Rifampisin: PENGOBATAN TB PARU

membandingkan insiden kerusakan hati pada 1000 orang pasien dewasa yang menerima OAT . Kategori dan frekuensi hepatitis ditunjukkan sebagai berikut : a. Kenaikan risiko hepatitis pada pasien yang mendapatkan INH dan rifampisin dibandingkan yang hanya mendapatkan INH tanpa rifampisin P= 0.048 relatif – rasio adalah 1,6 dengan confidence interval CI 1,1 - 2,6. b. Insiden hepatitis pada pasien yang menerima INH dan rifampisin secara signifikan lebih tinggi dibanding rifampisin tanpa INH. c. Tidak ada perbedaan yang signifikan insiden hepatitis antara pemakaian INH atau rifampisin saja. Efek non terapi dapat terjadi berupa neurotoksisitas, terutama neuritis perifer. 19,24,25,27

2.7.2 Rifampisin:

Gambar 2.3. Struktur Kimia Rifampin 21 Sintesis Rifampisin pertama kali pada tahun 1957 di Itali dari Streptomyces Mediterranei. Rifampisin adalah komponen mayor dari OAT. Aktivitas antimikroba ikatan antara DNA – dependent RNA polimerase dari mikobakterium, kemudian menghambat sintesis awal RNA. Pada awalnya Irma Tabrani : Konversi Sputum BTA Pada Fase Intensif TB Paru Kategori Antara Kombinasi Dosis Tetap..., 2007 USU e-Repository © 2008 rifampisin digunakan pada tahun 1966 untuk pengobatan ulangan pada kasus pengobatan resisten. Penelitian BMRC menunjukkan kapasitas regimen yang mengandung INH dan rifampisin untuk memperpendek durasi pengobatan. Aktivitas invitro rifampisin sangat besar variasinya pada 7H – 12 medium cair pada sistem BACTEC. MICs dari strain yang diperkirakan antara 0,006 – 0,25 μ gml. Serum level yang dapat dicapai dengan pemakaian 600 mg dosis oral yang diberikan. 19,23,24,25,27 Selama beberapa minggu pengobatan, rifampisin menginduksi desatilisasi pada hati dan diekskresi melalui empedu dan sebagian kecil diekskresi melalui urin. Rifampisin lebih diabsorbsi pada lingkungan asam, makanan dan antasida dapat mengurangi absorbsi, sehingga waktu pemberian rifampisin perlu dipertimbangkan. Rifampisin terdistribusi secara luas di jaringan. Secara in vitro terbukti rifampisin lebih bakterisidal dibanding INH dalam hal melawan Mycobacterium tuberculosis. Penting diperhatikan sitokrom P- 450 khususnya type 3 A CYP 3A , oleh karena obat berinteraksi dengan sitokrom P- 450 melalui 2 jalur. Pertama adalah jalur inhibisi dan yang kedua adalah jalur induksi. Induksi sitokrom P- 450 menghasilkan kenaikan sintesis enzim yang berperan terhadap kenaikan metabolisme dari target obat dan kemudian menurunkan konsentrasinya. Rifampisin berperan menginduksi CYP 3A, sehingga berpotensial besar untuk interaksi obat. 19,22,24,28 Inhibisi dari sitokrom P- 450 dapat menghambat metabolisme target obat, karena meningkatnya konsentrasi akan berpotensial untuk Irma Tabrani : Konversi Sputum BTA Pada Fase Intensif TB Paru Kategori Antara Kombinasi Dosis Tetap..., 2007 USU e-Repository © 2008 menyebabkan toksisitas. Efek non terapi seperti ikterus sering terjadi. Terapi intermiten atau ireguler sering menimbulkan sindrom demam, malaise dan influenza –like syndrome. 15,25,29,30

2.7.3 Pirazinamid

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Anak Tahun 2012 Di RSUP. Haji Adam Malik Medan

1 67 51

PERBEDAAN EFEK OBAT ANTI TUBERKULOSIS KOMBINASI DOSIS TETAP DIBANDING LEPASAN TERHADAP KONVERSI SPUTUM Perbedaan Efek Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Dosis Tetap Dibanding Lepasan Terhadap Konversi Sputum Basil Tahan Asam Saat Akhir Fase Intensif Pada P

0 1 15

PENDAHULUAN Perbedaan Efek Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Dosis Tetap Dibanding Lepasan Terhadap Konversi Sputum Basil Tahan Asam Saat Akhir Fase Intensif Pada Pasien Tuberkulosis Dewasa Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta.

0 0 4

PERBEDAAN EFEK OBAT ANTI TUBERKULOSIS KOMBINASI DOSIS TETAP DIBANDING LEPASAN TERHADAP KONVERSI SPUTUM Perbedaan Efek Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Dosis Tetap Dibanding Lepasan Terhadap Konversi Sputum Basil Tahan Asam Saat Akhir Fase Intensif Pada P

0 1 14

Pengaruh Pemberian Zink Terhadap Konversi Bta Pada Pasien Tb Paru Bta (+) Dengan Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis Kategori I Di Kecamatan Delitua

0 0 20

Pengaruh Pemberian Zink Terhadap Konversi Bta Pada Pasien Tb Paru Bta (+) Dengan Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis Kategori I Di Kecamatan Delitua

0 0 2

Pengaruh Pemberian Zink Terhadap Konversi Bta Pada Pasien Tb Paru Bta (+) Dengan Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis Kategori I Di Kecamatan Delitua

0 0 5

Pengaruh Pemberian Zink Terhadap Konversi Bta Pada Pasien Tb Paru Bta (+) Dengan Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis Kategori I Di Kecamatan Delitua

0 1 19

Pengaruh Pemberian Zink Terhadap Konversi Bta Pada Pasien Tb Paru Bta (+) Dengan Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis Kategori I Di Kecamatan Delitua

0 0 5

Pengaruh Pemberian Zink Terhadap Konversi Bta Pada Pasien Tb Paru Bta (+) Dengan Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis Kategori I Di Kecamatan Delitua

0 0 17