Aspek Hukum Kerugian BUMN Persero

Kedua: Melalui upaya hukum dengan menggugat Direksi BUMN Persero secara perdata apabila keputusan yang diambil oleh direksi merugikan pemerintah sebagai pemegang saham. 188 Ketiga: Pemerintah juga dapat melaporkan pengurus BUMN kepada aparat penegak hukum apabila diduga terjadi pemalsuan data dan laporan keuangan, penggelapan uang perusahaan, pelanggaran Undang-Undang Perbankan, serta pelanggaran atas peraturan perundang-undangan lain yang memuat ketentuan pidana. Bahkan sebenarnya dapat juga digunakan ketentuan dalam Undang- Undang Tindak Pidana Korupsi apabila pengurus BUMN terbukti memberikan uang suap kepada otoritas yang berwenang sehubungan dengan kegiatan bisnisnya.

E. Aspek Hukum Kerugian BUMN Persero

BUMN Persero sebagai badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas 189 merupakan kesatuan yuridis dan ekonomis yang didirikan dengan tujuan mencari keuntungan atau laba. 190 Perseroan Terbatas PT sebagai badan hukum perdata privat yang mempunyai status kemandirian persona standi in judicio sudah tentu memiliki identitas hukum tersendiri. Identitas hukum suatu korporasi atau perusahaan terpisah dari identitas hukum para pemegang sahamnya, direksi, 188 Lihat Pasal 61UUPT 189 Lihat Pasal 3 jo. Pasal 11 UU BUMN 190 Lihat Pasal 12 huruf b UU BUMN Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008 maupun organ-oragan lainnya. 191 PT memperoleh status sebagai badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan Menteri hukum dan HAM mengenai pengesahan badan hukum perseroan. 192 Konsekwensinya adalah sejak saat itu terjadi pemisahan harta kekayaan dan tanggung jawab antara pendiri, pemegang saham dengan PT sebagai badan hukum. Tanggung jawab pemegang saham atas risiko PT sebagai suatu entitas bisnis hanya sebatas saham yang disertakan. Dalam konteks BUMN Persero dimana pemerintah menyertakan modalnya yang berasal dari APBN ke dalam BUMN Persero kedudukannya adalah sebagai investor pemegang saham, saham yang dimiliki sebagai bukti kepemilikan atas perseroan dan memberi hak kepada pemerintah untuk mengeluarkan suara dalam RUPS. Selanjutnya, M. Yahya Harahap 193 menyatakan, pemegang saham sebagai pemilik, hanya mempunyai hak kontrol tidak langsung atas opersional sehari-hari perseroan dan atas segala kebijaksanaan direksi. Akan tetapi pemegang saham tidak memikul tanggung jawab atas pelaksanaan fungsi fungsi direksi. Semakin banyak saham yang dimiliki seorang pemegang saham, semakin besar kekuasaan kontrol yang dapat dilakukannya, dimana tanggung jawab pemegang saham 194 tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan 191 Bismar Nasution, Pertangungjawaban Direksi Dalam Pengelolaan Perseroan, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Sehari dalam Rangka Menciptakan Good Corporate Governance pada sistem Pengelolaan dan Pembinaan PT Persero BUMN “Optimalisasi Sistem Pengelolaan, Pengawasan, Pembinaan Dan Pertanggungjawaban Keberadaan PT Persero Dilingkungan BUMN Ditinjau dari Aspek Hukum dan Transparansi” diselenggarakan oleh Inti Sarana Informatika, Hotel Borobudur Jakarta, Kamis, 8 Maret 2007. 192 Lihat Pasal 7 ayat 4 UUPT 193 M Yahya Harahap, Separate Entity, Limited Liability, dan Piercing The Corporate Veil, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 26-No.3-Tahun 2007, hlm.44 194 Lihat Pasal 3 ayat 1 dan 2 UUPT Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008 melebihi saham yang dimiliki. Namun demikian ketentuan tersebut tidak berlaku apabila: a. Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi; b. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan untuk kepentingan pribadi; c. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukumyang dilakukan oleh perseroan; atau d. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang perseroan. Konsekwensi logisnya menurut Arifin P Soeria Atmadja 195 dengan adanya penyertaan modal pemerintah pada Perseroan Terbatas adalah pemerintah ikut menanggung risiko dan bertanggung jawab atas kerugian usaha yang dibiayainya. Dalam menanggung risiko dan bertanggung jawab atas kerugian usaha ini, kedudukan pemerintah tidak dapat berposisi sebagai badan hukum publik. Hal demikian disebabkan tugas pemerintah sebagai badan hukum publik adalah bestuurzorg, yaitu tugas yang meliputi segala lapangan kemasyarakatan dan suatu konsep negara hukum modern yang memperhatikan seluruh kepentingan rakyat. Konsekwensinya jika badan hukum publik harus menanggung risiko dan 195 Het Recht in Indonesia 1952, hlm. 103, dikutip dari Arifin P Soeria Atmadja, Op.cit, hlm.98 Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008 bertanggung jawab atas kerugian usaha tersebut, fungsi tersebut tidak dapat akan optimal dan maksimal dijalankan oleh pemerintah. 196 Pada BUMN Persero dimana pemerintah menyertakan modalnya yang berasal dari APBN, maka kedudukan pemerintah tidak dapat dikatakan representasi negara sebagai badan hukum publik tetapi sebagai investor yang kedudukannya sama dengan investor lainnya selaku pemegang saham. Selanjutnya Arifin P Soeria Atmadja menyatakan, 197 hal ini disebabkan ketika pemerintah sebagai badan hukum privat memutuskan menyertakan modalnya berbentuk saham dalam Perseroan Terbatas maka pada saat itu juga imunitas publik dan negara hilang dan terputus hubungan hukumnya dengan keuangan yang telah berubah dalam bentuk saham, demikian pula ketentuan pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan negara dalam bentuk saham tersebut otomatis berlaku dan berpedoman pada UU No.1 Tahun 1995 telah diganti dengan UU No. 40 Tahun 2007. Kondisi demikian mengakibatkan putusnya keuangan yang disertakan dalam Perseroan Terbatas sebagai keuangan negara, sehingga berubah status hukumnya menjadi keuangan Perseroan Terbatas. 198 Demikian negara yang di representasikan pemerintah menyertakan modalnya pada BUMN Persero maka sejak saat itu modal yang disertakan menjadi kekayaan BUMN Persero selaku badan hukum yang mandiri, dan pemerintah ikut menanggung risiko bisnis atas kerugian persero tetapi risiko tersebut hanya sebatas sejumlah modal yang disertakan pada BUMN Persero. 196 Arifin P Soeria Atmadja, Op.cit hlm. 98. 197 Ibid, hlm.99 198 Ibid, hlm. 99 Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008 PT sebagai badan hukum perdata sejalan dengan pandangan teori kontrak contractual theory, yang mengganggap perseroan sebagai kontrak di antara para pemegang saham. Dilihat dari ketentuan Pasal 1 angka 1 UUPT ditentukan, bahwa : ”Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”. Berdasarkan teori kontrak tersebut, maka posisi PT berada dalam bidang hukum perdata. 199 Dalam konteks permodalan BUMN Persero UU BUMN menyatakan: bahwa modal BUMN merupakan dan berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, yaitu pemisahan kekayaan negara dari APBN untuk dijadikan Penyertaan Modal Negara pada BUMN untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem APBN, namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. 200 Jika dipandang dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, PT Persero tetap berada pada posisi badan hukum perdata. 201 Dapat pula dipahami bahwa hubungan hukum berkenaan dengan kepemilikan negara pemegang saham dalam PT Persero di lingkungan BUMN adalah hubungan hukum perdata, karena kepemilikan negara yang dipisahkan itu 199 Ibid, hlm.2 200 Lihat Pasal 4 ayat 1 dan penejelasannya pada UU BUMN 201 Bismar Nasution, Loc.cit Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008 merupakan kepemilikan privat domeine privat. Dalam konteks keuangan yang pada awalnya kekayaan negara adalah keuangan publik, namun setelah kekayaan negara yang dipisahkan berada dalam PT Persero ia menjadi keuangan privat. 202 202 Ibid, hlm.3 Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008

BAB IV PENGATURAN PERTANGGUNG JAWABAN DIREKSI BUMN PERSERO

DALAM HAL TERJADI KERUGIAN

A. Pembelaan Direksi BUMN Persero Melalui Prinsip-Prinsip Business Judgment

Rule The business judgment rule both shields directors form liability when its five elements - a business decision, disinterestedness, due care, good faith and abuse of discretion - are present and creates a presumption in favor of the directors that each of these elements has been satisfied. 203 Dengan demikian, direksi sebagai eksekutif Perseroan Terbatas, harus mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik good corporate governance, yaitu mengikuti undang- undang, Anggaran Dasar perseroan, dan mekanisme pengambilan keputusan. Direksi mempunyai kekuasaan yang besar dalam mengambil keputusan berdasarkan Business Judgment Rules. Direksi tidak dapat digugat perdata atau dituntut pidana, bila ia mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan bahwa keputusan tersebut adalah sebaik-baiknya untuk kepentingan perseroan, telah sesuai dengan undang- undang, Anggaran Dasar, atau mekanisme pengambilan keputusan, serta berdasarkan iktikad baik dan tanpa ada pertentangan kepentingan conflict of interest dengan dirinya pribadi. 204 Berikut dibawah ini membahas duty of care dan 203 Dennis J Block, et.al, Third Edition, The Business Judgment Rule, Fiduciary Duties of Corporate Directors NJ: Prentice Hall Law Business, 1989, hlm.29 204 Erman Rajagukguk, Loc.cit Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008