MORFOLOGI DAN FISIOLOGI KUMAN TUBERKULOSIS DIAGNOSIS TB PARU

nasional, tujuan penanggulangan TB adalah tercapainya cakupan penemuan penderita case detection rate. 6 Rekomendasi WHO, dosis esensial lini I OAT terdiri dari rifampisin, INH, pirazinamid, etambutol dan streptomisin. Terdapat juga dalam bentuk Kombinasi Dosis Tetap KDT yaitu rifampisin + INH RH, etambutol +INH EH, INH + thiocetazone HT, rifampisin +INH + pirazinamid RHZ, rifampisin +INH + pirazinamid + etambutol RHZE. 15,16

2.3. MORFOLOGI DAN FISIOLOGI KUMAN TUBERKULOSIS

Kuman tuberkulosis berbentuk batang dengan ukuran 2-4 μ x 0,2- 0,5 μ m, dengan bentuk uniform, tidak berspora dan tidak bersimpai. Dinding sel mengandung lipid sehingga memerlukan pewarnaan khusus agar dapat terjadi penetrasi zat warna. Yang lazim digunakan adalah pengecatan Ziehl-Nielsen. Kandungan lipid pada dinding sel menyebabkan kuman TB sangat tahan terhadap asam basa dan tahan terhadap kerja bakterisidal antibiotika. 1,10,12,17,18 M.Tuberculosis mengandung beberapa antigen dan determinan antigenik yang dimiliki mikobakterium lain sehingga dapat menimbulkan reaksi silang. Sebagian besar antigen kuman terdapat pada dinding sel yang dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat. 1,12 Kuman TB tumbuh secara obligat aerob. Energi diperoleh dari oksidasi senyawa karbon yang sederhana. CO2 dapat merangsang pertumbuhan. Dapat tumbuh dengan suhu 30-40 C dan suhu optimum Irma Tabrani : Konversi Sputum BTA Pada Fase Intensif TB Paru Kategori Antara Kombinasi Dosis Tetap..., 2007 USU e-Repository © 2008 37-38 C. Kuman akan mati pada suhu 60 C selama 15-20 menit. Pengurangan oksigen dapat menurunkan metabolisme kuman. 12 2.4. PATOGENESIS DAN PATOLOGI TB PARU 2.4.1 Patogenesis TB Primer Ketika seorang penderita TB paru batuk, bersin atau berbicara maka droplet nukleus akan jatuh dan menguap akibat suhu udara yang panas ,maka kuman tuberkulosis akan berterbangan di udara dan berpotensi sebagai sumber infeksi pada orang sehat, hal ini yang sering disebut sebagai airborne infection. Pada sekali batuk dikeluarkan 3000 droplet. 12,18 Setelah melewati barier mukosilier saluran nafas, basil TB akan mencapai bronkiolus distal atau alveoli. Kuman mengalami multiplikasi di paru dikenal sebagai focus Ghon. Basil juga mencapai kelenjar limfe hilus melalui aliran limfe sehingga terjadi limfadenopati hilus. Focus Ghon dan limfadenopati hilus akan membentuk kompleks primer. Kompleks primer berlokasi di lobus bawah karena ventilasi lebih baik di area tersebut. Ghon menemukan pendistribusian fokus primer yang sama antara lobus atas dan lobus bawah, tetapi lebih sering pada paru kanan. 19 Respon imun seluler berupa hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada 4-6 minggu setelah infeksi primer. Banyaknya basil TB dan kemampuan daya tahan tubuh akan menentukan perjalanan penyakit selanjutnya. Pada kebanyakan kasus, respon imun tubuh dapat Irma Tabrani : Konversi Sputum BTA Pada Fase Intensif TB Paru Kategori Antara Kombinasi Dosis Tetap..., 2007 USU e-Repository © 2008 menghentikan multiplikasi kuman dan sebagian kuman menjadi dorman. 1,2,12,13 Berawal dari kompleks primer infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui berbagai jalan : a. Secara bronkogen Menyebar ke paru yang bersangkutan atau melalui sputum ke paru sebelahnya dan dapat tertelan sehingga dapat menyebabkan TB pada gastrointestinal. 19 b. Secara hematogen dan limfogen Vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapat membawa material yang mengandung kuman TB dan kuman ini dapat mencapai berbagai organ melalui aliran darah dan sistem limfatik. Penyebaran secara hematogen lebih sering terjadi pada tempat dengan tekanan oksigen yang tinggi seperti pada : otak, epifise tulang panjang, ginjal, tulang vertebra dan daerah apikal-posterior paru. Reaktivasi TB lebih cenderung berkembang di daerah apikal oleh karena PO 2 yang lebih tinggi sehingga cocok untuk pertumbuhan kuman. Dock menyatakan, daerah apikal- posterior juga merupakan area yang defisiensi produksi limfe sehingga terjadi penurunan drainase sehingga kuman TB sukar dieliminasi di area tersebut 2.4.2Patogenesis Reaktivasi Tuberkulosis Irma Tabrani : Konversi Sputum BTA Pada Fase Intensif TB Paru Kategori Antara Kombinasi Dosis Tetap..., 2007 USU e-Repository © 2008 Banyak sebutan terhadap fase ini seperti penyakit kronik post TB primer, reinfeksi atau TB progresif dewasa, endogen reinfeksi, reaktivasi terjadi setelah periode laten beberapa bulan atau tahun setelah infeksi primer. Dapat terjadi karena reaktivasi atau reinfeksi. Reaktivasi oleh karena kuman dorman mengalami multiplikasi setelah beberapa bulan tahun setelah infeksi primer. Reinfeksi diartikan sebagai infeksi ulang pada seseorang yang sebelumnya pernah mengalami infeksi primer. TB paru post primer dimulai dari sarang dini yang umumnya pada segmen apikal lobus superior atau lobus inferior, yang awalnya berbentuk sarang pneumonik kecil. Sarang ini dapat mengalami suatu keadaan, direabsorsi dan sembuh tanpa meninggalkan cacat, sarang meluas, tetapi mengalami penyembuhan berupa jaringan fibrosis dan perkapuran. Sarang dapat aktif kembali membentuk jaringan keju dan bila dibatukkan menimbulkan kavitas. Sarang pneumoni meluas membentuk jaringan keju yang bila dibatukkan akan membentuk kavitas awalnya berdinding tipis kemudian menjadi tebal. 2,12,18,19 Bentuk dari TB post primer dapat sebagai tuberkulosis paru seperti adanya kavitas, infiltrat, fibrosis dan endobronkial TB, atau dapat sebagai TB ekstra paru seperti efusi pleura, limfadenopati,meningitis, TB tulang. 1

2.4.3. Patologi TB Paru

Irma Tabrani : Konversi Sputum BTA Pada Fase Intensif TB Paru Kategori Antara Kombinasi Dosis Tetap..., 2007 USU e-Repository © 2008 Perubahan mendasar pada jaringan paru akibat infeksi kuman tuberkulosis berupa lesi eksudatif, fibrinomacrophagic alveolitis, polymorphonuclear alveolitis, kaseosa dan kavitas, tuberkuloma. 12

2.5. DIAGNOSIS TB PARU

Diagnosis TB paru ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya. Gejala klinis tuberkulosis dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala sistemik dan gejala lokal. Gejala sistemik berupa demam, malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun. Pada paru akan timbul gejala lokal berupa gejala respiratori. Norman Horne membuat daftar gejala dan tanda respiratori TB seperti tidak ada gejala, batuk, sputum purulen, batuk darah, nyeri dada, sesak nafas, mengi yang terlokalisir. Tetapi tanda dan gejala respiratori ini tergantung pada luas lesi. Pada pemeriksaan fisis, kelainan jasmani tergantung dari organ yang terlibat dan luas kelainan struktur paru. 12 Pada awal perkembangan penyakit sangat sulit menemukan kelainan paru pada pemeriksaan fisis. Kelainan paru terutama pada daerah lobus superior terutama apeks dan segmen posterior, serta apeks lobus inferior. 18,19 Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan antara lain suara nafas bronkial, amforik, suara nafas melemah, ronki basah, tanda- tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum. 1,2,13 Gejala Klinis + PF Foto Toraks Meragukan Penyakit paru lain TB Paru BTA - TB Paru BTA + Sputum BTA + - - + Irma Tabrani : Konversi Sputum BTA Pada Fase Intensif TB Paru Kategori Antara Kombinasi Dosis Tetap..., 2007 USU e-Repository © 2008 Skema 2.5.1 Alur Diagnosis TB Paru pada Dewasa 1 2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG 2.6.1 Pemeriksaan Bakteriologi

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Anak Tahun 2012 Di RSUP. Haji Adam Malik Medan

1 67 51

PERBEDAAN EFEK OBAT ANTI TUBERKULOSIS KOMBINASI DOSIS TETAP DIBANDING LEPASAN TERHADAP KONVERSI SPUTUM Perbedaan Efek Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Dosis Tetap Dibanding Lepasan Terhadap Konversi Sputum Basil Tahan Asam Saat Akhir Fase Intensif Pada P

0 1 15

PENDAHULUAN Perbedaan Efek Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Dosis Tetap Dibanding Lepasan Terhadap Konversi Sputum Basil Tahan Asam Saat Akhir Fase Intensif Pada Pasien Tuberkulosis Dewasa Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta.

0 0 4

PERBEDAAN EFEK OBAT ANTI TUBERKULOSIS KOMBINASI DOSIS TETAP DIBANDING LEPASAN TERHADAP KONVERSI SPUTUM Perbedaan Efek Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Dosis Tetap Dibanding Lepasan Terhadap Konversi Sputum Basil Tahan Asam Saat Akhir Fase Intensif Pada P

0 1 14

Pengaruh Pemberian Zink Terhadap Konversi Bta Pada Pasien Tb Paru Bta (+) Dengan Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis Kategori I Di Kecamatan Delitua

0 0 20

Pengaruh Pemberian Zink Terhadap Konversi Bta Pada Pasien Tb Paru Bta (+) Dengan Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis Kategori I Di Kecamatan Delitua

0 0 2

Pengaruh Pemberian Zink Terhadap Konversi Bta Pada Pasien Tb Paru Bta (+) Dengan Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis Kategori I Di Kecamatan Delitua

0 0 5

Pengaruh Pemberian Zink Terhadap Konversi Bta Pada Pasien Tb Paru Bta (+) Dengan Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis Kategori I Di Kecamatan Delitua

0 1 19

Pengaruh Pemberian Zink Terhadap Konversi Bta Pada Pasien Tb Paru Bta (+) Dengan Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis Kategori I Di Kecamatan Delitua

0 0 5

Pengaruh Pemberian Zink Terhadap Konversi Bta Pada Pasien Tb Paru Bta (+) Dengan Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis Kategori I Di Kecamatan Delitua

0 0 17