………... 29

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 29

3.3. Populasi dan Sampel……….. 29

3.4. Metode Pengumpulan Data……….... 30


(13)

3.7. Metode Analisis Data……….. 36

BAB 4. HASIL PENELITIAN………. 37

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……… 4.2. Distribusi Frekuensi Perilaku Pekerja…..……….. 4.3. Gambaran Hubungan Perilaku Pekerja terhadap Penerapan

MK3……… 4.4. gambaran Pengaruh Perilaku Pekerja terhadap Penerapan

MK3……… 37 38 44 45

BAB 5. PEMBAHASAN……….. 48

5.1. Peranan MK3……….. 5.2. Hubungan Pengetahuan terhadap Penerapan MK3……… 5.3. Hubungan Sikap terhadap Penerapan MK3………... 5.4. Hubungan Tindakan terhadap Penerapan MK3………. 5.5. Pengaruh Perilaku terhadap Penerapan MK3……….

48 50 52 54 56

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN………... 57

6.1. Kesimpulan………. 6.2. Saran………...

57 57

DAFTAR PUSTAKA………. 59


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 3.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10

Jumlah Kecelakaan Akibat Kerja dan Jumlah Kompensasi Periode 2001-2006………. Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen………… Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden……… Distribusi Frekuensi Pengetahuan………. Distribusi Frekuensi Sikap……… Distribusi Frekuensi Tindakan………. Distribusi Frekuensi Perilaku Pekerja………... Distribusi Frekuensi Pernyataan Penerapan MK3……… Distribusi Frekuensi Penerapan MK3………... Tabulasi Silang antara Perilaku terhadap Penerapan MK3………. Hasil Uji Regresi Logistik Tahap Pertama ……….. Uji Regresi Logistik Tahap Kedua………

17 34 38 39 40 41 41 42 43 44 47 48


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian………... 64

2. Uji Validitas dan Reliabilitas……….. 70

3. Master Data Penelitian………. 73

4. Hasil Pengolahan Data Penelitian……… 83


(17)

ABSTRAK

Survei awal yang dilakukan oleh peneliti di PT. Gold Coin Indonesia terlihat bahwa banyak perilaku pekerja yang tergolong tindakan tidak aman seperti tidak menggunakan alat pelindung diri yang telah disediakan perusahaan pada saat sedang bekerja dan tidak mematuhi rambu-rambu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang dipasang di lingkungan kerja. Data perusahaan menunjukkan pada tahun 2008 terdapat 83 kasus kecelakaan, tahun 2009 terdapat 87 kasus kecelakaan, dan sampai bulan April 2010 terdapat 25 kasus kecelakaan. Sebagian besar kecelakaan terjadi karena perilaku pekerja yang tidak mematuhi prosedur kerja. Dari 30 karyawan yang di survey, 67% diantaranya memiliki perilaku negatif dalam menjalankan K3.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku pekerja (pengetahuan, sikap, dan tindakan) terhadap penerapan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di bagian produksi PT. Gold Coin Indonesia. Jenis penelitian adalah survei eksplanatori. Sampel penelitian adalah seluruh populasi di bagian produksi PT. Gold Coin Indonesia yang berjumlah 48 orang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan analisis regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan antara perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) terhadap penerapan manajemen K3.

Disarankan kepada manajemen perusahaan agar dapat meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai K3 dengan memberikan pelatihan dan promosi K3 kepada seluruh pekerja.


(18)

ABSTRACT

The initial surveys conducted by researchers at the PT. Gold Coin Indonesia showed that many workers who belong to the behavior of unsafe actions such as not using personal protective equipment that has been provided by the company at the time was working and did not obey the signs Occupational Health and Safety (OHS) that is placed in the working environment. Company data shows that in 2008 there were 83 cases of accidents, in 2009 there were 87 cases of accident, and until April 2010 there were 25 cases of accidents. Most accidents are caused by the behavior of workers who do not comply with work procedures. Of the 30 employees in the survey, 67% of them have a negative attitude in running OHS.

This study purpose to analyze the influence of worker behavior (knowledge, attitudes, and actions) on the implementation of occupational safety and health management in the production section of PT. Gold Coin Indonesia. The study was an explanatory survey. The sample were all population in the production of PT. Gold Coin Indonesia amount of 48 people. Method of data collection conducted by questionnaire. The data were analyzed with multiple logistic regression analysis.

Result of the research showed that

It is suggested to the management company in order to increase workers’ knowledge about OHS by providing training and promotion of OHS to all workers.

there were significant influence of behavior (knowledge, attitudes, and actions) on the implementation of OHS management.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan industri dalam proses produksinya selalu disertai faktor-faktor yang mengandung risiko bahaya dengan terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja.

Garis-Garis Besar Haluan Negara (1993), menegaskan bahwa perlindungan tenaga kerja meliputi hak keselamatan dan kesehatan kerja (K3), serta jaminan sosial tenaga kerja yang mencangkup jaminan hari tua, jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan terhadap kecelakaan, jaminan kematian, serta syarat-syarat kerja lainnya. Amanat GBHN ini menuntut dukungan dan komitmen untuk perwujudannya melalui penerapan K3 yang disebabkan sebagai landasannya, disamping Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Upaya K3 telah dimantapkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang menyatakan kewajiban pengusaha menyelenggarakan upaya K3 untuk melindungi tenaga kerja dari potensi bahaya yang dihadapinya.

Setiap ancaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus dicegah. Karena ancaman seperti itu akan membawa kerugian baik material, moril maupun


(20)

waktu terutama terhadap kesejahteraan pekerja dan keluarganya. Perlu disadari bahwa pencegahan terhadap bahaya tersebut jauh lebih baik daripada menunggu sampai kecelakaan terjadi yang biasanya memerlukan biaya yang lebih besar untuk penanganan dan pemberian kompensasinya. Mengingat kegiatan sektor industri tidak terlepas dengan penggunaan teknologi maju yang dapat berdampak terhadap keselamatan dan kesehatan kerja terutama masalah penyakit akibat kerja (Markanen, 2004).

Angkatan kerja Indonesia diperkirakan berjumlah 95,7 juta orang, terdiri dari 58,8 juta tenaga kerja laki-laki dan 36,9 juta tenaga kerja perempuan. Sekitar 44 persen dari total angkatan kerja bekerja di sektor pertanian dan lebih dari 60 persen bekerja dalam perekonomian informal (Depkes, 2006). Data Jamsostek menunjukan bahwa rata-rata persentase kecelakaan yang terjadi akibat hubungan kerja sebesar 15,65% setiap tahunnya, sedangkan rata-rata peningkatan jumlah tenaga kerja setiap tahunnya hanya 6,12 %. Rata-rata peningkatan biaya jaminan kecelakaan yang dialokasikan setiap tahunnya sebesar 23,52 dan rata-rata peningkatan biaya jaminan per kecelakaan sebesar 9,41 % (Jamsostek, 2006).

Data dari Jamsostek (2007), menunjukan 64.189 kasus kecelakaan terjadi akibat interaksi pekerja dengan mesin dan peralatan, 3.081 kasus kecelakaan terjadi akibat penggunaan bahan-bahan berbahaya, 20.770 kasus kecelakaan terjadi akibat faktor lingkungan kerja, 7.719 kasus kecelakaan terjadi akibat faktor lain.


(21)

Di antara negara-negara Asia, Indonesia termasuk negara yang telah memberlakukan undang-undang yang paling komprehensif (lengkap) tentang sistem manajemen K3 khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang berisiko tinggi. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa “setiap perusahaan yang mempekerjakan 100 karyawan atau lebih atau yang sifat proses atau bahan produksinya mengandung bahaya karena dapat menyebabkan kecelakaan kerja berupa ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja diwajibkan menerapkan dan melaksanakan sistem manajemen K3”. (Peraturan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi No: PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja).

Pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada dasarnya merupakan tanggung jawab para manajemen yang wajib memelihara kondisi kerja yang selamat sesuai dengan ketentuan pabrik (Silalahi, 1991). Penerapan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja secara komprehensip merupakan cara pencegahan yang efektif. Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Permenaker PER.05/MEN/1996).


(22)

Menurut Budiono (2003), manajemen harus menunjukkan komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan menyediakan sumber daya yang memadai untuk mengelola K3 secara terstruktur dan sistematis. Komitmen ini dibuktikan dengan adanya kebijakan (pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha); (1) untuk menciptakan tempat kerja yang aman (safe), (2) mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, (3) meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja, dan (4) memenuhi peraturan yang berlaku.

Pelaksanaan manajemen K3 adalah salah satu bentuk upaya yang ditujukan untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (Depkes RI, 2002).

Perilaku pekerja tentang K3 menentukan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan penerapan MK3. Hasil penelitian Salawati (2009) menunjukan adanya hubungan antara perilaku tenaga kesehatan terhadap penerapan Manajemen K3 di Rumah Sakit zainal Abidin Banda Aceh.

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah segala aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung atau tidak langsung (Notoatmodjo, 1997). Benyamin Bloom (1908) dalam Soekidjo Notoatmodjo (2003), membagi perilaku manusia dalam 3 domain yaitu pengetahuan (domain kognitif), sikap (domain afektif) dan tindakan


(23)

Notoatmojo (2003), mendefinisikan pengetahuan sebagai hasil penginderaan manusia, atau hasil tau seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Azwar (2000), menyatakan bahwa sikap merupakan suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial. Tindakan adalah mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata (Notoatmodjo, 2003).

PT. Gold Coin Indonesia merupakan perusahaan swasta PMA (Penanaman Modal Asing) yang bergerak di industri pakan ternak. PT. Gold Coin Indonesia memiliki tenaga kerja sebanyak 225 orang sehingga berkewajiban untuk merapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Pasal 3 Permenaker No. 05/Men/1996).

PT. Gold Coin Indonesia sudah menerapkan manajemen K3 di lingkungan perusahaan sejak tahun 2004 dan belum memperoleh sertifikasi SMK3. Pihak perusahaan belum pernah mengundang badan audit independen (auditor eksternal) untuk melakukan audit SMK3. Perusahaan hanya melakukan proses audit internal yang dilakukan oleh pengurus yang memiliki kualifikasi auditor, yaitu minimal tamatan D3, memiliki sertifikat Ahli K3 Umum, dan telah lulus diklat auditor internal SMK3. Menurut Permenaker No. 05/Men/1996, perusahaan wajib membuktikan keberhasilan penerapan SMK3 dengan melakukan audit eksternal setiap 3 tahun dan melakukan audit internal setiap tahunnya. Hasil audit internal 3 tahun terakhir (2007


(24)

– 2010) menunjukkan grafik hasil penerapan Manajemen K3 yang cenderung tidak terjadi peningkatan (stagnan).

Berdasarkan hasil survey pendahuluan, peneliti menemukan banyak perilaku pekerja yang tergolong unsafe action, seperti sering tidak menggunakan APD yang telah disediakan perusahaan pada saat sedang bekerja, tidak mematuhi rambu-rambu K3 yang dipasang di lingkungan kerja. Perilaku pekerja yang negatif menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Data perusahaan menunjukan pada tahun 2008 terdapat 83 kasus kecelakaan, tahun 2009 terdapat 87 kasus kecelakaan, dan sampai bulan April 2010 terdapat 25 kasus kecelakaan. Sebagian besar kecelakaan terjadi karena perilaku pekerja yang tidak mematuhi prosedur kerja.

Banyaknya kasus-kasus diatas memberikan pengertian bahwa upaya penerapan manajemen K3 yang dilakukan belum optimal. Hal ini tentu tidak terlepas dari peranan manajemen, tenaga kerja, maupun kondisi peralatan dan mesin. Pekerja sebagai suatu unsur yang sangat penting dalam upaya melaksanakan K3 secara optimal. Pendayagunaan pekerja dapat dilakukan dengan cara memberikan berbagai bekal yang berkaitan dengan K3, sehingga dapat membentuk perilaku yang benar terhadap K3.

Berdasarkan uraian diatas, tergambar bahwa meskipun perusahaan sudah menerapkan manajemen K3 namun hasilnya masih belum optimal. Apakah ini dipengaruhi oleh perilaku pekerja yang negatif terhadap upaya memelihara dan


(25)

K3. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti “Pengaruh Perilaku Pekerja terhadap Penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) di PT. Gold Coin Indonesia”.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh perilaku pekerja (pengetahuan, sikap dan tindakan) terhadap penerapan MK3 di PT. Gold Coin Indonesia.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh perilaku pekerja terhadap penerapan MK3 di PT. Gold Coin Indonesia.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh perilaku pekerja terhadap penerapan MK3 di PT. Gold Coin Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen perusahaan akan pentingnya perilaku pekerja terhadap penerapan MK3 secara optimal.


(26)

b. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dan pengembangan untuk penelitian sejenis secara berkelanjutan.

c. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan serta sebagai studi perbandingan antara teori dengan kenyataan yang terjadi di perusahaan.


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku

2.1.1 Definisi perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau tidak langsung (Notoatmodjo, 1997). Menurut ensiklopedi Amerika bahwa perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungan. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yakni yang disebut rangsangan, dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi perilaku tertentu (Notoatmodjo, 1997).

Kwick (1994) dalam Notoatmodjo (1997) menyatakan perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Irwanto (2002) sebagai obyek empiris, perilaku mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Perilaku itu kasat mata tapi penyebabnya mungkin tidak dapat diamati secara

langsung.

b. Perilaku mengenal berbagai tingkatan, ada perilaku sederhana (perilaku binatang atau sel) dan juga perilaku yang kompleks (perilaku sosial manusia). Ada


(28)

perilaku yang sederhana seperti refleks tetapi ada juga yang melibatkan proses-proses mental fisiologis yang lebih tinggi.

c. Perilaku bervariasi menurut jenis tertentu yang bisa diklasifikasikan. Salah satu klasifikasi yang dikenal adalah kognitif, afektif dan psikomotorik masing-masing merujuk pada sifat rasional, emosional dan gerakan fisik dalam berfikir.

d. Perilaku bisa disadari dan tidak disadari, walau sebagian besar perilaku sehari-hari disadari tetapi terkadang kita bertanya pada diri sendiri kenapa berperilaku seperti itu.

2.1.2 Domain perilaku

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003) membagi perilaku manusia dalam 3 domain. Ketiga domain tesebut adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan (domain kognitif).

Pengetahuan merupakan suatu hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni penciuman, penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).


(29)

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu, diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan masyarakat dalam mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. b. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat mempraktekkan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisis, diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain.

e. Sintesis, menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi, berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu

materi atau obyek.


(30)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2003). Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian antara reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap derajat sosial. Necomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatau perilaku, sikap masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap suatu obyek (Soekidjo Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap terdiri dari berbagai tindakan yaitu:

a. Menerima, diartikan bahwa seseorang atau subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek.

b. Merespon, diartikan memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indiksi dari sikap.

c. Menghargai, diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.


(31)

Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanya bagaimana pendapat atau pertanyaan respon terhadap suatu obyek. Secara langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2003).

3. Tindakan (domain psikomotor)

Suatu sikap yang belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Selain faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain (Notatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003) praktik mempunyai beberapa tingkatan yaitu:

a. Persepsi, diartikan dapat mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat I.

b. Respon terpimpin, diartikan dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat II. c. Mekanisme, diartikan apabila seseorang telah dapat melaksanakan sesuatu

dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan, maka ia telah mencapai praktik tingkat III.

d. Adopsi, merupakan suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikan tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.


(32)

2.1.3 Teori perilaku

Perilaku manusia tidak lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia berperilaku, Walgito (2003) menjelaskan teori perilaku sebagai berikut:

a. Teori insting, menurut teori ini perilaku manusia disebabkan oleh insting. Insting merupakan perilaku innate (perilaku yang bawaan), insting juga akan mengalami perubahan karena pengalaman.

b. Teori dorongan, teori ini menerangkan bahwa manusia mempunyai dorongan-dorongan yang berkaitan dengan kebutuhan, dan manusia ingin memenuhi kebutuhannya maka terjadi ketegangan dalam diri manusia. Bila manusia mampu berperilaku untuk memenuhi kebutuhannya maka akan terjadi pengurangan dorongan-dorongan tersebut.

c. Teori insentif, menurut teori ini perilaku manusia timbul karena disebabkan karena adanya insentif. Insentif disebut juga reinforcement, ada yang positif (berkaitan dengan hadiah) dan negatif (berkaitan dengan hukuman).

d. Teori atribusi, teori ini menganggap perilaku manusia disebabkan oleh disposisi internal (misalnya motif, sikap dan sebagainya) atau keadaan eksternal (misalnya situasi).


(33)

e. Teori kognitif, menurut teori ini dimana seseorang harus memilih perilaku mana yang harus dilakukan, maka yang bersangkutan akan memilih alternatif perilaku yang akan membawa manfaat bagi yang bersangkutan. Kemampuan berfikir seseorang sebagai penentu dalam menentukan pilihan.

2.2 Definisi MK3

Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri atas perencanaan (planning), pengorganisasi (organizing), pelaksanaan (actuating), pengawasan (controlling) dan tindak lanjut yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber daya yang ada. Sistem manajemen merupakan kegiatan manajemen yang teratur dan saling berhubungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (ISO, 9000:2005).

Menurut Peraturan Menteri Tenaga kerja Nomor 5 Tahun 1996, sistem manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.


(34)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan pengusaha, pekerja dan pemerintah di seluruh dunia. Menurut perkiraan ILO, setiap tahun di seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah-masalah akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat kerja (Markkanen, 2004). Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan-kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja setiap tahun lebih dari US$1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP) (Markkanen, 2004).

Tingkat kecelakaan fatal di negara-negara berkembang empat kali lebih tinggi dibanding negara-negara industri. Di negara berkembang, kebanyakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi di bidang pertanian, perikanan dan perkayuan, pertambangan dan konstruksi. Tingkat buta huruf yang tinggi dan pelatihan yang kurang memadai mengenai metode keselamatan kerja mengakibatkan tingginya angka kematian yang terjadi karena kebakaran dan pemakaian zat-zat berbahaya yang mengakibatkan penderitaan dan penyakit yang tak terungkap termasuk kanker, penyakit jantung dan stroke (Dodi, 2006).

Praktek ergonomis yang kurang memadai mengakibatkan gangguan pada otot, yang mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas pekerja. Selain itu,


(35)

masalah-masalah-masalah kesehatan yang serius, termasuk penyakit jantung, stroke, kanker yang ditimbulkan oleh masalah hormon, dan sejumlah masalah kesehatan mental (Wigati, 2009).

Angkatan kerja Indonesia diperkirakan berjumlah 115,7 juta orang, terdiri dari 73,8 juta tenaga kerja laki-laki dan 51,9 juta tenaga kerja perempuan. Sekitar 44 persen dari total angkatan kerja bekerja di sektor pertanian dan lebih dari 60 persen bekerja dalam perekonomian informal (Depkes RI, 2006).

Pada bulan Januari 2006 menyebutkan bahwa kecelakaan di tempat kerja yang tercatat di Indonesia telah meningkat dari 98.902 kasus pada tahun 2006 menjadi 104.774 kasus pada tahun 2007. Selama paruh pertama tahun 2008 saja, telah tercatat 57.972 kecelakaan kerja (Taufiqqurrahman, 2008). Tabel 2.1 berikut ini menyajikan jumlah kecelakaan kerja dan santunan kecelakaan kerja di Indonesia yang dibayarkan selama periode 2001-2006. Data yang disajikan dalam tabel ini diambil dari database ASEAN OSHNET.

Tabel 2.1. Jumlah Kasus Kecelakaan Kerja dan Kompensasi Periode 2001-2006.

Tahun

Kasus Kecelakaan Kompensasi yang dibayarkan (dalam milyaran

rupiah) Total Fatal

Cacat permanen

Cacat sementara

2001 65.949 902 13.282 51.765 39

2002 82.066 784 8.907 72.375 50

2003 95.759 1.089 7.877 86.773 71

2004 88.336 1.375 11.860 78.163 76

2005 90.542 1.976 12.871 75.695 83

2006 98.902 2.013 11.633 85.256 94


(36)

Meningkatnya angka kecelakan kerja dipengaruhi oleh peningkatan potensi bahaya mesin dan peralatan yang digunakan. Data Jamsostek menunjukan bahwa rata-rata persentase kecelakaan yang terjadi akibat hubungan kerja sebesar 15,65% setiap tahunnya, sedangkan rata-rata peningkatan jumlah tenaga kerja setiap tahunnya hanya 6,12 % . Rata-rata peningkatan biaya jaminan kecelakaan yang dialokasikan setiap tahunnya sebesar 23,52 dan rata-rata peningkatan biaya jaminan per kecelakaan sebesar 9,41 % (Jamsostek, 2006).

Data dari Jamsostek (2007), menunjukan 64.189 kasus kecelakaan terjadi akibat interaksi pekerja dengan mesin dan peralatan, 3.081 kasus kecelakaan terjadi akibat penggunaan bahan-bahan berbahaya, 20.770 kasus kecelakaan terjadi akibat faktor lingkungan kerja, 7.719 kasus kecelakaan terjadi akibat faktor lain.

Telah terjadi peningkatan penggunaan bahan-bahan berbahaya oleh masyarakat pekerja setiap tahunnya yang mengacam kesehatan pekerja. Indikasi ini terlihat dari lebih dari 1000 jenis bahan kimia baru yang dihasilkan per tahun, 500 - 10.000 bahan kimia yang diperdagangkan mengandung bahaya, dan 150 – 200 bahan kimia yang diperdagangkan berpotensi menyebabkan kanker (Topobroto, 2007).

Biaya dari kecelakaan kerja berkaitan dengan kehilangan waktu kerja, kerugian pada mesin, kerusakan peralatan dan aset lainnya, kerugian pada material dan inventaris lainnya, kehilangan jam kerja, premi asuransi dan pembayarannya,


(37)

Di era globalisasi dan pasar bebas Asean Free Trade Ageement (AFTA) dan

World Trade Organization (WTO) serta Asia Pacific Ecomoic Community (APEC)

yang akan berlaku tahun 2020, dan untuk memenangkan persaingan bebas ternyata kesehatan dan keselamatan kerja juga menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh industri di Indonesia dengan dicantumkannya persyaratan aspek K3 di dalam Standar ISO 9000:2000, (Wirahadikusumah, 2005).

Pengelolaan K3 melalui pendekatan MK3 merupakan solusi untuk mengatasi berbagai masalah K3, yaitu; (1) sistem manajemen yang melibatkan seluruh aspek (manusia, bahan, mesin dan peralatan, produk, proses dan faktor lingkungan) yang mempengaruhi K3 di tempat kerja, (2) mencakup seluruh fungsi manajemen (planning, organaizing, actuating dan controling), (3) mencakup kegiatan yang bersifat preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif, mendorong peran aktif seluruh tingkatan manajemen dan tenaga kerja, (4) menjamin pemenuhan terhadap peraturan perundang-undangan, standar nasional dan internasional, (5) menjamin proses peningkatan berkesinambungan, (6) terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan (Syukri, 1997).

2.5 Program K3


(38)

Secara filosofis, keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan manusia baik jasmani maupun rohani serta karya dan budayanya yang tertuju pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya (Budiono, 2003). Secara keilmuan, keselamatan kerja adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya yang mempelajari tentang tata cara penanggulangan kecelakaan kerja di tempat kerja (Budiono, 2003).

Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celaka (near-miss) (Tjitarasa, 1992).

Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja ini menyangkut segenap proses produksi dan distribusi serta memfokuskan pada tempat kerja (Suma’mur, 1989).

Kesimpulannya keselamatan kerja adalah upaya manusia untuk menciptakan keselamatan dalam suatu proses kerja yang bertujuan melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas nasional, menjamin keselamatan setiap orang lain yang


(39)

berada di tempat kerja, dan sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien (Simanjuntak, 1994).

Keselamatan kerja di semua tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara di wilayah Negara Republik Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970. Sumber bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang berada di tempat kerja harus dikendalikan melalui penerapan syarat-syarat keselamatan kerja sejak tahap perencanaan, proses produksi, pemeliharaan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasaran, pemakaian, penyimpanan, pembongkaran dan pemusnahan bahan, barang produk teknis dan alat produksi yang mendukung dan dapat menimbulkan bahaya dan kecelakaan.

Pada hakikatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil risiko terjadinya kecelakaan (Silalahi, 1995). Dalam mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan manusia mengalami kecelakan inilah berkembang berbagai konsep dan teori tentang kecelakaan (accident theories). Teori tersebut umumnya ada yang memusatkan perhatiannya pada faktor penyebab yang ada pada pekerjaan atau cara kerja, ada yang lebih memperhatikan faktor penyebab pada peralatan kerja bahkan ada pula yang memusatkan perhatiannya pada faktor penyebab pada perilaku manusianya (Silalahi, 1995).


(40)

2.5.2 Pengertian kesehatan kerja

Suma’mur (1996), berpendapat bahwa kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan serta terhadap penyakit umum.

Kesehatan berasal dari bahasa Inggris ‘health’, yang dewasa ini tidak hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial. Dengan demikian pengertian sehat secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera (well-being) (Tjitarasa, 1992). Kesehatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan praktis juga berupaya mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan manusia menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk mencegah agar manusia tidak menderita sakit, bahkan menjadi lebih sehat (Silalahi, 1995).

Kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun lingkungan sehingga diperoleh produktifitas kerja yang


(41)

Khusus mengenai aspek kesehatan kerja diatur melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres RI) Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul Akibat Hubungan Kerja, menyebutkan 31 jenis penyakit yang diakui untuk mungkin timbul karena hubungan kerja. Setiap tenaga kerja yang menderita salah satu penyakit ini berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir (maksimal 3 tahun). Pada umumnya, penyakit-penyakit tersebut adalah sebagai akibat terkena bahan kimia beracun yang berasal dari material konstruksi yang apabila terkena dalam waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan penyakit yang serius. Penyakit

Sebagaimana kita ketahui bahwa umumnya manusia selalu mempunyai pekerjaan dan sebagian besar waktunya berada dalam situasi bekerja sehingga dapat terjadi manusia akan menderita penyakit yang mungkin disebabkan oleh pekerjaannya atau menderita penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya. Karena alasan tersebut berkembang ilmu yang dikenal dengan kesehatan kerja (occupational health), (Simanjuntak, 1994). Kesehatan kerja disamping mempelajari faktor-faktor pada pekerjaan yang dapat mengakibatkan manusia menderita penyakit akibat kerja (occupational disease) maupun penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya (work-related disease) juga berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk pencegahannya, bahkan berupaya juga dalam meningkatkan kesehatan (health promotion) pada manusia pekerja tersebut (Wigati, 1999).


(42)

yang mungkin timbul juga termasuk kelainan pendengaran akibat kebisingan kegiatan konstruksi, serta kelainan otot, tulang dan persendian yang sering terjadi pada pekerja konstruksi yang terlibat dalam proses pengangkutan material berbobot dan berulang, dan penggunaan peralatan konstruksi yang kurang ergonomis.

Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupakan hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja dan lingkungan organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi sosial, mental dan fisik dalam kehidupan pekerja (Wigati, 199). Kesehatan suatu lingkungan tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan pekerja, seperti peningkatan moral pekerja, penurunan absensi dan peningkatan produktifitas. Sebaliknya tempat kerja yang kurang sehat atau tidak sehat (sering terpapar zat yang bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka kesakitan dan kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan pekerja, meningkatnya biaya kesehatan dan banyak lagi dampak negatif lainnya (Suma’mur, 1989).

Perubahan secara signifikan di bidang industri memberikan konsekuensinya terhadap terjadi perubahan pola penyakit/kasus-kasus penyakit karena hubungan dengan pekerjaan. Seperti faktor mekanik (proses kerja, peralatan), faktor fisik (panas, bising, radiasi) dan faktor kimia. Masalah gizi pekerja, stress kerja, penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan lain-lainnya juga merupakan hal penting yang perlu


(43)

diremehkan. Pihak manajemen perusahaan cenderung melakukan pendekatan pemecahan masalah kesehatan pekerja hanya dari segi kuratif dan rehabilitatif tanpa memperhatikan akan pentingnya promosi dan pencegahan (Suardi, 2005)

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Kerja Pasal 23, menyebutkan upaya kesehatan kerja wajib diselenggarakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.

.

2.5.3 Keselamatan dan kesehatan kerja

Keselamatan kesehatan kerja (K3) pada hakekatnya merupakan suatu pengetahuan yang berkaitan dengan 2 kegiatan. Pertama berkaitan dengan upaya keselamatan terhadap keberadaan tenaga kerja yang sedang bekerja. Kedua, berkaitan dengan kondisi kesehatan sebagai akibat adanya penyakit akibat kerja (Bennet S, 1995). K3 adalah suatu bentuk usaha atau upaya bagi para pekerja untuk memperoleh jaminan atas K3 dalam melakukan pekerjaan yang mana pekerjaan tersebut dapat mengancam dirinya yang berasal dari individu sendiri dan lingkungan kerjanya (Sugiyono, 2003).

Tujuan K3 adalah mewujudkan lingkungan kerja yang aman, sehat, sejahtera sehingga akan tercapai suasana lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman,


(44)

mencapai tenaga kerja yang sehat fisik, sosial, dan bebas kecelakaan, peningkatan produktivitas dan efisien perusahaan, peningkatan kesejahteraan masyarakat tenaga kerja. Usaha-usaha K3 meliputi perlindungan terhadap tenaga kerja, perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar selalu terjamin keamanannya dan efisien, perlindungan terhadap oran lain yang berada di tempat kerja agar selamat dan sehat (Suma’mur, 1989).

Dalam Undang-Undang keselamatan dan kesehatan kerja No. 1 tahun 1970 ini memberikan perlindungan hukum kepada tenaga kerja yang bekerja agar tempat dan peralatan produksi senantiasa berada dalam keadaan selamat dan aman bagi mereka. Selain itu, pada pasal 86, paragraf 5 keselamatan dan kesehatan kerja, bab x undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan antara lain menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas K3; untuk melindungi keselamatan pekerja guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya k3, dan perlindungan sebagaimana dimaksud dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penjelasan pasal 86, ayat 2 menyatakan upaya K3 dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi (Suma’mur, 1989).


(45)

Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan dalam beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja, seperti ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya.

b. Alat kerja dan bahan

Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang alat-alat kerja sangatlah vital yang digunakan oleh para pekerja dalam melakukan kegiatan proses produksi dan disamping itu adalah bahan-bahan utama yang akan dijadikan barang.

c. Cara melakukan pekerjaan

Setiap bagian produksi memiliki cara melakukan pekerjaan yang berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua aktifitas pekerjaan, misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri secara tepat dan mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan memahami cara mengoperasionalkan mesin.

Menurut Budiono dkk, (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi K3 antara lain:

a. Beban kerja.

Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.


(46)

Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.

c. Lingkungan kerja.

Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik maupun psikososial.

2.6 Landasan Teori

Setiap ancaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus dicegah. Ancaman seperti itu akan membawa kerugian baik material, moril maupun waktu terutama terhadap kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Pencegahan terhadap bahaya tersebut jauh lebih baik dari pada menunggu sampai kecelakaan terjadi yang biasanya memerlukan biaya yang lebih besar untuk penanganan dan pemberian kompensasinya. Mengingat kegiatan sektor industri tidak terlepas dengan penggunaan teknologi maju yang dapat berdampak terhadap keselamatan dan kesehatan kerja terutama masalah penyakit akibat kerja (Markanen, 2004).

Pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada dasarnya merupakan tanggung jawab para manajemen yang wajib memelihara kondisi kerja yang selamat sesuai dengan ketentuan pabrik (Silalahi, 1991). Penerapan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (MK3) secara komprehensip merupakan cara pencegahan yang efektif. MK3 merupakan suatu proses kegiatan yang dimulai


(47)

bertujuan untuk membudayakan K3. Upaya K3 menyangkut pekerja, cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja, dan lingkungan kerja (Kepmenkes RI, 2007).

Tujuan dan sasaran yang termuat dalam SMK3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Permenaker No.05/Men/1996).

Perilaku pekerja tentang MK3 menentukan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan penerapan SMK3 sebagaimana yang disyaratkan dalam Permenaker No.05/Men/1996. Hasil penelitian Salawati (2009) menunjukan adanya hubungan antara perilaku tenaga kesehatan terhadap penerapan SMK3 di Rumah Sakit zainal Abidin Banda Aceh. Hasil penelitian Abidin, dkk (2008) menunjukan adanya hubungan antara perilaku pekerja terhadap pelaksanaan program K3. Keberhasilan realisasi program K3 berhubungan linear dengan pengetahuan, sikap dan tindakan pekerja.

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah segala aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung atau tidak langsung (Notoatmodjo, 1997). Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003) membagi perilaku manusia dalam 3 domain yaitu pengetahuan (domain kognitif), sikap (domain afektif) dan tindakan (domain psikomotorik).


(48)

2.7 Kerangka Konsep Penelitian

1. 2.

Perilaku pekerja akan mempengaruhi penerapan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di PT. Gold Coin Indonesia. Perilaku pekerja meliputi 3 aspek yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan.

.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Perilaku Pekerja Penerapan Manajemen K3

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian - Pengetahuan

- Sikap - Tindakan

- Baik - Tidak Baik


(49)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Gold Coin Indonesia yang berlokasi di Jalan P. Bali No 2 KIM II Desa Saentis Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

3.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 8 (delapan) bulan yaitu pada bulan Januari sampai dengan Agustus 2010.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian produksi PT. Gold Coin Indonesia yang berjumlah 48 orang.


(50)

Berdasarkan populasi yang relatif kecil (dibawah 100) maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian, yaitu sebanyak 48 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan wawancaran yang menggunakan kuisioner sebagai pedoman.

Data sekunder dalam penelitian ini berupa daftar nama pekerja, masa kerja, program K3, profil perusahaan dan data-data lain yang diperlukan untuk menunjang penelitian.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel

a. Variabel bebas yaitu perilaku pekerja yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan pekerja

b. Variabel terikat yaitu penerapan MK3

3.5.2 Definisi operasional 1. Perilaku pekerja

Adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan pekerja bagaian produksi di PT. Gold Coin Indonesia dalam memelihara dan


(51)

a. Pengetahuan

Yaitu segala sesuatu yang diketahui dan dipahami pekerja yang berkaitan dengan upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan dan keselamatannya dalam bekerja

b. Sikap

Yaitu tanggapan atau respon pekerja yang masih tertutup. Dengan kata lain, sikap adalah kecendrungan untuk melakukan tindakan, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi upaya atau kegiatan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan keselamatannya dalam bekerja

c. Tindakan

Yaitu kegiatan atau perbuatan nyata pekerja yang berkaitan dengan upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan dan keselamatannya dalam bekerja 2. Penerapan MK3,

Yaitu pemenuhan pelaksanaan aspek-aspek MK3; (1) Jaminan kemampuan yang ditunjukan dengan menyediakan personel yang memiliki kualifikasi, sarana dan dana yang memadai sesuai sistem manajemen K3 yang diterapkan, (2) Kegiatan penunjang yang ditunjukan dengan membangun komunikasi yang efektif sehingga mampu menjamin informasi K3 terbaru dikomunikasikan ke semua pihak dalam perusahaan, menyusun laporan kinerja K3, mendokumentasikan dan


(52)

mencatat semua pelaksanaan kegiatan K3, (3) Melakukan manajemen risiko dan penanganan secara cepat dan tepat untuk setiap keadaan darurat.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Pengukuran variabel independen

1. Penilaian variabel pengetahuan dinyatakan dalam bentuk skala pengukuran ordinal dengan tiga kategori pengukuran yaitu (Pratomo dan Sudarti, 1986): 3 = sangat tahu, ukuran subjektif hasil penilaian menurut pengetahuan pekerja

tentang upaya memelihara dan meningkatkan K3 dalam bekerja. Dikategorikan sangat tahu apabila responden mendapat nilai > 75 % dari total skor pertanyaan, yaitu pada interval 57-75.

2 = tahu, ukuran subjektif hasil penilaian menurut pengetahuan pekerja tentang upaya memelihara dan meningkatkan K3 dalam bekerja K3. Dikategorikan tahu apabila responden mendapat nilai 40-75 % dari total skor pertanyaan, yaitu pada interval 30-56.

1 = tidak tahu, ukuran subjektif hasil penilaian menurut pengetahuan pekerja tentang upaya memelihara dan meningkatkan K3 dalam bekerja K3. Dikategorikan tidak tahu apabila responden mendapat nilai < 40 % dari total skor pertanyaan, yaitu pada interval 0-29.


(53)

3 = sangat setuju, ukuran subjektif hasil penilaian menurut sikap pekerja tentang upaya memelihara dan meningkatkan K3 dalam bekerja K3. Dikategorikan sangat setuju apabila responden mendapat nilai > 75 % dari total skor pertanyaan, yaitu pada interval 57-75

2 = setuju, ukuran subjektif hasil penilaian menurut sikap pekerja tentang upaya memelihara dan meningkatkan K3 dalam bekerja K3. Dikategorikan sangat setuju apabila responden mendapat nilai 40-75 % dari total skor pertanyaan, yaitu pada interval 30-56.

1 = tidak setuju, ukuran subjektif hasil penilaian menurut sikap pekerja tentang upaya memelihara dan meningkatkan K3 dalam bekerja K3. Dikategorikan tidak setuju apabila responden mendapat nilai < 40 % dari total skor pertanyaan, yaitu pada interval 0-29.

3. Penilaian variabel tindakan dinyatakan dalam bentuk skala pengukuran nominal dengan dua kategori pengukuran yaitu (Pratomo dan Sudarti, 1986) :

2 = benar, ukuran objektif hasil penilaian berdasarkan obeservasi penulis tentang tindakan pekerja dalam memelihara dan meningkatkan K3 dalam bekerja. Dikategorikan benar apabila responden mendapat nilai ≥ Median ((N + 1)/2)) dari total skor pertanyaan (nilai median 16).

1= tidak benar, ukuran objektif hasil penilaian berdasarkan obeservasi penulis tentang tindakan pekerja dalam memelihara dan meningkatkan K3 dalam


(54)

bekerja. Dikategorikan tidak benar apabila responden mendapat nilai < Median ((N + 1)/2)) dari total skor pertanyaan (nilai median 16).

3.6.2 Pengukuran variabel dependen

Penilaian variabel penerapan MK3 dengan dua kategori pengukuran yaitu: 2 = Baik, ukuran objektif hasil penilaian menurut evaluasi pekerja yang

menggambarkan penerapan MK3 yang baik. Dikategorikan baik apabila responden mendapat nilai ≥ median ((N + 1)/2)) dari total skor pertanyaan (nilai median 42,5).

1 = Tidak Baik, ukuran objektif hasil penilaian menurut evaluasi pekerja yang menggambarkan penerapan MK3 yang tidak baik. Dikategorikan tidak baik apabila responden mendapat nilai ≥ m edian ((N + 1)/2)) dari total skor pertanyaan (nilai median 42,5).

Tabel 3.1. Metode Pengukuran Variabel

No Sub Variabel Kategori Alat

Ukur

Skala Ukur A Perilaku Pekerja

1 Pengetahuan • Sangat Tahu

• Tahu • Tidak Tahu

Kuesioner Ordinal

2 Sikap • Sangat setuju

• Setuju • Tidak setuju

Kuesioner Ordinal


(55)

• Tidak Benar B Penerapan MK3

Penerapan MK3 • Baik

• Tidak Baik

Kuesioner Ordinal

3.6.3 Uji validitas dan reliabilitas

Pengukuran data dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner. Sebelum kuesioner dijadikan alat ukur (instrument) yang sah maka sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas, yaitu:

1. Uji kesahihan instrumen (validitas)

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran menunjukan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Uji validitas yang digunakan adalah teknik korelasi Product Moment oleh Pearson dengan mengetahui nilai total setiap item pada analisis reliabilitas yang tercantum pada nilai correlation

corrected item. Suatu pertanyaan dikatakan valid atau bermakna sebagai alat

pengumpul data bila r-Hitung lebih besar dari r-Tabel, pada taraf signifikansi 95%

(α = 0,05) (Ridwan, 2005).

2. Uji keterhandalan instrumen (reliabilitas)

Reliabilitas adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data secara tetap dari sekelompok individu. Teknik yang diapakai untuk menguji kuesioner penelitian adalah teknik Alpha Cronbach yaitu dengan menguji coba


(56)

instrument kepada sekelompok responden pada satu kali pengukuran pada taraf 95% (Ridwan, 2005). Reliabilitas suatu variabel dikatakan baik jika memiliki nilai alpha lebih besar dari (r-Tabel).

Uji coba dilakukan pada bulan April 2010 terhadap 24 pekerja bagian produksi PT. Gold Coin. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 2.

Hasil uji validitas dan reliabilitas menunjukan bahwa secara keseluruhan pertanyaan dikatakan valid, karena nilai hasil pengujian pada corrected item-total

Correlation menunjukkan bahwa nilai yaitu r-Hitung diatas nilai r-Tabel dan semua

pertanyaan dikatakan reliabel karena nilai Alpha Cronbach yang diperoleh lebih besar dari r-Tabel (Nilai r-Tabel 0,404).

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis multivariat. Analisis ini dilakukan untuk melihat pengaruh antar dua variabel atau lebih, yaitu variabel bebas dan variabel luar secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Uji statistik yang akan digunakan adalah regresi logistik berganda dengan model dengan model:

Z = a + β1 X1 + β 2 X2 + β 3 X3 Keterangan :

+ e

Z = Penerapan SMK3 a = Konstanta


(57)

X1 X

= Pengetahuan 2

X

= Sikap 3

e = error (galat) = Tindakan

β 1, β 2, β 3

Alasan pemilihan analisis regresi logistik ganda, disebabkan variabel independennya kategorik dan variabel dependennnya kategorik yang terdiri dari dua kelompok yaitu tidak baik dan baik.


(58)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

PT. Gold Coin Indonesia merupakan perusahaan swasta PMA (Penanaman Modal Asing) yang bergerak di industri pakan ternak untuk ayam, bebek, burung puyuh, ikan, babi. PT. Gold Coin Indonesia berlokasi di Jalan P. Bali No 2 KIM II Desa Saentis Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Sejak tahun 2005, PT. Gold Coin Indonesia sudah sertifikasi ISO 22000. PT. Gold Coin Indonesia menerapkan 4 kebijakan untuk menjamin mutu keamanan produk pakan ternak yaitu (1) Produk dengan kualitas yang baik dan aman sesuai dengan tujuan penggunaannya, (2) Pekerjaan dan pengiriman produk/proses yang sesuai dengan waktu yang disepakati, (3) Produk dengan kualitas yang mampu memenuhi persyaratan pelanggan pada segmen pasar yang luas, dan (4) Pengembangan dan peningkatan kualitas sistem. Selain itu, PT. Gold Coin juga sudah menerapkan program K3, diantaranya adalah pelatihan P3K setiap tahun, pelatihan petugas penanggulangan kebakaran setiap tahun, simulasi tanggap darurat setiap 6 bulan, pemasangan rambu-rambu K3, penyediaan APD, dan pengawasan penggunaan APD.


(59)

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

No Karakteristik Responden Jumlah ( N) Persentase (%) 1 Umur

a. 20-30 5 10,4

b. 31-40 35 72,9

c. 40-50 8 16,7

Total 48 100

2 Pendidikan

a. Lulus SMP 1 2,1

b. Lulus SMA 15 31,3

c. Lulus S1 32 66,7

Total 48 100

Tabel 4.1 menjelaskan bahwa mayoritas golongan umur pekerja berusia antara 31-40 tahun sebesar 72,9%, tingkat pendidikan terbanyak adalah lulusan S1 sebesar 66,7%.

4.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Pekerja 4.2.1 Pengetahuan

Distribusi frekuensi pengetahuan dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan No

Pertanyaan

Tidak Tahu

% Tahu % Sangat Tahu

% Total

1 15 31,3 25 52,1 8 16,7 48 (100%)

2 24 50,0 19 39,6 5 10,4 48 (100%)


(60)

4 20 41,7 18 37,5 10 20,8 48 (100%)

5 21 43,8 21 43,8 6 12,5 48 (100%)

6 0 0 6 12,5 42 87,5 48 (100%)

Tabel 4.2 (lanjutan)

7 0 0 6 12,5 42 87,5 48 (100%)

8 0 0 18 37,5 30 62,5 48 (100%)

9 0 0 27 56,3 21 43,8 48 (100%)

10 0 0 24 50,0 20 50,0 48 (100%)

11 19 39,6 21 43,8 8 16,7 48 (100%)

12 0 0 28 58,3 20 41,7 48 (100%)

13 29 60,4 14 29,2 5 10,4 48 (100%)

14 16 33,3 15 31,3 17 35,4 48 (100%)

15 8 16,7 26 54,2 14 29,2 48 (100%)

16 0 0 29 60,4 19 39,6 48 (100%)

17 16 33,3 18 37,5 14 29,2 48 (100%)

18 0 0 23 47,9 25 52,1 48 (100%)

19 14 29,2 17 35,4 17 35,4 48 (100%)

20 14 29,2 17 35,4 17 35,4 48 (100%)

21 3 6,3 31 64,6 14 29,2 48 (100%)

22 0 0 19 39,6 29 60,4 48 (100%)

23 0 0 37 77,1 11 22,9 48 (100%)

24 0 0 11 22,9 37 77,1 48 (100%)

25 0 0 35 72,9 13 27,1 48 (100%)

Tabel 4.2. menjelaskan bahwa menurut pekerja penilaian terbesar untuk variabel pengetahuan sebesar 87,5 % menilai dengan kategori sangat tahu tentang kelengkapan isi kotak P3K sangat penting (pernyataan nomor 6) dan fasilitas ruang P3K sangat penting (pernyataan nomor 7).


(61)

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Sikap No

Pernyataan

Tidak Setuju

% Setuju % Sangat Setuju

% Total

1 14 29,2 25 52,1 9 18,8 48 (100%)

2 27 56,3 18 37,5 3 6,3 48 (100%)

3 0 0 25 52,1 23 47,9 48 (100%)

Tabel 4.3 (lanjutan)

4 13 27,1 21 43,8 14 29,2 48 (100%)

5 21 43,8 20 41,7 7 14,6 48 (100%)

6 0 0 27 56,3 21 43,8 48 (100%)

7 0 0 33 68,8 15 31,3 48 (100%)

8 23 47,9 7 14,6 18 37,5 48 (100%)

9 6 21,5 29 60,4 13 27,1 48 (100%)

10 0 0 18 37,5 30 62,5 48 (100%)

11 8 16,7 30 62,5 10 20,8 48 (100%)

12 10 20,8 21 43,8 17 35,4 48 (100%)

13 34 70,8 9 18,8 5 10,4 48 (100%)

14 34 70,8 9 18,8 5 10,4 48 (100%)

15 4 8,3 24 50,0 20 41,7 48 (100%)

16 0 0 33 68,8 15 31,3 48 (100%)

17 8 16,7 27 56,3 13 27,1 48 (100%)

18 3 6,3 28 58,3 17 35,4 48 (100%)

19 0 0 23 47,9 25 52,1 48 (100%)

20 13 27,1 23 47,9 12 25,0 48 (100%)

21 2 4,2 38 79,2 8 16,7 48 (100%)

22 0 0 22 45,8 26 54,2 48 (100%)

23 3 6,3 41 85,4 4 8,3 48 (100%)

24 0 0 7 14,6 41 85,4 48 (100%)

25 16 33,3 26 54,2 6 12,5 48 (100%)

Tabel 4.3. menjelaskan bahwa menurut pekerja penilaian terbesar untuk variabel sikap sebesar 85,4 % menilai dengan kategori setuju tentang pelayanan kesehatan yang disediakan sudah baik (pernyataan nomor 23) dan 85,4% menilai


(62)

dengan kategori sangat setuju tentang penggunaan APD untuk kepentingan kesehatan dan keselamatan pekerja (pernyataan nomor 24).

4.2.3 Tindakan

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Tindakan No

Pertanyaan

Tidak Benar

% Benar % Total

1 26 54,2 22 45,8 48 (100%)

2 31 64,6 17 35,4 48 (100%)

3 10 20,8 38 79,2 48 (100%)

4 26 54,2 22 45,8 48 (100%)

5 4 8,3 44 91,7 48 (100%)

6 25 52,1 23 47,9 48 (100%)

7 31 64,6 17 35,4 48 (100%)

8 19 39,6 29 60,4 48 (100%)

9 21 43,8 27 56,3 48 (100%)

10 20 41,7 28 58,3 48 (100%)

Tabel 4.4. menjelaskan bahwa penilaian terbesar pekerja untuk variabel tindakan sebesar 91,7 % menilai dengan kategori benar tentang memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang disediakan (pertanyaan nomor 5).

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Perilaku Pekerja

No Variabel Jumlah ( N) Persentase (%)

1 Pengetahuan

Tahu 24 50


(63)

2 Sikap

Setuju 38 79,2

Sangat Setuju 10 20,8

Total 48 100

3 Tindakan

Tidak Benar 23 47,9

Benar 25 52,1

Total 48 100

Distribusi perilaku pekerja pada Tabel 4.5 didapatkan dari nilai total jawaban responden untuk setiap item pertanyaan (lihat Lampiran 3). Kategorisasi pengukuran berdasarkan nilai total merujuk pada Bab 3.2 (halaman 32)

Tabel 4.5. menjelaskan bahwa pekerja menilai dengan kategori tahu sebesar 50%

dan 50% dengan kategori sangat tahu untuk variabel pengetahuan, 79,2 % pekerja menilai

dengan kategori setuju untuk variabel sikap, dan 52,1 % pekerja menilai dengan kategori

benar untuk variabel tindakan.

4.3 Distribusi Penerapan MK3

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pernyataan Penerapan MK3 No

Pernyataan

Tidak Baik

% Baik % Total

1 8 16,7 40 83,3 48 (100%)

2 17 35,4 31 64,6 48 (100%)

3 17 35,4 31 64,6 48 (100%)

4 22 45,8 26 54,2 48 (100%)

5 20 41,7 28 58,3 48 (100%)

6 19 39,6 29 60,4 48 (100%)


(64)

8 11 22,9 37 77,1 48 (100%)

9 23 47,9 25 52,1 48 (100%)

10 18 37,5 30 62,5 48 (100%)

11 19 39,6 29 60,4 48 (100%)

12 6 12,5 42 87,5 48 (100%)

13 16 33,3 32 66,7 48 (100%)

14 0 0 48 100,0 48 (100%)

15 8 16,7 40 83,3 48 (100%)

16 0 0 48 100,0 48 (100%)

17 20 41,7 28 58,3 48 (100%)

18 9 18,8 39 81,3 48 (100%)

19 16 33,3 32 66,7 48 (100%)

Tabel. 4.6 (lanjutan)

20 21 43,8 27 56,3 48 (100%)

21 2 4,2 46 95,8 48 (100%)

22 26 54,2 22 45,8 48 (100%)

23 14 29,2 34 70,8 48 (100%)

24 5 10,4 43 89,6 48 (100%)

25 0 0 48 100,0 48 (100%)

Tabel 4.6. menjelaskan bahwa menurut pekerja penilaian terbesar untuk penerapan MK3 sebesar 95,8 % menilai dengan kategori baik tentang pekerja diberi arahan tentang bagaimana menggunakan APD secara benar dan memelihara APD sehingga selalu dalam kondisi layak pakai (pernyataan nomor 21).

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Penerapan MK3

No Variabel Jumlah

( N)

Persentase (%) 1 Penerapan MK3

Tidak Baik 21 43,8


(65)

Distribusi frekuensi penerapan MK3 pada tabel 4.7 didapatkan dari nilai total jawaban responden untuk setiap pertanyaan (lihat Lampiran 3). Kategorisasi pengukuran berdasarkan nilai total merujuk pada Bab 3.2 (halaman 34)

Tabel 4.7. menjelaskan bahwa pekerja menilai dengan kategori baik sebesar 56,3% dan 43,8% dengan kategori tidak baik untuk variabel penerapan MK3.

4.4 Gambaran Hubungan Perilaku Pekerja terhadap Penerapan MK3

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang bermakna antara perilaku pekerja dengan penerapan MK3 dilakukan dengan menggunakan uji Crosstabs (tabulasi silang) untuk menunjukan suatu distribusi bersama dan uji Chi Square dengan alasan variabel independennya kategorik dan variabel dependennya juga kategorik. Hubungan ini dikatakan bermakna (signifikan) apabila hasil analisis menunjukan nilai P value < 0,05. Hasil analisa bisa dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Tabulasi Silang Perilaku Pekerja terhadap Penerapan MK3 Perilaku Pekerja

Penerapan MK3

Total

P Tidak Baik Baik

N % N % N %

Pengetahuan 0,011

Tahu 11 45,8 13 54,2 24 100

Sangat tahu 10 41,7 14 58,3 24 100

Total 21 43,8 27 56,3 48 100

Sikap 0,009

Setuju 44,7 21 55,3 38 100

Sangat setuju 40 6 60 10 100

Total 43,8 27 56,3 48 100


(66)

Tidak benar 10 43,5 13 56,5 23 100

Benar 11 44 14 56 25 100

Total 21 43,8 27 56,3 48 100

Tabulasi silang antara perilaku pekerja (pengetahuan, sikap, dan tindakan) terhadap penerapan MK3 di PT. Gold Coin Indonesia menunjukan bahwa sebanyak 58,3% pekerja menilai sangat tahu tentang pengetahuan dengan kategori penerapan MK3 baik. Sedangkan sebanyak 60% pekerja setuju tentang sikap dengan kategori penerapan MK3 baik, dan 56,5% pekerja melakukan tindakan yang tidak benar dengan kategori penerapan MK3 baik.

Tabel 4.8 juga menunjukan bahwa variabel pengetahuan memperoleh nilai Pvalue = 0,011, variabel sikap memperoleh nilai Pvalue = 0,009, dan variabel tindakan memperoleh nilai Pvalue = 0,041. Hal ini menunjukan secara statistik bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variabel perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) terhadap penerapan MK3 (Pvalue < 0,05).

4.5 Gambaran Pengaruh Perilaku Pekerja terhadap Penerapan MK3

Uji regresi logistik ganda (multiple logistic regression) digunakan untuk mencari faktor yang paling berpengaruh terhadap penerapan MK3 di bagian produksi PT. Gold Coin Indonesia. Penelitian ini menunjukkan ada 3 variabel yang diduga berpengaruh terhadap penerapan MK3 yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan.


(67)

Untuk mendapatkan model yang terbaik dalam menentukan variabel yang paling berpengaruh terhadap penerapan MK3 maka semua variabel kandidat dimasukkan secara bersama-sama, kemudian variabel yang memiliki nilai Pvalue > 0,25 akan dikeluarkan secara bertahap (backward selection) seperti terlihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Hasil Uji Regresi Logistik Tahap Pertama

Variabel B p Exp(β)

Pengetahuan 3,483 0,001 10,175

Sikap -1,220 0,295* 0,295

Tindakan 1,155 0,041 32,567

*= Dikeluarkan secara bertahap

Setelah dikeluarkan variabel dengan nilai p > 0,25 secara bertahap, maka didapatkan 2 variabel yang masuk sebagai kandidat model pada tahap kedua yaitu pengetahuan dan tindakan. Berdasarkan hasil uji logistik tahap kedua, variabel yang berpengaruh signifikan terhadap penerapan MK3 dengan α < 0,05 adalah pengetahuan dan tindakan. Sedangkan variabel sikap tidak signifikan (α > 0,05).

Selanjutnya dilakukan pemodelan tahap kedua dengan memasukkan variabel pengetahuan dan tindakan secara bersamaan dengan tidak mengikutkan variabel sikap. Hasil pemodelan menyimpulkan variabel yang paling berpengaruh terhadap penerapan MK3 di bagian produksi PT. Gold Coin Indonesia adalah tindakan


(68)

penerapan MK3 di bagian produksi PT. Gold Coin Indonesia semakin menguat 33 kali, dibandingkan tindakan pekerja yang kurang baik.

Kesuluruhan variabel yang dipergunakan dalam penelitian dapat memprediksi besarnya pengaruh perilaku kerja terhadap penerapan MK3 sebesar 85,7% (overall

percentage 85,7%), sisanya 14,3% dipengaruhi oleh faktor lain. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10. Uji Regresi Logistik Tahap Kedua

Variabel B p Exp(β)

Pengetahuan 1,684 0,028 5,387

Tindakan 3,448 0,000 31,451

Konstanta -9,948 0,000 0,000

Hasil uji regresi logistik di atas memperoleh persamaan sebagai berikut : Z = -9,948 + 1,684X1 + 3,448X3


(69)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Penerapan MK3

PT. Gold Coin Indonesia memiliki kewajiban secara hukum untuk menerapkan SMK3 di lingkungan perusahaan karenan memiliki jumlah pekerja sebanyak 225 orang, sebagaimana yang tersebut pada pasal 3 peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi nomor : PER. 05/MEN/1996 bahwa “Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan sistem manajemen K3”.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 48 pekerja bagian produksi PT. Gold Coin Indonesia tahun 2010 menunjukkan bahwa penerapan MK3 di lingkungan perusahaan dengan kategori baik sebesar 56,3% dan 43,8% penerapan MK3 dengan kategori tidak baik.

Tujuan dan sasaran yang termuat dalam SMK3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Permenaker No.05/Men/1996).


(70)

Tujuan yang disyaratkan dalam Permenaker No.05/Men/1996 belum tercapai secara maksimal, ditunjukkan dengan tingginya angka kecelakaan kerja. Data perusahaan menunjukan pada tahun 2008 terdapat 83 kasus kecelakaan (6,91 kasus kecelakaan per bulan), tahun 2009 terdapat 87 kasus kecelakaan (7,25 kasus kecelakaan per bulan), dan sampai bulan April 2010 terdapat 25 kasus kecelakaan (6,25 kasus kecelakaan per bulan). Tingginya kasus kecelakaan kerja yang terjadi bisa dipahami meninjau hasil penelitian yang menunjukkan penilaian 58,3% pekerja sangat tahu terhadap penerapan MK3 di lingkungan perusahaan yang sudah baik. Dan sebaliknya, 41,7% pekerja tidak tahu terhadap penerapan MK3 yang sudah baik.

Aspek-aspek yang harus dipenuhi dalam penerapan SMK3 adalah (1) Jaminan kemampuan yang ditunjukan dengan menyediakan personel yang memiliki kualifikasi, sarana dan dana yang memadai sesuai sistem manajemen K3 yang diterapkan, (2) Kegiatan penunjang yang ditunjukan dengan membangun komunikasi yang efektif sehingga mampu menjamin informasi K3 terbaru dikomunikasikan ke semua pihak dalam perusahaan, menyusun laporan kinerja K3, mendokumentasikan dan mencatat semua pelaksanaan kegiatan K3, (3) Melakukan manajemen risiko dan penanganan secara cepat dan tepat untuk setiap keadaan darurat (Permennaker Nomor 05/Men/1996).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyediaan personil yang memiliki 48


(71)

di lingkungan kerja (pernyataan nomor 1) 83,3% dinilai baik pelaksanaannya oleh pekerja, 64,6% pekerja menilai bahwa tanggung jawab suvervisor atas kinerja K3 di unit kerjanya (pernyataan nomor 2) sudah baik, 77,1% pekerja menilai petugas P3K yang menangani pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan telah mendapatkan pelatihan P3K (pernyataan nomor 8) dengan baik, sebanyak 52,1% pekerja menilai petugas penanggulangan kebakaran telah mendapatkan pelatihan fire safety (pernyataan nomor 9) dengan baik, dan sebanyak 83,3% pekerja menilai petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi dan menilai potensi bahaya dan risiko K3 yang berkaitan dengan operasi (pernyataan nomor 10).

Secara teoritis menurut Pherdakhi (2000) kegiatan pekerja dibagian produksi mempunyai risiko untuk terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomik, dan psikososial. Seiring dengan kemajuan IPTEK maka risiko yang dihadapi pekerja bagian produksi semkin meningkat.

5.2 Hubungan Pengetahuan dengan Penerapan MK3

Hasil uji statistik pada derajat kepercayaan 95% menunjukan ada hubungan yang bermakna pengetahuan terhadap penerapan SMK3 (P value = 0,011 < 0,05) di PT. Gold Coin Indonesia tahun 2010.

Pengetahuan yang rendah dapat memberikan kontribusi pada tingginya angka kasus kecelakaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Hendria dan Fitri (2006) yang menyatakan ada hubungan pengetahuan pekerja dengan terjadinya kecelakaan.


(1)

48 100.0

0 .0

48 100.0

0 .0

48 100.0

Unweighted Casesa

Included in Analysis Mis sing Cases Total

Selected Cases

Unselected Cas es Total

N Percent

If weight is in effect, s ee class ification table for the total number of cases.

a.

De pendent V aria ble Encodi ng 0 1 Original Value

1 2

Int ernal Value

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

0 21 .0

0 27 100.0

56.3 Observed

1 2 Penerapan SMK3 Overall Percentage Step 0

1 2

Penerapan SMK3 Percentage Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut value is .500 b.


(2)

Variables not in the Equation

.085 1 .771

.001 1 .971

.138 2 .933

PENGETAHUAN TINDAKAN Variables

Overall Statistics Step

0

Score df Sig.

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

.138 2 .023

.138 2 .023

.138 2 .023

Step Block Model Step 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

65.652a .003 .004

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Es timation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by les s than .001. a.

Classification Tablea

0 21 .0

0 27 100.0

85.7 Observed

1 2 Penerapan SMK3 Overall Percentage Step 1

1 2

Penerapan SMK3 Percentage Correct Predicted

The cut value is .500 a.


(3)

.257 .695 .136 1 .712 1.293 .331 5.049

-.161 .696 .053 1 .817 .851 .218 3.330

-.145 1.487 .010 1 .922 .865

PENGETAHUAN TINDAKAN Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: PENGETAHUAN, TINDAKAN. a.

Block 2: Method = Enter

Om nibus Tests of Model Coe fficients

.138 2 .013

Model St ep 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

65.652a .003 .004

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Es timation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by les s than .001. a.

Classification Tablea

0 21 .0

0 27 100.0

85.7 Observed

1 2 Penerapan SMK3 Overall Percentage Step 1

1 2

Penerapan SMK3 Percentage Correct Predicted


(4)

Variables in the Equation

2.649 .695 .136 1 .022 8.293 .331 5.049

3.448 .696 .053 1 .000 31.451 .218 3.330

-9.948 1.487 .010 1 .000 .001

PENGETAHUAN TINDAKAN Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: PENGETAHUAN, TINDAKAN. a.

e.

Perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan)

Logistic Regression

[DataSet1] D:\TESIS IKA\NEW SMK3\SMK3 SPSS\master SMK3.sav

Case Processing Summary

48 100.0

0 .0

48 100.0

0 .0

48 100.0

Unweighted Casesa

Included in Analysis Mis sing Cases Total

Selected Cases

Unselected Cas es Total

N Percent

If weight is in effect, s ee class ification table for the total number of cases.

a.

De pendent V aria ble Encodi ng 0 1 Original Value

1 2

Int ernal Value


(5)

Classification Table

0 21 .0

0 27 100.0

89.7 Observed

1 2 Penerapan SMK3 Overall Percentage Step 0

1 2

Penerapan SMK3 Percentage Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut value is .500 b.

Va riables in the Equa tion

.251 .291 .746 1 .388 1.286

Constant St ep 0

B S. E. W ald df Sig. Ex p(B )

Variables not in the Equation

.085 1 .771

.072 1 .788

.001 1 .971

.169 3 .982

PENGETAHUAN SIKAPP

TINDAKAN Variables

Overall Statistics Step

0

Score df Sig.

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

.170 3 .013

.170 3 .013

.170 3 .013

Step Block Model Step 1


(6)

Model Summary

65.620a .004 .005

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Es timation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by les s than .001. a.

Classification Tablea

0 21 .0

0 27 100.0

89.7 Observed

1 2 Penerapan SMK3 Overall Percentage Step 1

1 2

Penerapan SMK3 Percentage Correct Predicted

The cut value is .500 a.

Variables in the Equation

1.240 .754 .073 1 .026 25.227

.150 .852 .031 1 .024 2.163

3.210 .704 .065 1 .000 31.451

-8.590 1.784 .032 1 .000 .727

PENGETAHUAN SIKAPP

TINDAKAN Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variable(s) entered on step 1: PENGETAHUAN, SIKAPP, TINDAKAN. a.


Dokumen yang terkait

Hubungan Persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Perilaku K3 pada Pekerja Bagian Produksi PT. Supratama Juru Enginering Medan Tahun 2015

7 70 156

Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pekerja pada Bagian Produksi Mengenai Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. Toba Pulp Lestari Porsea Tahun 2012

39 293 152

Pengaruh Sifat Kepemimpinan terhadap Motivasi Kerja Karyawan PT. Gold Coin Indonesia Medan Tahun 2010

3 72 150

Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Laba Kotor pada PT. Gold Coin Indonesia Cabang Medan.

37 186 98

Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Pekerja Pada Bagian Produksi Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001:2007 di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke Tahun 2010

9 137 84

Pengaruh Penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Perilaku keselamatan Karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014

8 62 164

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE Pengaruh Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Produksi PT. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta.

0 2 14

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN Pengaruh Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Produksi PT. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta.

0 2 16

PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI Hubungan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Persepsi Kerja Karyawan Bagian Produksi PT. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta.

1 2 7

PENGARUH PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DI PT. GAMATEX CIMAHI.

1 3 58