Kerangka Teori Kerangka Teori dan Konsepsi

sesuai dengan maksud dan tujuan persero sebagai suatu badan hukum yang bergerak di bidang ekonomi dengan tujuan utama mengejar keuntungan; d. Manfaat bagi penulis, dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memperoleh kesempatan untuk lebih mendalami, memperluas dan memperdalam pengetahuan tentang peran pemerintah dalam kegiatan ekonomi melalui BUMN berbentuk persero dan risikonya.

E. Keaslian Penelitian

Penelusuran penulis ke perpustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, penelitian yang berjudul “Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian” belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga dapat dikatakan penelitian ini asli dan keaslian secara akademis keilmuan dapat dipertanggung jawabkan.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Persero merupakan Perusahaan Negara yang berbentuk Perseroan Terbatas PT. Sebagai perusahaan perseroan, semua aturan dan asas hukum perdata berlaku terhadapnya. persero sebagai badan hukum rechtspersoonlegal person merupakan subyek hukum yang cakap mengadakan perbuatan hukum dengan subyek hukum lainnya baik sesama badan hukum maupun dengan manusia. persero sebagai badan hukum memiliki status, kedudukan, Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008 kewenangan yang sama seperti manusia. Perseroan Terbatas sebagai badan hukum perdata privat yang mempunyai status kemandirian persona standi in judicio sudah tentu memiliki identitas hukum sendiri. Identitas hukum suatu korporasi atau perusahaan terpisah dari identitas hukum para pemegang sahamnya, direksi, maupun organ-organ lainnya. Dalam kaidah hukum perdata civil law, jelas ditetapkan bahwa suatu perseroan merupakan subyek hukum perdata dapat melakukan aktivitas jual beli, dapat membuat perjanjian atau kontrak dengan pihak lain, serta dapat menuntut dan dituntut di pengadilan dalam hubungan keperdataan. Para pemegang saham menikmati keuntungan yang diperoleh dari konsep tanggung jawab terbatas, dan kegiatan korporasi berlangsung terus menerus, dalam arti bahwa keberadaannya tidak akan berubah meskipun ada penambahan anggota-anggota atau berhentinya atau meninggalnya anggota- anggota yang ada. 23 Kajian penelitian tesis ini akan menyangkut tentang : a. Teori Badan Hukum Dewasa ini dalam pergaulan hukum dan kepustakaan, istilah badan hukum sudah lazim digunakan bahkan merupakan istilah hukum yang resmi di Indonesia. Badan hukum merupakan terjemahan istilah hukum Belanda 23 Bismar Nasution, Pertanggungjawaban Direksi Dalam Pengelolaan Perseroan, disampaikan pada Seminar Nasional Sehari dalam Rangka Menciptakan Good Corporate Governance pada Sistem Pengelolaan dan Pembinaan PT Persero BUMN “Optimalisasi Sistem Pengelolaan, Pengawasan, Pembinaan Dan Pertanggungjawaban Keberadaan PT Persero Dilingkungan BUMN Ditinjau Dari Aspek Hukum Dan Transparansi” diselenggarakan oleh Inti Sarana Informatika, Hotel Borobudur Jakarta, Kamis, 8 Maret 2007. Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008 yaitu rechtspersoon. Meskipun demikian dalam kalangan hukum ada juga yang menyarankan atau telah mempergunakan istilah lain untuk menggantikan istilah badan hukum, misalnya istilah purusa hukum Oetarid Sadino, awak hukum St. K. Malikul Adil, pribadi hukum Soerjono Soekanto, Purnadi Purbacaraka dan sebagainya. 24 Secara teoritik, baik di negara common law maupun kontinental dikenal beberapa ajaran atau doktrin yang menjadi landasan teoritik keberadaan badan hukum. Ada beberapa konsep terkemuka tentang personalitas badan hukum legal personality, Ali Rido tentang teori-teori badan hukum mengemukakan ada empat, yaitu : 25 1 Teori fictie dari Von Savigny berpendapat, badan hukum itu semata- mata buatan negara saja. Sebetulnya menurut alam hanya manusia sajalah sebagai subyek hukum , badan hukum itu hanya suatu fictie saja, yaitu sesuatu yang sesungguhnya tidak ada, tetapi orang menciptakan dalam bayangannya suatu pelaku hukum badan hukum “Subjectief rech, rechsubject en rechsperson”. 2 Teori harta kekayaan bertujuan dari Brinz. Menurut teori ini hanya manusia saja dapat menjadi subyek hukum. Tetapi juga tidak dapat dibantah adanya hak-hak suatu kekayaan, sedangkan tiada manusia pun yang menjadi pendukung hak-hak itu. Apa yang kita namakan hak-hak 24 Chidir Ali, Badan Hukum, Bandung: Penerbit Alumni, 1987, hlm.14 25 Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, Bandung,Penerbit Alumni, 1983, hlm.15-18 Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008 itu dari suatu badan hukum, sebenarnya adalah hak-hak yang tidak ada yang mempunyai dan sebagai penggantinya adalah suatu harta kekayaan yang terikat oleh suatu tujuan atau kekayaan kepunyaan suatu tujuan. Pengikut teori ini Van der Heyden, dalam karangannya “Het Schijnbeeld van de rechtpersoon”. 3 Teori Organ dari Otto von Gierke. Badan hukum itu adalah suatu realitas sesungguhnya sama seperti sifat kepribadian alam manusia ada didalam pergaulan hukum. Itu adalah suatu “leiblichgeiste Lebenseinheit die Wollen und das Gewolte os Tot unsetzen kam”. Disini tidak hanya suatu pribadi yang sesungguhnya, tetapi badan hukum itu juga mempunyai kehendak atau kemauan sendiri yang dibentuk melalui alat-alat perlengkapannya pengurus, anggota-anggotanya. Dan apa yang mereka putuskan, adalah kehendak atau kemauan dari badan hukum. Teori ini menggambarkan badan hukum sebagai suatu yang tidak berbeda dengan manusia. Pengikut teori organ antara lain Mr. L.C. Polano “Rechtspersoonlijkheid van vereeigingen”, disertasi Leiden,1910. 26 4 Teori Propriete Cellective dari Planiol gezamenlijke vermogens-theorie Mollenggraaff. Menurut teori ini hak dan kewajiban badan hukum itu pada hakekatnya adalah hak dan kewajiban anggota bersama-sama. Disamping hak milik pribadi, hak milik serta kekayaan itu merupakan harta kekayaan bersama. Anggota-anggota tidak hanya dapat memiliki 26 Otto von Gierke, Das deutsche Genossenschaftsrecht, 1973, dikutip dari Ali Rido, Op.cit, hlm. 16 Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008 masing-masing untuk bagian yang tidak dapat dibagi, tetapi juga sebagai pemilik bersama-sama untuk keseluruhan, sehingga mereka secara pribadi tidak, bersama-sama setelah semuanya menjadi pemilik. Kita katakan, bahwa orang-orang yang berhimpun itu semuanya merupakan suatu kesatuan dan membentuk suatu pribadi, yang dinamakan badan hukum. Maka dari itu badan hukum adalah suatu konstruksi yuridis saja. Sebagai pengikut diantaranya ialah Star Busmann, Kranenburg. 27 Menurut Chidir Ali, 28 Teori-teori badan hukum yang ada, sebenarnya dapat dihimpun dalam dua golongan yaitu : 1. Teori yang berusaha kearah peniadaan persoalan badan hukum, antara lain dengan jalan mengembalikan persoalan tersebut kepada orang-orangnya, yang merupakan orang-orang yang sebenarnya berhak. Termasuk golongan ini ialah teori Organ, teori Kekayaan Bersama. 2. Teori lainnya yang hendak mempertahankan persoalan badan hukum, ialah teori fiksi, teori harta kekayaan yang bertujuan, teori kenyataan yuridis. Sebagai pisau analisa dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori Fictie dan teori Organ, yaitu perseroan dianggap sebagai badan hukum mandiri yang dalam gerak operasionalnya dalam melakukan kegiatan bisnis diwakili oleh direksi. Direksi bertindak selaku wakil perseroan “persona standi in 27 Kranenburg, ”De grondslagen der rechtswetenscap”, 1952, hal.62; “Men staat nu, meen bij het begrip rechtspersoon inderdaat niet voor een fictie, maar voor een constructie van het juridisch denken, dikutip dari Ali Rido, Op.cit, hlm.17 28 Chidir Ali, Badan Hukum,Op.cit, hlm.30 Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008 judicio”. b. Teori Pertanggung Jawaban Direksi Perseroan Terbatas sebagai korporasi corporation, yakni perkumpulan yang berbadan hukum memiliki beberapa ciri substanstif yang melekat pada dirinya, yakni: Terbatasnya Tanggung Jawab Pada dasarnya, para pendiri atau pemegang saham atau anggota suatu korporasi tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap kerugian atau utang korporasi. Tanggung jawab pemegang saham hanya sebatas jumlah maksimum nominal saham yang ia kuasai. Selebihnya, ia tidak bertanggung jawab. Perpectual Succession Sebagai sebuah korporasi yang eksis atas haknya sendiri, perubahan keanggotaan tidak memiliki akibat atas status atau eksistensinya. Bahkan, dalam konteks PT, pemegang saham dapat mengalihkan saham yang ia miliki kepada pihak ketiga. Pengalihan tidak menimbulkan masalah kelangsungan perseroan yang bersangkutan. Bahkan, bagi PT yang masuk dalam kategori PT Terbuka dan sahamnya terdaftar di suatu bursa listed, terdapat kebebasan untuk mengalihkan saham tersebut. Memiliki Kekayaan Sendiri Semua kekayaan yang ada dimiliki oleh Badan itu sendiri, tidak oleh pemilik, oleh anggota atau pemegang saham. Ini adalah suatu kelebihan utama badan hukum. Dengan demikian, kepemilikan kekayaan tidak didasarkan pada anggota atau pemegang saham. Memiliki Kewenangan Kontraktual serta Dapat Menuntut dan Dapat Dituntut atas Nama Dirinya Sendiri Badan hukum sebagai subyek hukum diperlakukan seperti manusia yang memiliki kewenangan kontraktual. Badan itu dapat mengadakan hubungan kontraktual atas nama dirinya sendiri. Sebagai subyek hukum, badan hukum dapat dituntut dan menuntut dihadapan pengadilan. 29 Sementara itu Reiner R. Kraakman menyebutkan bahwa suatu korporasi biasanya memiliki lima karateristik yang penting, yaitu mempunyai personalitas 29 Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum, Jurnal Hukum Bisnis, Vol 26-No.3-Tahun 2007, hlm. 33 Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008 hukum, terbatasnya tanggung jawab, adanya saham yang dapat dialihkan, manajemen terpusat di bawah struktur dewan direksi, dan kepemilikan saham oleh penanam modal. Setiap korporasi pada umumnya didirikan berdasarkan undang-undang yang mencakup lima karakteristik tersebut kecuali jika pendiri korporasi tersebut dan diperbolehkan oleh undang-undang membuat aturan khusus tersendiri yang meniadakan salah satu dari karateristik tersebut diatas. 30 Direksi dalam menjalankan pengurusan perseroan harus mengacu semata-mata untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. 31 Menyangkut pertanggung jawaban Direksi Persero ada beberapa prinsip hukum dalam sistem common law yang juga diakomodasi dalam sistem hukum perseroan di Indonesia : 1. Prinsip Fiduciary Duty Lewis D. Solomon 32 tentang pertanggung jawaban Direksi Korporasi mengatakan: Fiduciary duty is perhaps the most important concept in the Anglo- American law of corporation. The word “fiduciary” comes form the Latin fides, meaning faith or confidence, and was originally used in the common law to describe the nature of the duties imposed on a trustee. Perhaps because many of the earliest corporations cases involved chari table corporations, courts began to analogize the duties of a director in managing corporate property to the duties of a trustee in managing trust property. The original analogy between a trustee and those who control a corporation was a close one. But as corporations began to play a role of increasing importance in an increasingly complex commercial world, the basic notion survives that officers, directors and controlling shareholders 30 Kraakman R Reiner, et.al, Business Law, The Anatomy of Corporate Law: A Comparative and Functional Approach, Oxford: Oxford University Press , 2005, hlm.5 31 Lihat, Pasal 92 Ayat 1 UU PT 32 Lewis D. Solomon, et.al, Corporations Law And Policy Materials And Problems Third Edition, American Casebook Series, ST. Paul, Minn: West Publishing Co, 1994, hlm.672. Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008 owe some sort of enforceable duty to the corporation, and, through the corporation, to the shareholders. The term “fiduciary duty,” however, has no fixed meaning; its parameters are continually evolving. Dalam hal ini yang dimaksud adalah tugas yang terbit dari hubungan fiducia antara direksi dan perseroan yang dipimpinnya, yang menyebabkan direksi berkedudukan sebagai trustee dalam pengertian hukum trust. Seorang direktur harus memiliki kepedulian dan kemampuan duty of care and skill, itikad baik, loyalitas, dan kejujuran terhadap perseroan dengan derajat tinggi high degree. 2. Prinsip Duty of Care Tugas memperdulikan yang diharapkan dari direksi adalah duty of care sebagaimana dimaksud dalam hukum tentang perbuatan melawan hukum; dalam arti, direksi berbuat atau bertindak secara hati-hati agar terhindar dari kelalaian negligence. 33 3. Prinsip Duty of Loyalty and Good Faith Direktur sebagai pengurus perseroan adalah merupakan trustee bagi perseroan. Dalam pelaksanaan pengelolaan perseroan tidak boleh mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri atas perusahaan, tetapi harus didasarkan pada itikad baik dan dengan loyalitas yang tinggi pada perseroan. Dalam sistem common law duty of care and good faith bersama-sama dengan duty of care bersama-sama dikenal dengan nama fiduciary duty. 33 Ridwan Khairandy, Op.cit, hlm. 37 Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008 4. Doktrin Business Judgment Rule Di dalam hukum perseroan, dikenal doktrin business judgment rule yang mengajarkan bahwa Direksi Perseroan tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari suatu tindakan pengambilan keputusan, apabila tindakan tersebut didasarkan pada itikad baik dan hati-hati. Direksi mendapat perlindungan hukum tanpa perlu memperoleh pembenaran dari pemegang saham atau pengadilan atas keputusan yang diambilnya dalam konteks pengelolaan perusahaan. 34 Doktrin business judgment rule akan melindungi direksi dari kewajiban atas keputusan bisnis yang menimbulkan kerugian pada korporasi. Dalam sistem hukum common law untuk pertanggung jawaban Direksi Korporasi dapat dilihat pertimbangan pengadilan dalam perkara Gries Sports Enterprises, Inc. V. Cleveland Browns Football Co., Inc. 26 Ohio St.3d 15, 496 N.E.ed 959 1986 : The business judgment rule is a principle of corporate governance that has been part of the common law for at least one hundred fifty years. It has traditionally operated as a shield to protect directors form liability for their decisions. If the directors are entitled to the protection of the rule, then the courts should not interfere with or second-guess their decisions. If the directors are not entitled to the protection of the rule, then the courts scrutinize the decision as to its intrinsic fairness to the corporation and the corporation’s minority shareholders. The rule is rebuttable presumtion that directors are better equipped than the courts to makebusiness judgments and that the directors acted withaout self-dealing or personal interest and exercised reasonable diligence and acted with good faith. A party challenging a board of directors’ decision bears the burden of rebutting the 34 Erman Rajagukguk, Nyanyi Sunyi Kemerdekaan Menuju Indonesia Negara Hukum Demokratis, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok: Lembaga Studi Hukum dan Ekonomi, 2006, hlm. 390 Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008 presumption that the decision was a proper exercise of the business judgment of the board. 35 Dalam sistem hukum nasional doktrin business judgment rule telah diakomodasi dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Menyangkut tugas seorang direksi Pasal 92 menyatakan: 1 Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. 2 Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini danatau anggaran dasar. Lebih lanjut Pasal 97 menyatakan : 1 Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat 1. 2 Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, wajib dilaksanakan setiap anggota direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. 3 Setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2. 4 Dalam hal direksi terdiri atas 2 dua anggota direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat 3 berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota direksi. 5 Anggota direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat 3 apabila dapat membuktikan: a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan; c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak 35 Lewis D. Solomon, et.al, Op.cit, hlm. 695 Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008 langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan d. telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut. 6 Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 110 satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan. 7 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 5 tidak mengurangi hak anggota direksi lain danatau anggota Dewan Komisaris untuk mengajukan gugatan atas nama perseroan. Dari ketentuan Pasal 97 UUPT, dapat ditarik benang merah bahwa prinsip business judgment rule diakomodasi dalam UUPT khususnya pada huruf b, c, dan d, sedangkan huruf a yang menyatakan: kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya adalah merupakan ketentuan yang sudah jelas, dan ketentuan ini merupakan tambahan di UUPT.

2. Konsepsi