Pengertian dan Peran BUMN Persero

karena kesalahan atau kelalaiannya selagi menjabat telah menyebabkan perseroan dinyatakan pailit. 114 Sekalipun demikian perlu diperhatikan bahwa adanya kelalaian pada pihak direksi tidak berarti bahwa dengan sendirinya Dewan Komisaris juga lalai atau salah. Selanjutnya sebagaimana telah dikatakan di atas, pemberian persetujuan oleh Dewan Komisaris tidak membebaskan direksi dari tanggung jawabnya. Masing-masing organ mempunyai tugas yang mandiri dan oleh karena itu harus mempertanggung jawabkannya sendiri-sendiri. 115 Ketentuan mengenai pengangkatan dan pemberhentian Dewan Komisaris seperti halnya direksi pada perseroan dilakukan oleh RUPS. 116

C. BUMN Persero

1. Pengertian dan Peran BUMN Persero

BUMN Persero adalah BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. 117 Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa unsur yang menjadikan suatu perusahaan dapat dikategorikan sebagai BUMN Persero : a. Badan Usaha atau Perusahaan tersebut berbentuk Perseroan Terbatas; 114 Lihat Pasal 104 ayat 3 UUPT 115 Fred B.G. Tumbuan, Op.cit, hlm.23 116 Lihat Pasal 111 ayat 1 dan Pasal 119 UUPT 117 Lihat Pasal 1 angka 2 UU BUMN Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008 b. Modal badan usaha tersebut seluruhnya atau sebagian besar dimiliki oleh negara. Jika modal tersebut tidak seluruhnya dikuasai negara, maka agar tetap dikategorikan sebagai BUMN Persero, negara minimum menguasai 51 modal tersebut. c. Di dalam usaha tersebut, negara melakukan penyertaan secara langsung; Penyertaan modal negara pada BUMN Persero yang berasal dari APBN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah PP. d. Modal penyertaan tersebut berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Kekayaan negara yang dipisahkan di sini adalah pemisahan kekayaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN untuk dijadikan Penyertaan Modal Negara pada BUMN untuk dijadikan modal BUMN. Setelah itu selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem APBN, namun pembinaan dan pengelolaannya pada prinsip- prinsip perusahaan yang sehat. Kekayaan negara yang dipisahkan yang di investasikan pada BUMN Persero berubah menjadi bentuk saham sebagai bukti kepemilikan atas BUMN Persero. Direksi sebagai organ yang vital untuk melakukan pengurusan bertanggung jawab penuh atas operasional perusahaan. Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan perusahaan maka direksi wajib mempertanggungjawabkan melalui mekanisme RUPS. Direksi mempunyai kewajiban menyampaikan laporan tahunan yang memuat antara lain neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan kegiatan persero lainnya kepada RUPS. Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008 Mekanisme pertanggungjawaban melalui RUPS ini adalah risiko bagi pemerintah yang memilih investasinya melakukan kegiatan usaha BUMN Persero oleh karena BUMN Persero adalah merupakan perserotas terbatas. BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi, disamping swasta, memegang peranan yang penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat, 118 khususnya BUMN yang berbentuk persero oleh karena tujuan utamanya adalah mengejar keuntungan. 119 Kedudukan BUMN Persero dilihat dari tahap perkembangan pada awalnya lebih banyak berperan sebagai Agent of Development. Dalam konteks peran BUMN sebagai agent of development, negara mendorong berkembangnya sektor-sektor usaha di masyarakat. Di satu sisi, peran ini berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan rakyat banyak, di sisi yang lain, peran ini mendorong dan mendampingi masyarakat dan swasta untuk mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhannya. 120 Satu realita lagi yang patut kita cermati dalam peran BUMN sebagai agen pembangunan adalah tanggung jawab moral BUMN untuk menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja, dan sekaligus untuk mengatakan sulitnya BUMN untuk melakukan efisiensi karena beban tenaga kerja yang mungkin harus melakukan rasionalisasi. 121 Fase kedua dalam pengembangan BUMN adalah tahap transisi. Dalam tahap ini BUMN harus sudah mulai melepas demi sedikit fungsi agent of 118 Lihat pertimbangan latar bekakang UU BUMN 119 Lihat Pasal 1 angka 2 UU BUMN 120 Pandu Djayanto, Op.cit, hlm.12 121 Ibid, hlm.13 Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008 development dan mulai mengarah pada orientasi bisnis, tetapi tetap menggendong sebagian tugas-tugas dan kewajiban negara yang dinamakan Public Services Obligation PSO atau pelayanan publik. 122 Sektor-sektor yang masih ada pelayanan publiknya adalah sektor-sektor yang tidak populer, tidak mempunyai sifat komersial dan faktor risiko yang tinggi, dan pihak swasta atau warga negara belum berminat untuk mengerjakannya. Jadi sektor-sektor yang mesti harus ada pelayanan publiknya adalah sektor yang merupakan kebutuhan pokok, yang menjadi bagian dari kehidupan warga negara yang belum dilakukan kegiatannya oleh masyarakatusaha swasta. 123 Setelah masa transisi bila dapat dilewati, kemungkinan dapat memperkenalkan konsep bisnis yang membangun pilar-pilar yang dapat meningkatkan value, kini saatnya bagi negara untuk melakukan reposisi BUMN. 124 Saat fase inilah BUMN Persero berkedudukan tampil sebagai pelaku bisnis profesional yang memenuhi amanat undang-undang untuk mengejar keuntungan. Sebagai BUMN Persero yang modal seluruhnya atau sebagian merupakan Penyertaan Modal Negara maka peranannya tidak terlepas untuk melakukan PSO, namun peranan PSO tersebut dibatasi secara ketat oleh peraturan perundangan dengan memperhatikan sifat usaha BUMN Persero, yaitu untuk mengejar keuntungan. Kewajiban pelayanan umum dilakukan oleh pemerintah sebagai pemegang saham melalui mekanisme RUPS dengan 122 Ibid, hlm.13 123 Ibid, hlm.13 124 Ibid, hlm.13 Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian, 2008. USU e-Repository © 2008 memberikan penugasan khusus kepada BUMN Persero untuk menyelenggarakan PSO. 125 Sementara untuk keperluan pembinaan usaha kecilkoperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN dapat dilakukan dengan menyisihkan sebagian laba bersih dengan keputusan Menteri. Dalam batas kepatutan BUMN Persero dapat memberikan donasi untuk amal atau tujuan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sejauhmana operasional di lapangan sangat tergantung pada kemampuan pemerintah dalam mengendalikan BUMN Persero melalui mekanisme RUPS. Bila seluruh saham dimiliki oleh pemerintah maka pemerintah bertindak selaku RUPS pemegang saham tunggal dan dapat sepenuhnya mengendalikan BUMN Persero, demikian sebaliknya.

2. BUMN Persero Merupakan Perseroan Terbatas