Penduduk Perekonomian Hasil Penelitian dan Analisis Data

48 Masyarakat di Kelurahan Kenangan aktif dalam kegiatan olah raga. Kegiatan olahraga yang dilakukan masyarakat tersebut seperti olah raga sepak bola, bermain bulu tangkis dll. Sarana olahraga seharusnya menjadi wadah agar anak-anak yang putus sekolah juga berbaur dan saling beriteraksi dengan yang masih sekolah. Agar yang bersekolah memberi dampak positif dan mengubah pandangan mereka yang beranggapan sekolah tidak begitu penting.

e. Penduduk

Jumlah penduduk di Kelurahan Kenangan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang berjumlah 26.624 orang, yang terdiri dari laki-laki berjumlah 12.081 orang dan perempuan berjumlah 14.543 orang. Jumlah kepala keluarga KK sebanyak 289 KK.Penduduk di kelurahan ini terdiri dari warga Negara Indonesia atau penduduk pribumi dan non pribumi. Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.4 Data Kepadatan Penduduk Kelurahan Kenangan No Keterangan Jumlah 1 Laki-laki 12.081 jiwa 2 Perempuan 14.543 jiwa Jumlah 26.624 jiwa Sumber : Profil Kelurahan Kenangan 2013 Universitas Sumatera Utara 49

f. Perekonomian

Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Kenangan terdiri dari beragam jenis pekerjaan. Mulai dari pegawai negeri, ABRI, pegawai swasta, pedagang, dan lain sebagainya. Adapun struktur mata pencaharian penduduk di Kelurahan Kenangan yaitu : Tabel 4.5 Data Struktur Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Kenangan No Mata Pencaharian Jumlah 1 Petani 2 Nelayan 3 Pengrajin industri rumah tangga 60 Orang 4 Pedagang 2.617 Orang 5 Bidan 4 Orang 6 Buruh Tani 7 Pemilik usaha di bidang jasa 134 Orang 8 PNS 1.447 Orang 9 Karyawan Swasta 1.654 Orang 10 Pensiunan 1.491 Orang 11 Wiraswasta lainnya 153 Orang 12 ABRI 87 Orang Universitas Sumatera Utara 50 13 Konstruksi 58 Orang Jumlah Orang Sumber : Profil Kelurahan Kenangan 2013 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mata pencaharian petani, nelayan dan buruh tani tidak ada karena di Kelurahan Kenangan tidak ada lahan dan laut. Dan mata pencaharian yang hanya bisa dimasukkan oleh para anak yang putus sekolah adalah perajin, pedagang dan wiraswasta dan kerja yang lainnya yang dapat menghasilkan uang.

4.2. Hasil Penelitian dan Analisis Data

Data diperoleh dari hasil penelitian dengan menyebarkan angket kuesioner kepada remaja putus sekolah baik remaja yang tidak melanjutkan pendidikan ke SMA maupun putus sekolah ketika telah menempuh jenjang pendidikan SMA yang telah ditetapkan sebagai responden yaitu sebanyak 108 orang responden. Menganalisis data merupakan suatu upaya untuk menata dan mengelompokkan data menjadi satu bagian-bagian tertentu berdasarkan jawaban responden. Analisis data yang dimaksud adalah interpretasi langsung berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dilapangan. Adapun data-data yang dianalisa pada bab ini adalah sebagai berikut :

4.2.1. Karakteristik Responden Tabel 4.6

Katakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Kategori Frekuensi f Persentasi 1 Laki-Laki 90 orang 83,3 2 Perempuan 18 orang 16,7 Universitas Sumatera Utara 51 Jumlah 108 orang 100 Sumber : Kuesioner, Mei 2015 Pengambilan responden dilakukan dengan snowball sampling yaitu teknik sampling dimana responden awal dipilih berdasarkan kriteria penelitian. Kemudian mereka diminta untuk memberikan informasi mengenai rekan-rekan lainnya sehingga di peroleh lagi responden yang selanjutnya. Berdasarkan dalam Tabel 4.6 persentasi responden berdasarkan jenis kelamin yaitu sebanyak 90 laki-laki dan 0,5 perempuan. Pada saat melakukan penelitian, menurut pemerintah setempat bahwa jumlah remaja putus sekolah di Kelurahan Kenangan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang hampir sama antara laki-laki dengan perempuan. Hal ini disebabkan oleh pergaulan teman yang saling mempengaruhi satu sama lain. Terutama bagi remaja laki-laki yang banyak terlihat berkumpul pada setiap simpang-simpang jalan yang berkrlompok-kelompok. Bukan hanya remaja putus sekolah yang ikut di dalamnya, akan tetapi para pelajar SMA yang sering membolos juga sering ikut berkumpul di tempat itu pada jam-jam belajar sekolah. Sedangkan jumlah remaja putus sekolah SMA yang berjenis kelamin perempuan putus sekolah karena mereka merasa jarak sekolah yang jauh membuat mereka lebih memilih di rumah daripada harus menempuh jarak sekolah yang jauh setiap hari. Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia No Umur F Presentasi 1 18 tahun 15 13,9 2 19 tahun 44 40,8 3 20 tahun 49 45,8 Universitas Sumatera Utara 52 Jumlah 108 100 Sumber: Kuesioner, Mei 2015 Responden yang diperlukan adalah remaja yang putus sekolah pada tahun 2012 berusia 18-20 tahun, karena menurut Steiberg dalam Yulianti 2009, remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang berjalan antara umur 18-20 tahun. Dari data dari tabel 5.2 terlihat bahwa usia responden berkisar antara 18-20 tahun. Dimana pada usia16-18 tahun secara umum seharusnya remaja di usia tersebut sedang menempuh jenjang pendidikan SMA. Adapun berdasarkan data diatas bahwa responden lebih banyak ditemukan remaja yang berusia 18 tahun yaitu terdapat 23 orang remaja. Di usia tersebutlah seharusnya mereka mampu menentukan orientasi mereka terhadap masa depan dan menuju ke arah yang lebih baik salah satunya dari lingkungan sekolah yang seharusnya sedang mereka jalani. Dimana sekolah dianggap sebagai salah satu agen sosialisasi selanjutnya setelah keluarga. Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Setelah Putus Sekolah No Pekerjaan F Persentasi 1 Buruh Pabrik 26 24,1 2 Buruh Bangunan 7 6,4 3 IRT 6 5,5 4 Penjaga Toko 16 14,8 5 Tidak Bekerja 46 42,6 6 Wiraswasta 7 6,4 Jumlah 108 100 Sumber : Kuesioner, Mei 2015 Universitas Sumatera Utara 53 Jenis pekerjaan responden bukan merupakan kriteria dalam pemilihan responden, segala jenis pekerjaan responden dapat dijadikan sebagai sampel. Akan tetapi jenis pekerjaan yang dimiliki oleh remaja putus sekolah di Kelurahan Kenangan, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan jumlah responden yang di anggap remaja yang putus sekolah sebanyak 108 responden. Perlu diketahui, bahwa kebanyakan anak yang putus sekolah banyak menjadi buruh di kawasan industri seperti; KIM Kawasan Industri Medan , dan Tanjun Morawa, Dimana pabrik-parik tersebut membuka lowongan pekerjaan bagi remaja yang hanya memiliki ijazah SMP. Keberadaan pabrik-pabrik tersebut memberi harapan bagi remaja putus sekolah di kelurahan Kenangan tersebut untuk bekerja. Para remaja putus sekolah yang bekerja di pabrik-pabrik tersebut menganggap upah mereka perbulan mampu mencukupi kehidupan mereka sehari-hari tanpa harus bersekolah hingga ke jenjang paling tinggi dan harus menambah beban hidup keluarga mereka. Adapun pilihan terbesar kedua remaja putus sekolah setelah menjadi buruh pabrik berdasarkan persentase diatas adalah tidak bekerja yaitu terdapat 5 orang remaja putus sekolah 10. Di desa ini banyak ditemukan remaja putus sekolah yang memilih untuk tidak bekerja, kebanyakan dari mereka ikut orang tua mereka bertani ataupun ikut mengerjaka pekerjaan teman-temannya. Selain menjadi buruh pabrik dan tidak bekerja, adapun pilihan pekerjaan lain remaja putus sekolah diantaranya menjadi buruh harian lepas BHL, guru mengaji, penjaga toko, pedagang, petani, wirausaha, karyawan perkebunan dan petani. Universitas Sumatera Utara 54 Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua No Jenis Pekerjaan Orang Tua F Persentase Ayah Ibu Ayah Ibu 1 BHL 11 - 10 - 2 Buruh Pabrik 4 13 4 14 3 Ibu Rumah Tangga - 15 - 16 4 Guru - 2 - 2 5 Karyawan 30 - 32 - 6 Pembantu Rumah tangga 13 17 14 18 7 Pedagang 37 54 40 50 Jumlah 108 108 100 100 Sumber : Kuesioner, Mei 2015 Kelurahan Kenangan, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang merupakan sebuah kelurahan yang berdekatan degan kota Medan dimana menurut penggunaannya adalah wilayah pemukiman seluas 1.27 Km² , baik sebagai perusahaan, permukiman maupun pusat perdangangan. Selain itu Kelurahan Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang merupakan wilayah yang dikelilingi bangunan-bangunan sebagai tempat berlangsungnya jual beli dan memiliki sumber daya manusia yang berpotensi. Tidak heran jika sebagian besar dari masyarakat mayoritas pekerjaan yaitu perdagangan. Hal ini terlihat dari jumlah orang tua remaja putus sekolah yang sebagian besar adalah bekerja pada sektor perdangangan. Universitas Sumatera Utara 55

4.2.2. Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal sebagai Penyebab Tingginya Anak Putus Sekolah

4.2.2.1. Keadaan Tempat Tinggal Tabel 4.10

Tabel Frekensi Tentang Keadaan Tempat Tinggal No Pernyataan 5 4 3 2 1 Total Mean Std. Deviasi 1 Saya putus sekolah karena kurangnya kasih sayang orangtua 47 43,5 31 28,7 14 13,0 13 12,0 3 2,8 108 100 3.98 1.144 2 Saya setuju bahwa kondisi lingkugan keluarga berpengaruh pada anak utuk tidak melanjutkan sekolah 46 42,6 29 26,9 20 18,5 11 10,2 2 1,9 108 100 3.98 1.094 3 Saya setuju bahwa lingkungan bermain brpengaruh terhadap tinggnya anak putus sekolah seperti adanya dominasi preman atau kurangnya fasilitas bermain 25 23,1 24 22,2 39 36,1 11 10,2 4 3,7 108 100 3.46 1.114 4 Saya setuju bahwa pengaruh lingkungan tempat bermain dapat memotivasi anak untuk melanjutkan 33 30,6 34 31,5 23 21,3 10 9,3 8 7,4 108 100 3.69 1.212 Universitas Sumatera Utara 56 sekolah 5 Saya setuju selain dari lingkungan keluarga dan tempat bermain, kurangnya minat anak juga berpengaruh terhadap anak putus sekolah 42 38,9 33 30,6 20 18,5 9 8,3 4 3,7 108 100 3.93 1.117 6 Saya setuju pengaruh lingkungan tempat bermain merupakan penyebab faktor pendorong tingginya angka anak putus sekolah 41 38,0 29 26,9 22 20,4 7 6,5 9 8,3 108 100 3.80 1.251 7 Saya setuju bahwa pengaruh lingkungan bermain menjadi penyebab putus sekolah 29 26,9 21 19,4 40 37,0 14 13,0 4 3,7 108 100 3.53 1.131 8 Saya setuju lingkungan bermain menjadi penyebab putus sekolah 21 19,4 35 32,4 32 26,9 15 14,6 5 4,6 108 100 3.84 1.098 9 Saya setuju pengaruh lingkungan sekitar menyebabkan anak tidak melanjutkan sekolah 33 30,6 39 36,1 22 20,4 9 8,3 5 4,6 108 100 3.80 1.109 10 Saya setuju lingkungan mempunyai peranan penting bagi masa depan anak 43 39,8 23 21,3 29 26,9 9 8,3 4 3,7 108 100 3.85 1.15 11 Saya setuju pemerintah 18 16,7 22 20,4 13 12,0 31 28,7 24 22,2 108 100 2.81 1.424 Universitas Sumatera Utara 57 setempat khususnya sering memberi solusi terkait tingginya putus sekolah 12 Saya setuju pengaruh lingkungan tempat tinggal senantiasa mengarahkan kepada yang negatif 9 8,3 16 14,8 52 48,1 22 19,4 9 8,3 108 100 3.13 2.092 13 Saya setuju anak yang sering bermain berkelompok mengakibatkan turunnya minat untuk bersekolah 22 20,4 36 33,3 27 25,0 15 13,9 8 7,4 108 100 3.45 1.179 14 Saya setuju anak yang sudah bekerja berkemungkinan tidak lagi ingin melanjutkan sekolah 23 21,3 37 34,3 25 23,1 18 16,7 5 4,6 108 100 3.51 1.14 15 Saya setuju bahwa anak yang sudah bekerja tidak ingin melanjutkan sekolah 32 29,6 43 31,5 24 22,2 14 13,0 4 3,7 108 100 3.70 1.138 16 Saya setuju bahwa saya juga merupakan anak yang tidak bersekolah karena pengaruh lingkungan 13 12,0 49 45,4 24 22,2 15 13,9 7 6,5 108 100 3.43 1.078 17 Saya setuju untuk memilih tidak bersekolah karena pekerjaan yang sudah ada 22 20,4 34 31,5 22 20,4 19 17,0 11 10,2 108 100 3.34 1.269 Sumber : Kuesioner, Mei 2015 Universitas Sumatera Utara 58 Keterangan : 5 : Sangat Setuju SS, 4 : Setuju S, 3 : Tidak Pasti TP, 2: Tidak Setuju TS, 1 : Sangat Tidak Setuju STS. Dari tabel di atas, terlihat bahwa nilai mean terbesar yaitu 3.98 pada item “Saya setuju bahwa kondisi lingkugan keluarga berpengaruh pada anak utuk tidak melanjutkan sekolah .” Hal ini menunjukkan bahwa faktor terbesar penyebab banyaknya remaja putus sekolah di kelurahan disebabkan oleh kondisi lingkungan keluarga. Dengan kondisi lingkungan tidak baik makanakan berpotensi memberikan nilai yang tidak baik juga. Keadaan lingkungan yang lainnya juga memberi pengaruh negatif kepada anak. Selain lingkungan keluarga adanya pengaruh lingkungan tempat bermain dan dominasi premanisme. Hal ini pula yang menjadikan orang tua mendukung anak-anaknya untuk tidak melanjutkan sekolah dan beranggapan bahwa bekerja adalah pilihan terbaik. Daripada sekolah tinggi-tinggi belum tentu dapat pekerjaan. Adapun nilai mean terkecil yakni 3.81 pada item “tidak adanya solusi yang diberikan Pemerintah setempat khusunya dengan tingginya nak yang putus sekolah ”, menunjukan bahwa pemerintah tidak peduli dengan tingginya angka anak putus sekolah di Kelurahan Kenangan. Untuk mengetahui penentuan kategori keadaan lingkungan tempat tinggal, maka dapat dilakukan dengan menentukan nilai tengah median terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, lingkungan keadaan keluarga dikategorikan berdasarkan tinggi rendahnya pengaruh keadaan lingkungan keluarga terhadap orientasi masa depan yang dimiliki oleh remaja putus sekolah. Berdasarkan nilai tengah median yang didapat yaitu sebesar 31.00, maka pengaruh keadaan lingkungan keluarga dapat dikategorikan kedalam 2 tingkatan, yaitu: 1. Tinggi, apabila nilainya lebih besar dari 31.00 2. Rendah, apabila nilainya lebih kecil dari 31.00 Universitas Sumatera Utara 59 Tabel 4.11 Statistics N Valid 108 Missing Mean 2,8056 Median 2,0000 Mode 2,00 Std. Deviation 1,42382 Minimum 1,00 Maximum 5,00 Sum 303,00 Tabel 4.12 Kategori Pengaruh Lingkungan Tempat Tinggal Frequenc y Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 1,00 24 22,2 22,2 22,2 2,00 31 28,7 28,7 50,9 3,00 13 12,0 12,0 63,0 Universitas Sumatera Utara 60 4,00 22 20,4 20,4 83,3 5,00 18 16,7 16,7 100,0 Total 108 100,0 100,0 Tabel 4.12 memperlihatkan bahwa dari 108 responden penelitian, 31 responden 28,7 menyatakan bahwa peran pemerintah setempat khusunya Kelurahan Kenangan, tidak memberi solusi sama sekali tentang tingginya anak putus sekolah, baik sosialisasi atau penanaman nilai ini yang megakibatkan anak dapat dipengaruhi saat bermain dengan temannya di lingkungan tempat tinggalnya. Keadaan lingkungan tinggal ini terdiri atas keadaan lingkungan keluarga, lingkungan beramain dan lainnya. Dan juga pemahama tentang pendidkan sangat minim, mereak beranggapa bahwa sekolah tidak penting, karena nantinya setalah siap sekolah maka tujuannya akan mencari pekerjaan juga. Sedangkan sebanyak 13 orang 12 menganggap “ Tidak Pasti “ degan tidak adanya solusi dari pemeritah setempat terhadap angka putus sekolah . Karena responden menganggap bahwa mereka putus sekolah bukan karena ada campur tangan pemerintah dan keadaan lingkungan akan tetapi pengaruh buruk yang di dapat anak saat mereka berinteraksi dengan tema sebaya dimana di dalamnya banyak ragam anak-anak yang berasal dari beragam golongan juga. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pengaruh keadaan lingkungan tinggal terhadap tingginy anak putus sekolah di Kelurahan ini adalah tinggi. Universitas Sumatera Utara 61

4.2.2.2. Pekerjaan yang Ada Tabel 4.13

Tabel Frekensi Tentang Pengaruh Lingkungan dengan Pekerjaan yang Ada No Pernyataan 5 4 3 2 1 Total Mean Std. Deviasi 1 Saya setuju dengan pekerjaan yang sudah ada saya tidak ingin melanjutkan sekolah 23 21,3 33 30,6 29 26,9 14 13,0 9 8,3 108 100 3.44 1.202 2 Saya setuju bahwa dalam lingkungan tempat bermain mempengaruhi saya untuk tidak bersekolah lagi 31 28,7 35 32,4 19 17,6 17 15,7 6 5,6 108 100 3.83 2.298 3 Saya setuju bahwa pengaruh tempat bermain merupakan penyebab anak yang lain tidak melanjutkan sekolahnya 21 19,4 35 32,4 27 25,0 15 13,9 10 9,3 108 100 3.39 1.214 4 Saya setuju bahwa anank yang sudah bekerja tidak lagi memikirkan pentingnya sekolah 25 23,1 39 36,1 21 19,4 19 17,6 4 3,7 108 100 3.57 1.137 5 Saya setuju bahwa bukan hanya pengaruh 32 29,6 36 33,3 23 21,3 14 13,0 3 2,8 108 100 3.74 1.1.05 Universitas Sumatera Utara 62 lingkungan tempat bermain yang menyebabkan tinggnya anak putus sekolah Sumber : Kuesioner, Mei 2015 Keterangan : 5 : Sangat Setuju SS, 4 : Setuju S, 3 : Tidak Pasti TP, 2: Tidak Setuju TS, 1 : Sangat Tidak Setuju STS Dari tabel tersebut terlihat bahwa nilai mean terbesar yaitu 4.83 pada item “Saya setuju bahwa lingkungan tempat bermain mempengaruhi untuk tidak bersekolah lagi ”, menunjukan bahwa pengaruh yang dihasilkan oleh lingkungan bermian khususnya memberi dampak untuk tidak bersekolah lagi. Hal tersebut berakibat banyak pada kehidupan anak untuk kedepannya dan anak juga tidak mudah mencari pekerjaan yang layak karena penilaian terhadap anak putus sekolah sangat rendah dimata masyarakat. Maka dari itu bagi nak yang tidak sekolah menerima apa saja pekerjaan yang ditawarkan daripad tidak kerja sama sekali, inilah yang mengakibatkan anak berpikir kembai untuk sekolah jika mereka sudah bekerja. Adapun nilai mean terkecil yakni 3.39 yang terletak pada pernyataan “Pengaruh lingkungan bermain merupakan penyebab anak yang lain tidak putus sekolah ”. Hal tersebut menggambarkan bahwa hal yang terjadi sehingga anak putus sekolah diakibatkan oleh penyebab yang sama terhadap anak yang lainnya. Ini mengartkan bahwa Untuk mengetahui penentuan kategori keadaan lingkungan teman sebaya, maka temapt bermain sagat besar pegaruhnya kepada anak yang sudah putus sekolah. Dengan menentukan nilai tengah median terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, Tempat bermain dikategorikan berdasarkan Universitas Sumatera Utara 63 tinggi rendahnya pengaruh lingkungan terhadap tingginya anak putus sekolah. Berdasarkan nilai tengah median yang didapatyaitu sebesar 35.00, maka pengaruh lingkungan teman sebaya dapat dikategorikan kedalam 2 tingkatan, yaitu: 1. Tinggi, apabila nilainya lebih besar dari 35.00 2. Rendah, apabila nilainya lebih kecil dari 35.00 Tabel 4.14 Statistics N Valid 108 Missing Mean 3,3889 Median 4,0000 Mode 4,00 Std. Deviation 1,21389 Minimum 1,00 Maximum 5,00 Sum 366,00 Tabel 4.15 Frekensi Tentang Pengaruh Lingkungan dengan Pekerjaan yang Ada Frequenc y Percent Valid Percent Cumulative Percent Universitas Sumatera Utara 64 Valid 1,00 10 9,3 9,3 9,3 2,00 15 13,9 13,9 23,1 3,00 27 25,0 25,0 48,1 4,00 35 32,4 32,4 80,6 5,00 21 19,4 19,4 100,0 Total 108 100,0 100,0 Tabel 4.23 tersebut menunjukan bahwa dari 108 responden, 35 responden 32,4 diantaranya menyatakan bahwa pengaruh tempat bermian merupakan penyebab anak yag lainnya putus sekolah dan kerena mereka sudah memiliki pekerjaan, sehingga tidak melanjutkan sekolah. Mereka memiliki banyak teman bermain yang bekerja setelah mereka putus sekolah, hal ini menjadi salah satu fakor mengapa anak di Kelurahan ini banyak yang putus sekolah. Akan tetapi, responden menyatakan bahwa mereka memiliki pekerjaan setelah putus sekolah, walaupun dengan upah yang minim akan tetapi pekerjaan tersebut dianggap sesuai dengan kererbatasan mereka dan mampu membantu perekonomian keluarga. Walaupun mereka terlihat puas dengan pekerjaan yang mereka peroleh, banyak diantara mereka memilih untuk mendapatkan pekerjaan lain diluar pekerjaan mereka. Hal tersebut dilakukan agar mereka bisa menabung sebagai simpanan di masa depan. Sedangkan 10 responden 9,3 , menganggap “ Sangat Tidak Setuju “ bahwa tempat bermain merupakan anak lainnya putus sekolah. Teman-teman yang lain putus sekolah karena pengaruh dari lainnya di luar tempat bermain, tidak memiliki pekerjaan setelah putus sekolah tidak menjadikan mereka anak putus sekolah yang menganggur pula. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pengaruh keadaan lingkungan bermain dan pekerjaan terhadap tigginya anak putus sekolah di kelurhan ini adalah tinggi. Universitas Sumatera Utara 65

4.2.2.3. Tingkat Pengangguran Tabel 4.16

Tabel Frekensi Tentang Tingkat Pengangguran No Pernyataan 5 4 3 2 1 Total Mean Std. Deviasi 1 Saya setuju pengaruh tempat bermain sangat erat kaitannya dengan tingginya anak putus sekolah 30 27,8 37 34,3 26 24,1 11 10,2 3 2,8 108 100 3.83 1.384 2 Saya setuju bahwa tingginya anak putus sekolah di Kelurahan Kenangan karena dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal, khususnya tempat bermain 29 26,9 30 33,3 19 17,6 21 19,4 3 2,8 108 100 3.62 1.198 3 Saya setuju bahwa dengan tingginya anak putus sekolah dapat mempermudah anak tersebut dalam mencari pekerjaan 16 14,8 16 14,8 24 22,2 19 17,6 33 30,6 108 100 2.66 1.428 4 Saya setuju bahwa anak- anak yang tidak melanjutkan sekolahnya akan baik dalam kehidupan bermasyarakat 9 8,3 22 20,4 18 16,7 36 33,3 23 21,3 108 100 2.61 1.259 Universitas Sumatera Utara 66 5 Saya setuju dengan seringnya bermain dengan lingkungan tempat tinggal mengarahkan anak pada arah lebih baik 17 15,7 16 14,8 35 32,4 20 18,5 20 18,5 108 100 2.91 1.308 6 Saya setuju setelah putus dari sekolah membuat anak berpikir untuk mencari pekerjaan 15 13,9 52 48,1 21 19,4 18 16,7 2 1,9 108 100 3.56 0.989 7 Saya setuju bahwa pengaruh negatif yang ditimbulkan dari lingkungan tempat tinggal meningkatkan jumlah anak putus sekolah di Kelurahan Kenangan 42 38,9 30 27,8 23 21,8 7 6,5 6 5,6 108 100 3.88 1.166 Sumber : Kuesioner, Mei 2015 Keterangan : 5 : Sangat Setuju SS, 4 : Setuju S, 3 : Tidak Pasti TP, 2: Tidak Setuju TS, 1 : Sangat Tidak Setuju STS Dari tabel tersebut terlihat bahwa nilai mean terbesar yaitu 3.88 pada item “Saya setuju bahwa pegaruh negatif yang ditimbulkan dari lingkungan tempat tinggal meningkatkan jumlah anak putus sekolah di Kelurahan Kenagan ”, menunjukan bahwa pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh lingkungan bermian khususnya memberi dampak terhadap meningkatnya jumlah anak putus sekolah khusunya di Kelurahan Kenangan. Hal tersebut Universitas Sumatera Utara 67 berakibat banyaknya anak yang tidak sekolah dan menganggur dan tidak dapat pekerjaan untuk kehidupannya dan membuat semakin anyaknya tingkat pengangguran di Indonesia. Adapun nilai mean terkecil yakni 2.61 yang terletak pada pernyataan “ Anak yang tidak lagi sekolah akan baik dalam kehidupan bermasyarakat ”. Hal tersebut menggambarkan bahwa dengan minimnya pengetahuan yang diperoleh akan menjadikan anak tersebut tidak dapat diterima di amsyarakat dan akan selalu dikucilkan . Dengan menentukan nilai tengah median terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, pengangguran dikategorikan berdasarkan tinggi rendahnya pengaruh lingkungan terhadap tingginya anak putus sekolah. Berdasarkan nilai tengah median yang didapatyaitu sebesar 36.00, maka pengaruh lingkungan teman sebaya dapat dikategorikan kedalam 2 tingkatan, yaitu: 1. Tinggi, apabila nilainya lebih besar dari 36.00 2. Rendah, apabila nilainya lebih kecil dari 36.00 Tabel 4.17 Statistics N Valid 108 Missing Mean 3,8796 Median 4,0000 Mode 5,00 Std. Deviation 1,16585 Minimum 1,00 Maximum 5,00 Universitas Sumatera Utara 68 Sum 419,00 Tabel 4.18 Tingkat Frekuensi Pengangguran Frequenc y Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 1,00 6 5,6 5,6 5,6 2,00 7 6,5 6,5 12,0 3,00 23 21,3 21,3 33,3 4,00 30 27,8 27,8 61,1 5,00 42 38,9 38,9 100,0 Total 108 100,0 100,0 Tabel 4.25 menggambarkan bahwa dari 108 responden, 36 responden 33,3 menganggap bahwa anak-anak yang putus sekolah akan adilihat sebelah mata oleh masyarakat dan dianggap tidak baik. Hal ini terlihat dari dengan siapa anak bermain, jika dia bermain dengan temannya tapi dia tidak sekolah malah memilih berhenti sekolah dan menjadi pengangguran . setelah menjadi salah satu bagian dari penganguran dan hanya berkumpul dengan teman bermain. Sedangkan 9 responden 8,3 menganggap “ Sanagt Setuju” bahwa anak yang tidak sekolah akan dianggap baik di masyarakat. Hal ini tentunya di sebabkan perbedaan persepsi anak dalam memandang sebagai anak yang putus sekolah. Dimana mereka tidak berupaya keras untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik di masa depan di tengah keadaan mereka yang tidak melanjutkan sekolahnya. Dimana juga sebagain dari mereka yang putus sekolah sudah menikah dan mempunyai keluarga kecil sendiri. Mereka Universitas Sumatera Utara 69 menganggap bahwa dengan menikah muda maka beban biaya hidup yang ditanggung oleh keluarga menjadi berkurang,. Anggapan ini kebanyakan muncul dari responden yang berjenis kelamin perempuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat putus anak putus sekolah yang dimiliki oleh remaja putus sekolah di desa ini adalah tinggi. 4.3. Analisis Data 4.3.1. Uji Korelasi

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang

3 57 78

PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH KELURAHAN KENANGAN KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG.

4 18 18

PERAN KEPOLOSIAN DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MASYARAKAT DI KELURAHAN KENANGAN KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG.

0 1 24

HUBUNGAN ANTAR ETNIK DI PERMUKIMAN (SUATU STUDI KASUS DI PERUMNAS MEDAN II KELURAHAN KENANGAN BARU KECAMATAN PERCUT SEI TUAN DELI SERDANG).

0 0 61

Pengaruh Tempat Tinggal terhadap Tingginya Angka Anak Putus Sekolah di Perumnas Mandala II Kelurahan Kenangan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

0 0 15

Pengaruh Tempat Tinggal terhadap Tingginya Angka Anak Putus Sekolah di Perumnas Mandala II Kelurahan Kenangan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

0 0 9

Pengaruh Tempat Tinggal terhadap Tingginya Angka Anak Putus Sekolah di Perumnas Mandala II Kelurahan Kenangan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

0 0 1

Pengaruh Tempat Tinggal terhadap Tingginya Angka Anak Putus Sekolah di Perumnas Mandala II Kelurahan Kenangan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

0 0 13

Pengaruh Tempat Tinggal terhadap Tingginya Angka Anak Putus Sekolah di Perumnas Mandala II Kelurahan Kenangan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

0 0 7

Pengaruh Tempat Tinggal terhadap Tingginya Angka Anak Putus Sekolah di Perumnas Mandala II Kelurahan Kenangan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

0 0 3