B. Perumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, permasalahan pokok yang akan diteliti adalah :
1. Bagaimana batasan mengenai kekayaan negara yang dipisahkan pada modal persero ?
2. Apakah kerugian persero merupakan kerugian negara ? 3. Bagaimana ketentuan perundang-undangan mengatur tentang tanggung jawab
hukum Direksi Persero apabila persero mengalami kerugian dalam transaksi bisnis ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tesis ini antara lain adalah :
1. Berusaha mengungkapkan batasan tentang kekayaan negara yang dipisahkan dalam penyertaan modal pemerintah pada persero;
2. Untuk mengetahui ketentuan perundang-undangan mengatur tentang tanggung jawab hukum Direksi Persero apabila persero mengalami kerugian dalam
transaksi business; 3. Untuk mengetahui kerugian persero tersebut dapat dikategorikan sebagai
kerugian negara.
Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Bersifat Teoritis
Memberi sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan bidang ilmu hukum pada umumnya dan ilmu hukum korporasi khususnya dalam bidang
pengelolaan Perusahaan Negara BUMN yang berbentuk perseroan yang dilakukan oleh direksi. Selain itu dalam penelitian ini diharapkan juga dapat
memberikan masukan bagi penyempurnaan pranata hukum korporasi dalam hal tanggung jawab Direksi Persero pada pengelolaan penyertaan modal pemerintah
apabila persero yang dikelolanya mengalami kerugian dalam transaksi bisnisnya.
2. Bersifat Praktis
Secara praktis, manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada :
a. Pemerintah sebagai pemegang saham tentang risiko business dalam penyertaan modal pemerintah pada persero;
b. Aparat penegak hukum Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman dalam rangka penegakan hukum bagaimana ketentuan perundang-undangan mengatur
tentang penyertaan modal pemerintah berasal dari APBN yang merupakan bagian dari kekayaan negara pada suatu BUMN yang berbentuk persero;
c. Direksicalon Direksi Persero agar tidak ragu-ragu di dalam melakukan kegiatan usaha dalam mengelola persero yang menjadi tanggung jawabnya
Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008
sesuai dengan maksud dan tujuan persero sebagai suatu badan hukum yang bergerak di bidang ekonomi dengan tujuan utama mengejar keuntungan;
d. Manfaat bagi penulis, dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memperoleh kesempatan untuk lebih mendalami, memperluas dan
memperdalam pengetahuan tentang peran pemerintah dalam kegiatan ekonomi melalui BUMN berbentuk persero dan risikonya.
E. Keaslian Penelitian
Penelusuran penulis ke perpustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, penelitian yang berjudul “Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan
Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian” belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga dapat dikatakan penelitian ini asli dan keaslian
secara akademis keilmuan dapat dipertanggung jawabkan.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Persero merupakan Perusahaan Negara yang berbentuk Perseroan Terbatas PT. Sebagai perusahaan perseroan, semua aturan dan asas hukum
perdata berlaku terhadapnya. persero sebagai badan hukum rechtspersoonlegal person merupakan subyek hukum yang cakap mengadakan perbuatan hukum
dengan subyek hukum lainnya baik sesama badan hukum maupun dengan manusia. persero sebagai badan hukum memiliki status, kedudukan,
Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008
kewenangan yang sama seperti manusia. Perseroan Terbatas sebagai badan hukum perdata privat yang
mempunyai status kemandirian persona standi in judicio sudah tentu memiliki identitas hukum sendiri. Identitas hukum suatu korporasi atau
perusahaan terpisah dari identitas hukum para pemegang sahamnya, direksi, maupun organ-organ lainnya. Dalam kaidah hukum perdata civil law, jelas
ditetapkan bahwa suatu perseroan merupakan subyek hukum perdata dapat melakukan aktivitas jual beli, dapat membuat perjanjian atau kontrak dengan
pihak lain, serta dapat menuntut dan dituntut di pengadilan dalam hubungan keperdataan. Para pemegang saham menikmati keuntungan yang diperoleh dari
konsep tanggung jawab terbatas, dan kegiatan korporasi berlangsung terus menerus, dalam arti bahwa keberadaannya tidak akan berubah meskipun ada
penambahan anggota-anggota atau berhentinya atau meninggalnya anggota- anggota yang ada.
23
Kajian penelitian tesis ini akan menyangkut tentang : a. Teori Badan Hukum
Dewasa ini dalam pergaulan hukum dan kepustakaan, istilah badan hukum sudah lazim digunakan bahkan merupakan istilah hukum yang resmi
di Indonesia. Badan hukum merupakan terjemahan istilah hukum Belanda
23
Bismar Nasution, Pertanggungjawaban Direksi Dalam Pengelolaan Perseroan, disampaikan pada Seminar Nasional Sehari dalam Rangka Menciptakan Good Corporate Governance pada Sistem
Pengelolaan dan Pembinaan PT Persero BUMN “Optimalisasi Sistem Pengelolaan, Pengawasan, Pembinaan Dan Pertanggungjawaban Keberadaan PT Persero Dilingkungan BUMN Ditinjau Dari
Aspek Hukum Dan Transparansi” diselenggarakan oleh Inti Sarana Informatika, Hotel Borobudur Jakarta, Kamis, 8 Maret 2007.
Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008
yaitu rechtspersoon. Meskipun demikian dalam kalangan hukum ada juga yang menyarankan atau telah mempergunakan istilah lain untuk
menggantikan istilah badan hukum, misalnya istilah purusa hukum Oetarid Sadino, awak hukum St. K. Malikul Adil, pribadi hukum Soerjono
Soekanto, Purnadi Purbacaraka dan sebagainya.
24
Secara teoritik, baik di negara common law maupun kontinental dikenal beberapa ajaran atau doktrin yang menjadi landasan teoritik
keberadaan badan hukum. Ada beberapa konsep terkemuka tentang personalitas badan hukum legal personality, Ali Rido tentang teori-teori
badan hukum mengemukakan ada empat, yaitu :
25
1 Teori fictie dari Von Savigny berpendapat, badan hukum itu semata- mata buatan negara saja. Sebetulnya menurut alam hanya manusia
sajalah sebagai subyek hukum , badan hukum itu hanya suatu fictie saja, yaitu sesuatu yang sesungguhnya tidak ada, tetapi orang menciptakan
dalam bayangannya suatu pelaku hukum badan hukum “Subjectief rech, rechsubject en rechsperson”.
2 Teori harta kekayaan bertujuan dari Brinz. Menurut teori ini hanya manusia saja dapat menjadi subyek hukum. Tetapi juga tidak dapat
dibantah adanya hak-hak suatu kekayaan, sedangkan tiada manusia pun yang menjadi pendukung hak-hak itu. Apa yang kita namakan hak-hak
24
Chidir Ali, Badan Hukum, Bandung: Penerbit Alumni, 1987, hlm.14
25
Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, Bandung,Penerbit Alumni, 1983, hlm.15-18
Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008
itu dari suatu badan hukum, sebenarnya adalah hak-hak yang tidak ada yang mempunyai dan sebagai penggantinya adalah suatu harta kekayaan
yang terikat oleh suatu tujuan atau kekayaan kepunyaan suatu tujuan. Pengikut teori ini Van der Heyden, dalam karangannya “Het Schijnbeeld
van de rechtpersoon”. 3 Teori Organ dari Otto von Gierke. Badan hukum itu adalah suatu realitas
sesungguhnya sama seperti sifat kepribadian alam manusia ada didalam pergaulan hukum. Itu adalah suatu “leiblichgeiste Lebenseinheit die
Wollen und das Gewolte os Tot unsetzen kam”. Disini tidak hanya suatu pribadi yang sesungguhnya, tetapi badan hukum itu juga mempunyai
kehendak atau kemauan sendiri yang dibentuk melalui alat-alat perlengkapannya pengurus, anggota-anggotanya. Dan apa yang mereka
putuskan, adalah kehendak atau kemauan dari badan hukum. Teori ini menggambarkan badan hukum sebagai suatu yang tidak berbeda dengan
manusia. Pengikut teori organ antara lain Mr. L.C. Polano “Rechtspersoonlijkheid van vereeigingen”, disertasi Leiden,1910.
26
4 Teori Propriete Cellective dari Planiol gezamenlijke vermogens-theorie Mollenggraaff. Menurut teori ini hak dan kewajiban badan hukum itu
pada hakekatnya adalah hak dan kewajiban anggota bersama-sama. Disamping hak milik pribadi, hak milik serta kekayaan itu merupakan
harta kekayaan bersama. Anggota-anggota tidak hanya dapat memiliki
26
Otto von Gierke, Das deutsche Genossenschaftsrecht, 1973, dikutip dari Ali Rido, Op.cit, hlm. 16
Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008
masing-masing untuk bagian yang tidak dapat dibagi, tetapi juga sebagai pemilik bersama-sama untuk keseluruhan, sehingga mereka secara
pribadi tidak, bersama-sama setelah semuanya menjadi pemilik. Kita katakan, bahwa orang-orang yang berhimpun itu semuanya merupakan
suatu kesatuan dan membentuk suatu pribadi, yang dinamakan badan hukum. Maka dari itu badan hukum adalah suatu konstruksi yuridis saja.
Sebagai pengikut diantaranya ialah Star Busmann, Kranenburg.
27
Menurut Chidir Ali,
28
Teori-teori badan hukum yang ada, sebenarnya dapat dihimpun dalam dua golongan yaitu :
1. Teori yang berusaha kearah peniadaan persoalan badan hukum, antara lain dengan jalan mengembalikan persoalan tersebut kepada orang-orangnya,
yang merupakan orang-orang yang sebenarnya berhak. Termasuk golongan ini ialah teori Organ, teori Kekayaan Bersama.
2. Teori lainnya yang hendak mempertahankan persoalan badan hukum, ialah teori fiksi, teori harta kekayaan yang bertujuan, teori kenyataan
yuridis. Sebagai pisau analisa dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori
Fictie dan teori Organ, yaitu perseroan dianggap sebagai badan hukum mandiri yang dalam gerak operasionalnya dalam melakukan kegiatan bisnis diwakili
oleh direksi. Direksi bertindak selaku wakil perseroan “persona standi in
27
Kranenburg, ”De grondslagen der rechtswetenscap”, 1952, hal.62; “Men staat nu, meen bij het begrip rechtspersoon inderdaat niet voor een fictie, maar voor een constructie van het juridisch
denken, dikutip dari Ali Rido, Op.cit, hlm.17
28
Chidir Ali, Badan Hukum,Op.cit, hlm.30
Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008
judicio”. b. Teori Pertanggung Jawaban Direksi
Perseroan Terbatas sebagai korporasi corporation, yakni perkumpulan yang berbadan hukum memiliki beberapa ciri substanstif yang melekat pada
dirinya, yakni: Terbatasnya Tanggung Jawab
Pada dasarnya, para pendiri atau pemegang saham atau anggota suatu korporasi tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap kerugian atau utang korporasi.
Tanggung jawab pemegang saham hanya sebatas jumlah maksimum nominal saham yang ia kuasai. Selebihnya, ia tidak bertanggung jawab.
Perpectual Succession Sebagai sebuah korporasi yang eksis atas haknya sendiri, perubahan
keanggotaan tidak memiliki akibat atas status atau eksistensinya. Bahkan, dalam konteks PT, pemegang saham dapat mengalihkan saham yang ia miliki
kepada pihak ketiga. Pengalihan tidak menimbulkan masalah kelangsungan perseroan yang bersangkutan. Bahkan, bagi PT yang masuk dalam kategori PT
Terbuka dan sahamnya terdaftar di suatu bursa listed, terdapat kebebasan untuk mengalihkan saham tersebut.
Memiliki Kekayaan Sendiri Semua kekayaan yang ada dimiliki oleh Badan itu sendiri, tidak oleh pemilik,
oleh anggota atau pemegang saham. Ini adalah suatu kelebihan utama badan hukum. Dengan demikian, kepemilikan kekayaan tidak didasarkan pada anggota
atau pemegang saham. Memiliki Kewenangan Kontraktual serta Dapat Menuntut dan Dapat Dituntut
atas Nama Dirinya Sendiri Badan hukum sebagai subyek hukum diperlakukan seperti manusia yang
memiliki kewenangan kontraktual. Badan itu dapat mengadakan hubungan kontraktual atas nama dirinya sendiri. Sebagai subyek hukum, badan hukum
dapat dituntut dan menuntut dihadapan pengadilan.
29
Sementara itu Reiner R. Kraakman menyebutkan bahwa suatu korporasi biasanya memiliki lima karateristik yang penting, yaitu mempunyai personalitas
29
Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum, Jurnal Hukum Bisnis, Vol 26-No.3-Tahun 2007, hlm. 33
Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008
hukum, terbatasnya tanggung jawab, adanya saham yang dapat dialihkan, manajemen terpusat di bawah struktur dewan direksi, dan kepemilikan saham
oleh penanam modal. Setiap korporasi pada umumnya didirikan berdasarkan undang-undang yang mencakup lima karakteristik tersebut kecuali jika pendiri
korporasi tersebut dan diperbolehkan oleh undang-undang membuat aturan khusus tersendiri yang meniadakan salah satu dari karateristik tersebut diatas.
30
Direksi dalam menjalankan pengurusan perseroan harus mengacu semata-mata untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan.
31
Menyangkut pertanggung jawaban Direksi Persero ada beberapa prinsip hukum dalam sistem common law yang juga diakomodasi dalam sistem
hukum perseroan di Indonesia : 1. Prinsip Fiduciary Duty
Lewis D. Solomon
32
tentang pertanggung jawaban Direksi Korporasi mengatakan:
Fiduciary duty is perhaps the most important concept in the Anglo- American law of corporation. The word “fiduciary” comes form the Latin
fides, meaning faith or confidence, and was originally used in the common law to describe the nature of the duties imposed on a trustee. Perhaps
because many of the earliest corporations cases involved chari table corporations, courts began to analogize the duties of a director in managing
corporate property to the duties of a trustee in managing trust property. The original analogy between a trustee and those who control a
corporation was a close one. But as corporations began to play a role of increasing importance in an increasingly complex commercial world, the
basic notion survives that officers, directors and controlling shareholders
30
Kraakman R Reiner, et.al, Business Law, The Anatomy of Corporate Law: A Comparative and Functional Approach, Oxford: Oxford University Press , 2005, hlm.5
31
Lihat, Pasal 92 Ayat 1 UU PT
32
Lewis D. Solomon, et.al, Corporations Law And Policy Materials And Problems Third Edition, American Casebook Series, ST. Paul, Minn: West Publishing Co, 1994, hlm.672.
Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008
owe some sort of enforceable duty to the corporation, and, through the corporation, to the shareholders. The term “fiduciary duty,” however, has
no fixed meaning; its parameters are continually evolving. Dalam hal ini yang dimaksud adalah tugas yang terbit dari hubungan fiducia
antara direksi dan perseroan yang dipimpinnya, yang menyebabkan direksi berkedudukan sebagai trustee dalam pengertian hukum trust. Seorang
direktur harus memiliki kepedulian dan kemampuan duty of care and skill, itikad baik, loyalitas, dan kejujuran terhadap perseroan dengan derajat tinggi
high degree. 2. Prinsip Duty of Care
Tugas memperdulikan yang diharapkan dari direksi adalah duty of care sebagaimana dimaksud dalam hukum tentang perbuatan melawan hukum;
dalam arti, direksi berbuat atau bertindak secara hati-hati agar terhindar dari kelalaian negligence.
33
3. Prinsip Duty of Loyalty and Good Faith Direktur sebagai pengurus perseroan adalah merupakan trustee bagi
perseroan. Dalam pelaksanaan pengelolaan perseroan tidak boleh mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri atas perusahaan, tetapi harus
didasarkan pada itikad baik dan dengan loyalitas yang tinggi pada perseroan. Dalam sistem common law duty of care and good faith bersama-sama
dengan duty of care bersama-sama dikenal dengan nama fiduciary duty.
33
Ridwan Khairandy, Op.cit, hlm. 37
Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008
4. Doktrin Business Judgment Rule Di dalam hukum perseroan, dikenal doktrin business judgment rule yang
mengajarkan bahwa Direksi Perseroan tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari suatu tindakan pengambilan keputusan, apabila
tindakan tersebut didasarkan pada itikad baik dan hati-hati. Direksi mendapat perlindungan hukum tanpa perlu memperoleh pembenaran dari
pemegang saham atau pengadilan atas keputusan yang diambilnya dalam konteks pengelolaan perusahaan.
34
Doktrin business judgment rule akan melindungi direksi dari kewajiban atas keputusan bisnis yang menimbulkan kerugian pada korporasi. Dalam sistem
hukum common law untuk pertanggung jawaban Direksi Korporasi dapat dilihat pertimbangan pengadilan dalam perkara Gries Sports Enterprises,
Inc. V. Cleveland Browns Football Co., Inc. 26 Ohio St.3d 15, 496 N.E.ed 959 1986 :
The business judgment rule is a principle of corporate governance that has been part of the common law for at least one hundred fifty years. It has
traditionally operated as a shield to protect directors form liability for their decisions. If the directors are entitled to the protection of the rule, then the
courts should not interfere with or second-guess their decisions. If the directors are not entitled to the protection of the rule, then the courts
scrutinize the decision as to its intrinsic fairness to the corporation and the corporation’s minority shareholders. The rule is rebuttable presumtion that
directors are better equipped than the courts to makebusiness judgments and that the directors acted withaout self-dealing or personal interest and
exercised reasonable diligence and acted with good faith. A party challenging a board of directors’ decision bears the burden of rebutting the
34
Erman Rajagukguk, Nyanyi Sunyi Kemerdekaan Menuju Indonesia Negara Hukum Demokratis, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok: Lembaga Studi Hukum dan Ekonomi,
2006, hlm. 390
Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008
presumption that the decision was a proper exercise of the business judgment of the board.
35
Dalam sistem hukum nasional doktrin business judgment rule telah diakomodasi dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. Menyangkut tugas seorang direksi Pasal 92 menyatakan:
1 Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
2 Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas
yang ditentukan dalam Undang-Undang ini danatau anggaran dasar. Lebih lanjut Pasal 97 menyatakan :
1 Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat 1.
2 Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, wajib dilaksanakan setiap anggota direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab.
3 Setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2.
4 Dalam hal direksi terdiri atas 2 dua anggota direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat 3 berlaku secara
tanggung renteng bagi setiap anggota direksi. 5 Anggota direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian
sebagaimana dimaksud pada ayat 3 apabila dapat membuktikan: a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian
untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan; c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak
35
Lewis D. Solomon, et.al, Op.cit, hlm. 695
Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008
langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan
d. telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.
6 Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 110 satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak
suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan
kerugian pada perseroan.
7 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 5 tidak mengurangi hak anggota direksi lain danatau anggota Dewan Komisaris untuk
mengajukan gugatan atas nama perseroan.
Dari ketentuan Pasal 97 UUPT, dapat ditarik benang merah bahwa prinsip business judgment rule diakomodasi dalam UUPT khususnya pada huruf
b, c, dan d, sedangkan huruf a yang menyatakan: kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya adalah merupakan ketentuan yang sudah
jelas, dan ketentuan ini merupakan tambahan di UUPT.
2. Konsepsi
Definisi operasional dari berbagai istilah yang dipergunakan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut :
a. Tanggung jawab adalah tanggung jawab Direksi Persero dalam pelaksanaan pengurusan dan pengelolaan kegiatan persero yang terbagi dalam tanggung
jawab perdata. b. Direksi adalah Organ BUMN yang bertanggung jawab atas kepengurusan
BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN serta mewakili BUMN baik di dalam maupun di luar pengadilan.
36
36
Lihat, Pasal 1 Angka 9 UU BUMN
Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008
c. Perusahaan Perseroan yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang
seluruh atau paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar
keuntungan.
37
d. Penyertaan modal pemerintah pusat adalah pengalihan kepemilikan barang milik negara yang semula merupakan kekayaan negara yang tidak
dipisahkan menjadi kekayaan negara yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modalsaham negara pada BUMN, BUMD, atau Badan hukum
lainnya yang dimiliki negaradaerah.
38
e. Kerugian NegaraDaerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan
hukum baik sengaja maupun lalai.
39
f. Hukum adalah hukum tertulis yang berkaitan dengan pengurusan dan pengelolaan kegiatan BUMN.
G. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang dilakukan untuk penulisan tesis ini adalah:
1. Spesifikasi Penelitian
Berkenaan dengan permasalahan yang akan diteliti, maka penelitian ini
37
Lihat, Pasal 1 Angka 2 UU BUMN
38
Peraturan Menteri keuangan No.96PMK.062007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Pemanfaatan, Pemindah Tanganan Barang Milik Negara
39
Lihat Pasal 1 angka 22 UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara
Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008
menggunakan pendekatan yuridis normatif yaitu dengan menganalisis permasalahan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan juga
literatur yang membahas permasalahan yang diajukan, dimana datanya datanya bersumberkan dari data pustaka library research.
2. Sumber-Sumber Data
Sumber data dalam penelitian dapat digolongkan atas Data Primer dan Data Sekunder. Karena penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif
maka sumber data dalam penelitian ini berasal dari : a. Bahan hukum primer, yakni bahan hukum yang terdiri atas peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan obyek permasalahan yang akan diteliti yaitu dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, dan perubahannya pada Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara. b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang relevan dengan penelitian
ini yakni buku-buku teks textbook yang ditulis oleh para ahli hukum yang berpengaruh, hasil tulisan ilmiah seperti tesis, disertasi, jurnal, makalah,
laporan penelitian yang relevan dengan topik penelitian. c. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang
Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008
meliputi kamus bahasa indonesia, kamus bahasa inggris, kamus hukum, encyclopedia hukum dan lain-lain.
3. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : a. Studi Dokumen
Studi dokumen dilakukan melalui pengumpulan peraturan perundang- undangan untuk menemukan dan mengetahui asas-asas hukum, pasal-pasal
peraturan perundang-undangan yang berlaku, teori-teori hukum, doktrin- doktrin hukum, yurisprudensi, filsafat hukum dan hal-hal yang relevan dan
menunjang terhadap kualitas tesis ini. b. Pedoman Wawancara
Apabila diperlukan dalam penelitian ini akan dilakukan wawancara dengan ahli hukum perusahaan dan ahli hukum Keuangan Negara.
H. Analisis Data
Analisis data pada penelitian hukum normatif ini dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan statute approach karena yang akan diteliti
adalah berbagai peraturan hukum yang menjadi focus dari penelitian ini. Bahan- bahan hukum yang telah dikumpulkan baik data primer, sekunder, maupun tersier
yang berhubungan dipaparkan secara logis, disistematisasi, selanjutnya untuk memperkaya pertimbangan-pertimbangan hukum dalam paparan antara ranah
hukum privat Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN, serta
Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, ranah hukum publik Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dilakukan pendekatan konsep conceptual approach, dan selanjutnya di lakukan di analisis
dengan menggunakan pendekatan analisis analytical approach untuk menginterpretasikan dengan hukum yang berlaku untuk menjawab permasalah
hukum yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah. Data yang terkumpul di analisis secara kualitatif dikemukakan dalam bentuk uraian yang sistematis dengan
menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data, selanjutnya semua data diseleksi dan diolah dianlisis secara deskriptif sehingga selain menggambarkan dan
mengungkapkan diharapkan akan memberikan solusi atas permasalah dalam
penelitian ini.
Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB II BATASAN KEKAYAAN NEGARA YANG DIPISAHKAN
A. Pengertian Terbatas Pada Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas terdiri dari dua kata, yakni perseroan dan terbatas. Kata perseroan merujuk pada modal perseroan yang terdiri atas sero-sero atau saham-
saham. Sedangkan kata terbatas merujuk pada tanggung jawab dari pemegang saham yang luasnya hanya terbatas tidak melibihi nilai nominal semua saham yang
dimilikinya. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas mendefinisikan Perseroan Terbatas sebagai berikut: Perseroan Terbatas, yang
selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
40
Dari batasan tentang Perseroan Terbatas tersebut di atas ada lima hal pokok yang dapat kemukakan di sini :
1. Korporasi Sebagai Badan Hukum
Ilmu hukum mengenal dua macam subyek hukum, yaitu subyek hukum pribadi orang perorangan, dan subyek hukum berupa badan hukum. Salah satu
ciri khas yang membedakan subyek hukum pribadi dengan subyek hukum
40
Lihat Pasal 1 angka 1 UUPT
Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008