menyebabkan toksisitas. Efek non terapi seperti ikterus sering terjadi. Terapi intermiten atau ireguler sering menimbulkan sindrom demam,
malaise dan influenza –like syndrome.
15,25,29,30
2.7.3 Pirazinamid
Gambar 2.4. Struktur Kimia Pirazinamid
31
Pirazinamid digunakan mulai awal tahun 1950. Pada saat itu dosis yang digunakan 40 -70 mgkg pada kasus- kasus yang gagal maupun
yang resisten, namun menimbulkan efek samping hepatitis yang berat. Pirazinamid menunjukkan potensi untuk mengurangi jumlah basil pada
sputum pasien di hari ke 14, pada pemakaian tunggal. Pirazinamid merupakan derivat amide dari pyrazine 2- acid carboxyclic dan analog dari
nicotinamide. Dosis 1 gram dapat mencapai konsentrasi puncak di plasma sampai 50
μ gmL dan dengan waktu paruh 10 jam setelah 2 jam
pemberian. Dimetabolisme dan diekskresi di ginjal. Pirazinamid hanya dapat untuk melawan M.tuberculosis dan M. africanum tetapi kurang
efektif untuk M.bovis dan Mycobacteria non tuberculous. Pada lingkungan yang asam pH 5,5 MICs dari pirazinamid hingga 16
μ gmL pada
medium yang mengandung Tween 80. Pirazinamid juga menunjukkan aktivitas sterilisasi pada kuman semi dorman. Sedangkan pada pH 7.0 –
Irma Tabrani : Konversi Sputum BTA Pada Fase Intensif TB Paru Kategori Antara Kombinasi Dosis Tetap..., 2007 USU e-Repository © 2008
7.4, pirazinamid dalam keadaan tidak aktif. MBC dari pirazinamid tidak dapat dideterminasi oleh karena pada konsentrasi pirazinamid lebih tinggi
dari 1,000 μ
gmL, proporsi populasi kuman yang mati tidak lebih dari 74 .
Efek samping berupa hepatotoksik, tetapi tergantung dosis dan durasi terapi. Pernah dilaporkan hiperuresimia dan artrralgia pada pasien
yang menerima pirazinamid.
6, 27,31,32
2.7.4 Etambutol
Gambar 2.5. Struktur Kimia Etambutol
31
Etambutol merupakan senyawa tunggal. Pada penelitian di Afrika timur memperlihatkan adanya pengurangan jumlah basil pada sputum
setelah 14 hari pengobatan dibanding dengan pemakaian INH saja. Etambutol oral diabsorbsi dengan baik pada level puncak 2 sampai 3 jam,
makanan tidak mengganggu kerja etambutol. Level puncak tergantung dosis, 15 mgkg menghasilkan level 3 – 4
μ gmL, 25 mgkg menghasilkan
level 4 – 6 μ
gmL, dan 50 mgkg menghasilkan level 8-12 μ
gmL. Etambutol dibersihkan di ginjal. Dosis etambutol perlu diperhatikan pada
Irma Tabrani : Konversi Sputum BTA Pada Fase Intensif TB Paru Kategori Antara Kombinasi Dosis Tetap..., 2007 USU e-Repository © 2008
pasien dengan gangguan ginjal. Obat ini tetap menekan pertumbuhan kuman TB yang telah resisten terhadap INH dan Streptomisin. Etambutol
ditemukan pada sebagian besar jaringan tubuh dan cairan tubuh, termasuk eritrosit, ginjal, paru dan saliva. Dimetabolisme secara parsial di
hati, kira- kira 50 obat utuh, 8- 15 obat diekskresi melalui urin 24 jam dan 20 ditemukan dalam feses. Pada beberapa penelitian di India,
didapatkan resistensi etambutol dan bersamaan dengan resistensi INH 1
μ gml. Diperkirakan adanya tingkat hubungan yang tinggi antara
resistensi etambutol dan INH pada 4 dan 6 μ
gml berturut-turut. Efek samping yang dapat timbul berupa neuritis optik terutama
pada pemakaian dosis tinggi yang berkisar antara 30- 75 mgkghari. Beberapa penelitian memperlihatkan pengurangan dosis antara 15- 25
mgkg, efek toksisitas pada mata dapat dieliminir.
27,28,29,30,32,34,35
2.7.5 Kombinasi Dosis Tetap KDT