Syarat Sahnya Suatu Perjanjian.

PT harus dengan akta Notaris diatur dalam pasal 38 KUHD pasal 7 UU No.1 Tahun1995. Pendapat lain dikemukakan oleh Sudikno Mertokusumo “perjanjian adalah hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. 14 M.Yahya Harahap berpendapat, Perjanjian atau verbintenis mengandung pengertian suatu hubungan hukum harta kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak kepada suatu pihak untuk memperoleh suatu prestasi dan sekaligus mewajibkan para pihak lain untuk menunaikan prestasi. 15

1. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian.

Syarat sahnya suatu perjanjian Perdata tercantum dalam pasal 1320 KUH Perdata yang berbunyi: Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 syarat yaitu: 1. Sepakat mereka yang membuat perjanjian; 2. Kecakapan untuk membuat perjanjian; 3. Objek tertentu; 4. Suatu sebab yang halal. Syarat pertama dan kedua adalah merupakan syarat subjektif yang membuat perjanjian, apabila salah satu dari syarat subjektif ini tidak dipenuhi, maka perjanjian tersebut atas permohonan pihak yang bersangkutan dapat dibatalkan oleh hakim. 14 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar,Yogyakarta, Liberty, 1988 halaman 70 15 M.Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Cetakan 2, Bandung, Alumni, 1986, halaman 6. M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008 Syarat ketiga dan keempat disebut syarat objektif, karena syarat ini menyangkut objek perjanjian. Apabila salah satu syarat ini tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut batal demi hukum. Oleh karena dinyatakan batal demi hukum maka perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada pembatalannya adalah sejak semula. Ad.1. Sepakat mereka yang membuat perjanjian Yang dimaksud dengan kata sepakat adalah bahwa kedua subjek yang melakukan perjanjian itu harus sepakat mengenai hal-hal pokok dari perjanjian yang mereka buat itu, apa yang dikehendaki pihak yang satu juga harus dikehendaki oleh pihak yang lainnya. Kata sepakat ini harus diberikan secara bebas. Menurut pasal 1321 KUH Perdata sepakat yang telah diberikan ini menjadi tidak sah apabila kata sepakat itu diberikan karena: a. Salah pengertian; b. Paksaan; c. Penipuan. Ad.2. Kecakapan untuk membuat perjanjian Suatu perjanjian harus dibuat oleh orang-orang yang benar-benar mempunyai kewenangan untuk membuat perjanjian, dengan perkataan lain pihak yang bersangkutan harus cakap untuk berbuat menurut hukum dan menginsafi benar akan tanggung jawab yang akan dipikulnya sebagai akibat dari perjanjian yang dibuat itu. M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008 Undang-undang tidak menyatakan dengan jelas siapa yang dianggap cakap untuk melakukan perbuatan hukum. Pasal 1330 KUH Perdata menyatakan bahwa orang-orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian adalah: a. Orang-orang yang belum dewasa; b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan; c Orang-orang perempuan yang bersuami sudah dihapus berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963. Ad.3. Objek tertentu Pasal 1333 KUH Perdata menyatakan bahwa paling sedikit yang menjadi objek perjanjian harus dapat ditentukan jenisnya, baik mengenai benda berwujud maupun benda yang tidak berwujud. Objek perjanjian dapat pula berupa barang- barang yang diharapkan akan ada dikemudian hari, jadi barang itu belum ada pada saat perjanjian itu dibuat pasal 1334 KUH Perdata. Ad.4. Suatu sebab yang halal Syarat yang terakhir untuk sahnya suatu perjanjian adalah adanya suatu sebab yang halal. Yang dimaksud dengan “sebab” adalah sesuatu yang menyebabkan orang membuat perjanjian yang mendorong orang membuat perjanjian. Pasal 1335 KUH Perdata menentukan bahwa suatu perjanjian akan dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum jika dibuat dengan tanpa sebab atau dibuat berdasarkan sebab yang palsu atau sebab yang dilarang. M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008 Perjanjian dikatakan dibuat tanpa sebab jika tujuan yang dimaksud para pihak pada waktu perjanjian dibuat tidak akan misalnya apabila dibuat perjanjian novasi atas suatu perjanjian yang tidak ada sebelumnya. Yang dimaksud dengan sebab yang palsu adalah suatu sebab yang dibuat oleh para pihak untuk menutupi sebab yang sebenarnya dari perjanjian itu. Perjanjian yang dibuat dengan suatu kausa yang tidak halal apabila dimohonkan pelaksanaanya kepada pengadilan akan tidak berhasil, oleh karena perjanjian itu sejak semula adalah batal demi hukum, contoh perjanjian jual beli heroin.

2. Jenis-Jenis Perjanjian

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Yuridis Para Pihak Dalam Pengiriman Tebu dari Kebun ke Pabrik (Studi pada Kebun Sei Semayang PTPN II)

0 77 97

Tanggung Jawab Pihak Pengangkut dalam Perjanjian Pengangkutan Pulp antara PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dengan CV. Anugrah Toba Permai Lestari (Studi pada CV. Anugrah Toba Permai Lestari)

0 119 99

Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Perjanjian Kerja Pemenuhan Hasil Produksi Perkebunan Kelapa Sawit (Studi Perjanjian Antara Karyawan Dengan Ptpn Iv Perkebunan Pabatu)

1 48 96

Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Perjanjian Leasing Kenderaan Bermotor (Studi pada PT. Astra Credit Company Medan)

12 106 96

Kedudukan Hukum Para Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama Dagang Antara PT Frisian Flag Indonesia Dengan Distributor di Kota Medan (PT. Permata Niaga Sebagai Salah Satu Distributor di Kota Medan)

2 77 122

Peran Dan Tanggung Jawab Underwriter Dalam Perjanjian Full Commitment Di Pasar Perdana

11 226 142

ANALISIS TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA Analisis Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Perjanjian Waralaba Di Indonesia.

0 2 16

TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN CHARTER PESAWAT UDARA ANTARA PT. AIRBORNE INFORMATICS Tanggung Jawab Para Pihak dalam Perjanjian Charter Pesawat Udara Antara PT. Airborne Informatics dengan PT. Whitesky Aviation.

3 7 10

Tinjauan Yuridis Mengenai Kedudukan Perjanjian Keagenan Pasca Kepailitan Pihak Prinsipal Dalam Kasus Kepailitan PT. Metro Batavia.

0 0 1

Dokumen Penyesuaian Perjanjian Keagenan (1)

0 0 2