pasien dengan gangguan ginjal. Obat ini tetap menekan pertumbuhan kuman TB yang telah resisten terhadap INH dan Streptomisin. Etambutol
ditemukan pada sebagian besar jaringan tubuh dan cairan tubuh, termasuk eritrosit, ginjal, paru dan saliva. Dimetabolisme secara parsial di
hati, kira- kira 50 obat utuh, 8- 15 obat diekskresi melalui urin 24 jam dan 20 ditemukan dalam feses. Pada beberapa penelitian di India,
didapatkan resistensi etambutol dan bersamaan dengan resistensi INH 1
μ gml. Diperkirakan adanya tingkat hubungan yang tinggi antara
resistensi etambutol dan INH pada 4 dan 6 μ
gml berturut-turut. Efek samping yang dapat timbul berupa neuritis optik terutama
pada pemakaian dosis tinggi yang berkisar antara 30- 75 mgkghari. Beberapa penelitian memperlihatkan pengurangan dosis antara 15- 25
mgkg, efek toksisitas pada mata dapat dieliminir.
27,28,29,30,32,34,35
2.7.5 Kombinasi Dosis Tetap KDT
Di Indonesia OAT KDT pertama kali digunakan pada tahun 1999 di Sulawesi Selatan dengan hasil yang cukup memuaskan. Dari 172
penderita yang diobati dengan KDT di 16 puskesmas, tidak ada yang menolak dengan pengobatan KDT dan hanya 10 dengan efek samping
ringan tanpa harus menghentikan pengobatan dan hanya 0,6 yang mendapat efek samping berat
9
OAT KDT adalah tablet yang berisi kombinasi beberapa jenis obat anti TB dengan dosis tetap. Jenis tablet KDT untuk dewasa :
5,9
Irma Tabrani : Konversi Sputum BTA Pada Fase Intensif TB Paru Kategori Antara Kombinasi Dosis Tetap..., 2007 USU e-Repository © 2008
• Tablet yang mengandung 4 macam obat dikenal sebagai 4 KDT.
Setiap tablet mengandung: 75 mg INH, 150 mg Rifampisin, 400 mg Pyrazinamid, 275 mg Etambutol. Tablet ini digunakan setiap hari
untuk pengobatan setiap hari dalam tahap intensif dan untuk sisipan. Jumlah tablet yang digunakan sesuai dengan berat badan
penderita. •
Tablet yang mengandung 2 macam obat dikenal sebagai 2 KDT. Sertiap tablet mengandung 150 mg INH dan 150 mg Rifampisin.
Tablet ini digunakan untuk pengobatan intermitten 3 kali seminggu dalam tahap lanjutan. Jumlah tablet yang digunakan sesuai dengan
berat badan penderita.
Irma Tabrani : Konversi Sputum BTA Pada Fase Intensif TB Paru Kategori Antara Kombinasi Dosis Tetap..., 2007 USU e-Repository © 2008
Dasar perhitungan pemberian OAT KDT adalah : •
Dosis sesuai dengan berat badan penderita •
Lama dan jumlah dosis pemberian pada Kategori I adalah : Tahap intensif adalah: 2 bulan x 4 minggux7 hari = 56 dosis.
Tahap lanjutan 4 bulan x 4 minggu x 3 kali = 48 dosis.
Tabel 2.7.5 Paduan OAT Kategori I KDT
5,9
Fase Lanjutan Fase Inisial 2 bulan
4 bulan atau 6 bulan
Setiap Hr Atau
setiap Hr Atau 3 x
Seminggu Setiap
Hr Atau 3 x
Seminggu Setiap Hr
BB Pasien
Kg
RHZE 15075
400275 RHZ
15075 400
RHZ 15075 400
RH 15075
RHZ 150150
RHZ 400150
30 – 39 2
2 2
2 2
1.5 40 – 54
3 3
3 3
3 2
55 – 70 4
4 4
4 4
3 71- lebih
5 5
5 5
5 3
Kombinasi 4 komponen aktif OAT atau KDT akan mampu mengurangi resistensi kuman TB terhadap obat TB karena penderita kecil
kemungkinannya untuk memilih salah satu dari obat TB yang akan diminum.
8
Irma Tabrani : Konversi Sputum BTA Pada Fase Intensif TB Paru Kategori Antara Kombinasi Dosis Tetap..., 2007 USU e-Repository © 2008
Menurut WHO, ada beberapa hal yang dipertimbangkan mengapa sebaiknya menggunakan KDT, oleh karena FDC sangat berperan
terhadap pengembangan dari DOTS melalui beberapa jalan: 1. Pasien tidak berlebihan atau kurang dalam meminum dosis obat,
ini berperan dalam hal mencegah terjadinya Multi Drug Resistant TB.
2. Ke- empat jenis obat terdapat dalam KDT, sehingga menurunkan resiko kegagalan pengobatan dan kekambuhan.
3. Pasien merasa nyaman karena tablet yang dikonsumsi jumlahnya tidak terlalu banyak.
4. Petugas DOTS mudah untuk mendistribusikan kepada pasien dan menghitung obat yang akan diberikan ke pasien lebih cepat,
sehingga waktu yang dipakai lebih efisien serta mengurangi kesalahan dalam administrasi di DOTS.
5. Penyimpanan obat di gudang lebih efisien. 6. Lebih mudah untuk menambahkan dosis berdasarkan berat
badan.
6
Efek samping dapat timbul pada penggunaan tablet KDT, apabila efek samping timbul, maka tablet FDC harus dirubah dalam bentuk OAT yang
terpisah.Reaksi efek samping biasanya terjadi hanya pada 3 – 6 pasien – pasien dalam pengobatan TB. Reaksi efek samping lebih sering
terjadi pada pasien dengan ko- infeksi dengan HIV khususnya
Irma Tabrani : Konversi Sputum BTA Pada Fase Intensif TB Paru Kategori Antara Kombinasi Dosis Tetap..., 2007 USU e-Repository © 2008
Thioacetazone, bagaimanapun KDT tidak dikontra indikasikan absolut pada pasien- pasien ini.
6
KDT dapat digunakan pada beberapa kondisi khusus, misalnya pada gagal ginjal, dosis rifampisin, INH dan Pirazinamid dapat digunakan
dosis normal. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal dosis etambutol harus dikurangi, oleh karena ekskresi primer dari obat tersebut adalah
melalui ginjal.
6
Tabel 2.7.6. Tabel Pengobatan Essensial KDT Dari WHO
6
Revisi April 2002 Obat Dosis
Dari Jumlah
pemakaian perhari
Jumlah Penggunaa
n intermitent 3 kali
perminggu Rifampisin + INH RH
tablet 150 mg+75 mg 300 mg+150
mg 150 mg +
150 mg Etambutol + Isoniazid EH
Table t
400mg+150mg - Isoniazid + ThioacetazoneHT
Table t
100mg + 50 mg
300 mg + 150 mg
- -
Rifampisin+Isoniazid+Pyrazinami d
RHZ Table
t 150mg+75mg
+ 400 mg
150 mg+150 mg+500mg
Rifampisin +isoniazid + Pyrazinamid+ Etambutol RHZE
Table t
150mg+ 75 mg+ 400mg+
275 mg
Meskipun pada beberapa program, WHO tidak merekomendasikan penggunaan Thioacetazone T karena resiko toksisitas yang luas, terutama pada pasien yang disertai
dengan infeksi HIV. Penggunaan Thioacetazone dapat digantikan dengan etambutol.
Chulug ar 2004 melakukan penelitian mengenai biofarmasetika stabilitas in vitro bahan baku OAT untuk menyatukan keempat jenis OAT
Irma Tabrani : Konversi Sputum BTA Pada Fase Intensif TB Paru Kategori Antara Kombinasi Dosis Tetap..., 2007 USU e-Repository © 2008
dengan metode peningkatan suhu 30,40,70 C. Kadar INH yang dalam
campuran INH + Etambutol tidak ada perubahan atau stabil dengan pengamatan 7 hari. Kadar Pyrazinamid yang diperoleh kembali dalam
campuran Pyrazinamid + INH dan campuran Pyrazinamid + Ethambutol tidak ada perubahann atau stabil. Tetapi pada suhu 70
C dengan pengamatan selam 14 hari terjadi penurunan kadar INH dalam campuran
dengan Ethambutol. Bila ketiga macam obat anti Tuberkulosis yaitu: INH, Pyrazinamiddan ethambutol dicampurkan, tidak akan terjadi reaksi
interaksi sehingga tidak mengurangi potensi pengobatan terhadap kuman TB. Sedangkan Rifampisin memiliki sifat yang labil, dari 6 sampel darah
periode 8 jam dibandingkan dengan 13 sampel darah periode 24 jam pada uji coba bioavailabilitas Rifampisin yang ada dalam tablet Kombinasi
Dosis Tetap KDT menunjukkan sedikit kehilangan ptensi terapinya dan saat ini masih dilakukan penelitian tentang bioavailabilitas Rifampisin
dalam dalam tablet KDT.
8
Irma Tabrani : Konversi Sputum BTA Pada Fase Intensif TB Paru Kategori Antara Kombinasi Dosis Tetap..., 2007 USU e-Repository © 2008
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Penyakit Paru di RSUP H.Adam Malik Medan. Dilakukan selama 6 bulan Januari 2007 - Juni
2007 .
3.2 BAHAN DAN ALAT Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini;
a. Paket KDT yang terdiri dari : 75 mg INH, 150 mg Rifampisin, 400 mg Pyrazinamid, 275 mg Etambutol dalam 1 tablet
b. OAT generik standarisasi pemerintah. c. Pemeriksaan radiologi foto toraks.
d. Pemeriksaan sputum BTA 3 x DS.
3.3 RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan uji klinis acak terkontrol, paralel, tersamar tunggal.
3.4. SUBJEK PENELITIAN 3.4.1 Populasi
Semua penderita TB paru kategori I menurut WHO dengan sputum BTA +.
Irma Tabrani : Konversi Sputum BTA Pada Fase Intensif TB Paru Kategori Antara Kombinasi Dosis Tetap..., 2007 USU e-Repository © 2008