24
tamat menyelesaikan program belajarnya http:makalahcentre.blogspot.com201101anak- putus-sekolah.html.
2.2. Pendidikan
Menurut John Dewey, pendidikan adalah suatu proses perubahan dalam mengartikan makna dari peristiwa yang terjadi. Pengalaman bisa didapat dari pergaulan dengan orang
dewasa, orang yang labih muda, dan mungkin juga terjadi secara sengaja yan terstruktur untuk menghasilkan masyarakat yang berkesinambungan. Proses ini melibatkan pegawasan
dan perkembangan dari orang yang dewasa maupun kelompok dimana dia hidup. dalam Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, 2007 .
Pendidikan di persepsikan oleh Durkheim sebagai satu kesatuan yang utuh dari masyarakat secara keseluruhan.
Durkheim juga memandang bahwa pendidikan sebagai “ social thing “ yang mengungkapkan bahwa pendidikan bukanlah satu bentuk, tapi bermacam-macam.
Seberapa banyaknya perbedaan lingkungan di kalangan masyarakat itu sendiri, dengan demikian akan menentukan tipe-tipe pendidikan yag diselenggarakan. Pendidikan juga
merupakan alat untuk mengembangkan kesadaran diri sendiri dan kesadaran sosial. Sosiologi pendidikan merupakan kajian bagaimana institusi dan kekuatan sosial yang
mempengaruhi proses dan outcome pendidikan dan begitu pula sebaliknya. Pendidikan seperti dikatakan Sargent 1994 merupakan instrumen untuk mengatasi kesenjangan,
mencapai derajat kesetaraan yang tinggi dan mencapai tingkat kesejahteraan yang baik bagi siapa saja. Pembelajaran memiliki semangat dan motivasi mengejar aspirasi menuju
kemajuan dan usaha menjadi manusia yang terbaik.
2.3. Putus Sekolah
Putus sekolah adalah suatu keadaan dimana murid tidak dapat menyelesaikan program belajarnya sebelum waktunya selesai atau murid yang tidak tamat belajarnya Kaufman dan
Universitas Sumatera Utara
25
Whitener, 1996 dalam www.makalahcentre.blogspot.com, diakses 3 september 2014, pukul 21:00 Wib . Putus sekolah juga bisa dikatakan sebagai seseorang yang telah masuk dalam
sebuah lembaga pendidikan untuik belajar dan menerima pelajaran tetapi tidak sampai tamat atau lulus sehingga mereka berhenti atau keluar dari sekolah. Dalam kamus istilah pendidkan
yang dimaksud dengan siswa yang putus sekolah adalah siswa yang putus sekolah karena satu atau alasan lain meninggalkan sekolah yang telah ditentukan 1997 : 290.
Ary H. Gunawan dalam bukunya 2010 menulis putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang
pendidkan, sehingga tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang berikutnya.
2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah
1. Faktor ekonomi menjadi faktor penyebab yang paling dominan putus sekolah. Kenyataan itu dapat dilihat dari tingginya angka rakyat miskin di Indonesia yang anaknya tidak
bersekolah atau putus sekolah karena tidak ada biaya, kurangnya minat untuk meraih pendidikan mengenyam pendidikan dari anak itu sendiri, karena faktor lingkungan baik itu
pergaulan sehari-hari dengan teman sebaya maupun lingkungantempat tinggalnay, kurangnya motivasi dan pengawasan orang tua yang disebabkan karena orang tua tidak pernah
mengenyam pendidikan dan tidak memahami arti pentingnya pendidikan bagi kehidupan bangsa, dan bernegara juga merupakan penyebab kasus anak putus sekolah.Anak putus
sekolah juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internalnya yaitu faktor dari dalam diri anak putus sekolah disebabkan malas untuk pergi
sekolah karena merasa minder, tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya, sering dicemoohkan karena tidak mampu membayar kewajiban biaya sekolah.
Universitas Sumatera Utara
26
2. Kurangnya minat anak untuk bersekolah yang menyebabkan anak putus sekolah bukan hanya disebabkan oleh latar belakang pendidikan orang tua, juga lemahnya ekonomi keluarga
tetapi juga datang dari dirinya sendiri yaitu kurangnya minat anak untuk bersekolah atau melanjutkan sekolah. adapun yang menyebabkan anak kurang berminat untuk bersekolah
adalah: anak kurang mendapat perhatian dari orang tua terutama tentang pendidikannya, juga karena kurangnya orang-orang terpelajar sehingga yang mempengaruhi anak kebanyakan
adalah orang yang tidak sekolah sehingga minat anak untuk sekolah sangat kurang. 3.Kondisi lingkungan tempat tinggal anak adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
terjadinya kegiatan dan proses belajarpendidikan. Oleh sebab itu seharusnya lingkungan tempat tinggal anak ini dapat berperan dan ikut serta di dalam membina kepribadian anak-
anak kearah yang lebih positif. 4. Pandangan masyarakat terhadap pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
anak dalam menempuh pendidikan di bangku sekolah.Pandangan masyarakat yang maju tentu berbeda dengan masyarakat yang keterbelakangan dan tradisional, masyarakat yang
maju tentu pendidikan mereka maju pula, demikian pula anak-anak mereka akan menjadi bertambah maju pula pendidikannya dibanding dengan orang tua mereka.Maju mundurnya
suatu masyarakat, bangsa dan negara juga ditentukan dengan maju mundurnya pendidikan yang dilaksanakan.
Pada umumnya masyarakat yang terbelakang atau dengan kata lain masyarakat tradisional mereka kurang memahami arti pentingnya pendidikan, sehingga kebanyakan anak-nakan
mereka tidak sekolah dan kalau sekolah kebanyakan putus di tengah jalan. Hal tersebut bisa terjadi karena mereka beranggapan sekolah sangat sulit, merasa tidak
mampu, mempengaruhi, buang waktu banyak, lebih baik bekerja sejak anak-anak ajakan membantu orang tua, tujuan sekolah sekedar bisa membaca dan menulis, juga karena
Universitas Sumatera Utara
27
anggapan mereka tujuan akhir dari sekolah adalah untuk menjadi pegawai negeri, hal ini tentu karena kurang memahami arti, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional.
Padahal fungsi pendidikan nasional bukan demikian, hal ini sebagaimana tergambar dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989, pasal 3,
“pendidikan nasio nal berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat manusia Indo nesia dalam rangka mewujudkan upaya tujuan nasional.”
Demikian juga tujuan pendidikan nasional bukan seperti anggapan masyarakat tradisional, yang mana tujuan pendidikan nasional sebagaimanan juga yang termuat dalam
Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, pasal 4.“Pendidikan nasional b
erfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk terbentuknya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang
demokratis serta bertanggung jawab”. http:siunyupunyacerita.blogspot.com201303hal- hal-yang-menjadi-faktor-penyebab.html.
Lingkungan sosial baik secara langsung atau tidak mempengaruhi cara berpikir individu. Kerap kali pengaruh tersebut tidak disadari oleh individu tersebut, demikian halnya
dengan masyarakat yang kurang menyadari pengaruh lingkungan terhadap cara berpikir dan bertingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari tidak terkecuali dalam hal pendidikan. Dan
juga mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya pendidikan.Selain karena mahalnya biaya pendidkan, masyarakat juga kurang memahami pentingnya pendidikan.Di samping
faktor biaya, pengetahuan masyarakat terhadap pendidikan tergolong rendah.Para orangtua kurang memotivasi anak-anaknya arti pentingnya pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
28
2.5. Teori Struktural Fungsional