69
menganggap bahwa dengan menikah muda maka beban biaya hidup yang ditanggung oleh keluarga menjadi berkurang,. Anggapan ini kebanyakan muncul dari responden yang berjenis
kelamin perempuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat putus anak putus sekolah yang dimiliki oleh remaja putus sekolah di desa ini adalah tinggi.
4.3. Analisis Data 4.3.1. Uji Korelasi
4.3.1.1. Uji Statistik Korelasi Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal Terhadap Tingginya Angka Anak Putus Sekolah
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada aplikasi SPSS 21.0 diperoleh hasil korelasi antara variable X dan variabel Y yaitu, antara lingkungan sekitar tempat tinggal dan
orientasi masa depan tercantum pada tabel di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
70
Tabel 4.19 Korelasi Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal Terhadap Tingginya Angka Anak Putus
Sekolah Correlations
x2_2 y1_7
x2_2 Pearson
Correlation 1
,142
Sig. 2-tailed ,141
N 108
108
y1_7 Pearson
Correlation ,142
1
Sig. 2-tailed ,141
N 108
108
. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Hasil pada tabel tersebut menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara variabel lingkungan sekitar tempat tinggal dengan variabel tingginya angka anak putus sekolah adalah
0,142. Ini memperlihatkan bahwa antara lingkungan sekitar tempat tinggal dengan tingginya angka anak putus sekolah di Kelurahan Kenangan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten
Deli Serdang terdapat hubungan yang signifikan. Artinya, terdapat hubungan yang sangat kuat dari lingkungan sekitar tempat tinggal yang terdiri dari keadaan lingkungan keluarga,
keadaan lingkungan teman sebaya, keadaan lingkungan pekerjaan terhadap tingginya angka anak putus sekolah.
Universitas Sumatera Utara
71
Tabel 4.20 Korelasi Variabel Keadaan Lingkungan Tempat Tinggal X1, Keadaan Lingkungan
dan Pekerjaan yang Ada X2, Tingkat Pengangguran X3 terhadap Tingginya Angka Anak Putus Sekolah Y
Variabel X terhadap Variabel Y Korelasi
Keadaan Lingkungan T. Tinggal X1 Tingginya Angka Anak
Putus Sekolah Y 0.489
Keadaan Lingkungan dan Pekerjaan X2 0.087
Tingkat Pengangguran X3 0.416
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa antara keadaan lingkungan tempat tinggal dengan tingginya angka anak putus sekolah cukup berhubungan karena terdapat korelasi
sebesar 0.489. Nilai tersebut menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang sangat kuat antara keadaan lingkungan keluarga dengan orientasi masa depan remaja putus sekolah.
Keadaan lingkungan tempat tinggal, memberikan pengaruh terhadap tingkat anak putus sekolah. Dimana semua hal yang dilakukan oleh anak merupakan hasil pengaruh dari
tempat tinggal anak. Mereka tidak mau melanjutkan sekolah yang disebabkan karena mereka berpikir pekerjaan lah yang menjadi target dalam kehidupan kedepannnya.
Dari tabel tersebut juga terlihat bahwa terdapat hubungan antara keadaan lingkungan dan pekerjaan yang ada dengan tingginya anak putus sekolah yaitu terdapat korelasi sebesar
0.087. Nilai tersebut menunjukan bahwa masih adanya hubungan antara keadaan lingkungan dan pekerjaan yang ada dengan tingginya anak putus sekolah.
Universitas Sumatera Utara
72
Dalam hal ini terlihat bahwa, keadaan lingkungan dan pekerjaan yag ada memberi pengaruh yang sangat besar terhadap pmeningkatnya angka anak putus sekolah. Dimana
lingkungan pertemanan yang terdapat di Kelurahan Kenangan dapat dikatakan tidak terlalu baik karena memberi nilai negative kepada anak yang ikut bermain. Responden mengakui
banyak memiliki teman-teman yang berperilaku menyimpang setelah mereka putus sekolah. Mereka tidak mampu mengolah diri mereka untuk menjadikan diri mereka kearah yang
posotif yang berperilaku positif. Akan tetapi, anak putus sekolah yang berperilaku menyimpang tidak mampu memegaruhi tingkah laku anak putus sekolah lainnya. Hal ini
terjadi, dikarenakan anak putus sekolah selalu memiliki kegiatan-kegitan positif yang mampu menahan diri mereka dari pengaruh buruk anak putus sekolah yang lainnya.
Selain itu, tabel di atas juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tinggi antara tingkat pengangguran dengan tingginya anak putus sekolah putus sekolah saat yaitu
terdapat korelasi sebesar 0.416. Nilai tersebut menunjukan bahwa hubungan antara tingkat pengangguran yang disebabkan rendahnya pendidikan sehingga banyaknya dipecat dari
pekerjaan dengan anak putus sekolah tinggi. Responden menganggap bahwa pekerjaan yang mereka miliki saat ini hanyalah
sebagai batu loncatan daripada mereka menganggur dan tidak memiliki pekerjaan an pada akhirnya banyak yang menjadi pengangguran. Tidak hanya itu, sebagian dari responden
mengatakan bahwa mereka yang bekerja yang tidak lagi bersekolah hanya sedikit yang bertahan, yang selebihnya menjadi pengangguran dan bagi perempuan menjadi ibu rumah
tangga agar tidak lagi merepotka orangtua.
4.3.3. Pengaruh Lingkungan Terhadap Tingginya Angka Anak Putus Sekolah
Lingkungan sekitar tempat tinggal merupakan lingkungan sosial dimana masyarakat menjalani hidupnya sehari-hari meliputi interaksi-interaksi diantara semua masyarakat yang
Universitas Sumatera Utara
73
ada di dalamnya. Masyarakat yang dimaksud tidak terlepas dari anak, dimana anak remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masyarakat yang dewasa. Dalam masa
transisi inilah peran lingkungan sekitar sangat diperlukan sebagai agen sosialisasi baik agen sosialisasi primer yang terdiri dari keluarga, maupun agen sosialisasi sekunder yang terdiri
atas masyarakat di luar keluarga seperti lembaga pendidikan atau sekolah maupun teman sebaya.
Di masa inilah, remaja dituntut untuk mampu memikirkan dan merancang persiapan untuk menghadapi persaingan hidup yang sangat keras. Akan tetapi, permasalahan yang
terjadi pada remaja di Kelurahan Kenangan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang adalah semakin meningkatnya pengangguran akibat persaingan kerja yang semakin
lama memilkim standarisasi semakin ketat mereka karena ketidakmampuan mereka untuk melanjutkan sekolah mereka, dimana sekolah merupakan salah satu agen sosialisasi yang
fumgsinya untuk membantu dalam membimbing dan mengarahkan menuju persiapan remaja dalam menghadapi masa depan remaja tersebut.
4.3.4 Keadaan Lingkungan Tempat Tinggal
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menetapkan diri
terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan. Pembentukan orientasi masa depan tentunya banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam
lingkungan masyarakat. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa status sosial ekonomi orang tua remaja
putus sekolah di wilayah ini dapat dikatakan rendah baik secara pendapatan orang tua maupun tingkat pendidikan orang tua, namun orangtua berusaha agar anaknya dapat
bersekolah walaupun keadaan ekonomi yang pas-pas an. Dimana mereka beranggapan bahwa
Universitas Sumatera Utara
74
lebih baik bekerja untuk menghasilkan uang daripada harus sekolah tinggi-tinggi dan pada akhirnya harus mencari pekerjaan juga untuk memenuhi kebutuhan
Selain itu, Faktor keadaan lingkungan tempat tinggal tentunya memberi pengaruh dalam perkembangan anak terutama dalam hal mempersiapkan diri untuk menghadapi
persaingan di masa akan datang. Adapun keadaan sekitar tempat tinggal yang dimaksud terdiri dari lingkungan bermain, teman sebaya, dan lainnya
Tingkat pendidikan akhir orang tua yang cukup rendah, ternyata memberi pengaruh terhadap tingkat pendidikan anak-anak mereka pula. Dimana ada sedikit besar orang tua
menganggap bahwa pendidikan bukanlah hal yang sangat penting. Jikapun harus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, orang tua membutuhkan biaya yang cukup besar
untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka. Biaya sekolah yang cukup tinggi, dianggap menambah beban keluarga jika
dibandingkan jumlah pendapatan dari orang tua mereka. Oleh karena itu, walaupun tingkat pendidikan orang tua rendah, tapi orang tua ingin anaknya lebih dari pada orang tuanya
dengan berusaha menyekolhkan anak walaupun dalam keadaan yang susah sekalipun. Namun banyak anak yang tidak mngetahui pengorbanan yang diberikan orang tua agar dirinya dapat
bersekolah, mereka sebagai malah tidak melanjutkan skolah akibat pengaruh dari lingkungan. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa bukan keadaan sosial ekonomi orang
tualah yang dijadikan sebagai penghambat bagi anak putu sekolah di Kelurahan ini melainkan karena pengaruh yang diberikan dan kemauan dari individu anak tersebut.
4.3.5 Keadaan Lingkungan dan Pekerjaan Yang Ada
Selain factor keadaan lingkungan tempat tinggal, sebagai makhluk sosial, anak tidak terlepas dari interaksi dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Selain tinggal dalam
lingkup dimana dirinya tinggal sebagai agen sosialisasi primer yang pertama kali
Universitas Sumatera Utara
75
memperkenalkan dan mengajarkan kepada individu untuk menjadi bagian dari anggota masyarakat, anak juga hidup dalam lingkup pertemanan yang juga merupakan bagian dari
agen sosialisasi sekunder. Lingkungan pertemanan sebagai bagian dari agen sosialisasi sekunder sangat
mempengaruhi kehidupan anak yang berada dalam masa peralihan menuju dewasa. Dimana sikap dan perilaku mereka tentu akan saling mempengaruhi satu sama lain. Banyaknya
keberadaan anak putus sekolah di Kelurahan ini tentunya tidak terlepas dari pengaruh lingkungan pertemanan itu sendiri. Dimana anak yang telah putus sekolah di tahun-tahun
sebelumnya memberi dampak buruk pada remaja-remaja berikutnya yang seharusnya melanjutkan pendidikannya. Dengan keadaan lingkungan sekitar dan pendidikan yang rendah
maka akan sulit bagi anak untuk dapat bersaing dengan lainnya dengan kesempatan pekrjaan yang ada.
Sebagai anak, teman-teman di lingkungan dan tawaran pekerjaan yang ada memberi pengaruh kuat terhadap teman yang lainnya. Tidak terkecuali bagi anak putus sekolah di
Kelurahan ini. Ketika seorang anak beranjak menjadi remaja, maka terjadi perubahan aspek sosialnya. Dimana anak remaja yang awalnya bersifat egosentris akan berubah menjadi
sociable. Relasi anak dan orang tua lebih bersifat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisiologis makan, minum, dsb. Begitu mereka memasuki usia remaja, kebutuhan fisiologis dan kasih
sayang orang tua akan dikesampingkan dan digantikan oleh kebutuhan lainnya. Dengan adanya pekerjaan, anak putus sekolah merasa ada kesempatan untuk nekerja walaupun
mereka tau akan di upah rendah, namun itulah yang mereka pikir merupakan kesempatan yang tidak di sia-sia kan
Perlu diketahui bahwa di Kelurahan ini terdapat beberapa ormas-ormas dimana para anggotanya banyak diisi oleh anak yang mayoritas tidak sekolah atau putus di tengah
jalan,mereka masuk dalam keanggotan karena ajakan teman-teman di lingkungan sekitar.
Universitas Sumatera Utara
76
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain bergotong rotong dalam rangka memberisihkan jalan . Kemudian terdapat kemudahan jika anak adalah anggota dari ormas,
karena akan ada kawasan-kawasan yang dijadikan sebagai tempat bekerja, misalnya seperti menjadi buruh, petugas parkir dan lainnya.
Dampak dari lingkungan sangat erat kaitannya dengan tingginya anak putus sekolah. Bila orang tua kurang memberikan pengetahuan yang baik bagi anak, dendan dampak dari
lingkungan dan dengan status putus sekolah yang di pegang oleh anak maka akan menimbulkan hal-hal yang negatif. Misalnya yang terjadi di Kelurahan ini, tidak sedikit dari
anak yang berperilaku menyimpang. Terdapat beberapa penyimpangan-penyimpangan sosial di kalangan anak di Kelurahan. Terlihat beberapa anak putus sekolah di Kelurahan ini terlibat
dalam penjualan narkoba.itu mereka lakukan karena mereka melihat adanya kesempatan untuk menghasilkan uang,tanpa berpikir resikonya.
4.3.6 Tingkat Pengangguran
Setelah putus sekolah, anak putus sekolah berupaya untuk memperoleh pekerjaan. Hal ini terjadi karena harapan mereka dan orang tua mereka setelah putus sekolah adalah untuk
membantu perekonomian keluarga. Baik bekerja untuk orang lain sebagai buruh atau kerja lainnya.
Menurut responden, awalnya banyak tawaran pekerjaan yang mereka dapatkan setelah putus sekolah yang sesuai dengan kemampuan mereka. Akan tetapi pekerjaan sebagai
buruh pabrik adalah pekerjaan yang paling diminati oleh anak putus sekolah di Kelurahan ini. Selain mereka bisa bekerja hanya dengan menggunakan ijazah SMP, mereka juga memiliki
banyak teman di tempat bekerja. Namun setelah beberapa lama bekerja banyak dari anaj putu sekolah menjadi pengangguran dan berusaha dapat pekerjaan apa pun agar bisa mendapat
upah walaupu kecil, namun setelah usaha untuk mencari pekerjaan baru setelah di pecat dari
Universitas Sumatera Utara
77
tempat sebelumnya itu sangat payah, apalagi semakin lama satandsrisasi untuk melamar pekrjaan semakin tinggi sedangkan mereka tidak melanjutkan ke tahap selamnjutnya. Aak
yang putus sekolah hanya berharap kepada teman-tema atau saudara untuk bekerja, namun jika tidak dapat juga mereka meningkatkan angka pengangguran.
4.3.7 Tingginya Anak Putus Sekolah
Anak pada umumnya sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk orang tuanya, setiap
pendapat orang lain dibandingkan dengan teori yang di ikuti atau diharapkan tidak terkecuali pada pola pikir anak putus sekolah. Akibat anak yang tidak melanjutkan sekolahnya ke tahap
selanjutnya menjadikan mereka menambah daftar anak yang putus sekolah. Pandangan anak putus sekolah terhadap pentingnya sekolah masih sekedar sekolah
bukan lah hal paling penting, mealinkan pekerjaan lah menjadi tujuan dari mereka yang bersekolah, baik itu jenjang yang rendah sampai perguruan tinggi sekalipun. Dengan persepsi
seperti itulah menyebabkan semakin lama tingkat anak yang putus sekolah semakin meningkat. Jika masih saja persepsi masyarakat masih seperti itu maka tingkat anak putus
sekolah tidak akan berkurang dan pada akhirnya menyebabkan pengangguran semakin meningkat.
Terdapat beberapa responden yang ingin menikah muda kebanyakan itu padangan responden perempuan, karena dengan menikah, mereka menganggap perekonomian keluarga
bisa terbantu. Akan tetapi, reponden yang lain menyatakan tidak ingin menikah muda sebelum usia mereka matang dan memperoleh pekerjaan yang tetap. Karena mereka
menganggap bahwa cita-cita akan sulit tercapai jika mereka sudah menikah. Mereka merasa optimis bahwa hanya dengan lulus SMP, mereka mampu mengembangkan diri mereka ke
Universitas Sumatera Utara
78
arah yang lebih maju ditengah keadaan ekonomi yang rendah dan lingkungan sekitar tempat tinggal yang sangat rawan dengan kejahatan.
Putus sekolah merupakan hal yang sangat mereka sesalkan, karena mereka menganggap bahwa jika mereka melanjutkan pendidikan maka mereka akan mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Selain itu, mereka merasa bahwa kegiatan-kegitan mereka begitu sangat terbatas jika dibandingkan dengan mereka yang
mampu melanjutkan sekolahnya. Dimana responden menganggap bahwa kehidupan anak putus tidak jauh dari kehidupan di kelurahan terkecuali jika mereka memilih untuk merantau.
Responden berharap jika ada kesempatan untuk melanjutkan sekolah, maka mereka akan melanjutkannya demi kehidupan mereka yang lebih baik di masa depan. Karena dengan
melanjutkan sekolah, pekerjaan yang akan mereka peroleh tidak hanya terbatas pada buruh pabrik dan pegawai toko. Dengan begitu, terdapat keyakinan bahwa jika mereka melanjutkan
sekolah maka kehidupan mereka akan lebih baik, baik untuk diri mereka sendiri maupun kehidupan keluarga mereka.
4.3.8 Pengaruh Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal terhadap Tingginya Anak Putus Sekolah
Anak putus sekolah adalah keadaan di mana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses
tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Putus sekolah dipandang sebagai masalah pendidikan dan sosial yang amat serius
selama beberapa dekade terakhir ini.Dengan meninggalkan sekolah sebelum lulus, banyak individu putus sekolah yang tidak mendapatkan pendidikan yang cukup sehingga
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya menjadi terbatas sepanjang hidupnya sebagai orang dewasa kelak. Menurut Departemen Pendidikan di Amerika Serikat MC Millen Kaufman,
Universitas Sumatera Utara
79
dan Whitener, 1996 mendefinisikan bahwa anak putus sekolah adalah murid yang tidak dapat menyelesaikan program belajarnya sebelum waktunya selesai atau murid yang tidak
tamat menyelesaikan program belajarnya http:makalahcentre.blogspot.com201101anak- putus-sekolah.html.
Sebagai anak putus sekolah di Kelurahan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Sedang, tentunya mereka ingin mempunyai kegiatan yang lain, namun hanya saja
kegiatan yang ada cuma berkumpul dan berian denga teman-teman di lingkungan. Banyak yang mempengaruhi anak putus sekolah diantaranya keadaan lingkungan sekitar tempat
tinggal yang terdiri dari keadaan lingkungan keluarga, keadaan lingkungan teman bermain, dan keadaan pekerjaan ang ada. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai signifikansi yang cukup
tinggi antara pengaruh lingkungan sekitar tempat tinggal Variabel X dengan tingginya anak putus sekolah Variable Y.
Adapun korelasi yang ditemukan dalam penelitian ini adalah keadaan lingkungan tempat tinggal menjadikan anak putus sekolah meningkat dan secara bersamaan angka
pengangguran juga bertambah banyak. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan mereka sehari-hari. Dimana anak putus sekolah yang sering dianggap sebagai pembuat keonaran oleh
masyarakat, memiliki kecenderungan terhadap perilaku-perilaku negatif tidak terjadi pada mereka. Dukungan orang tua, lingkungan teman sebaya, dan lingkungan pekerjaan membuat
mereka beranggapan bahwa mereka mampu hidup lebih baik ditengah keadaan mereka sebagai remaja yang sudah tidak melanjutkan sekolah.
Hal ini tentunya memberi pengaruh kepada teman-teman mereka yang juga tidak melanjutkan sekolahnya. Begitupun remaja putus sekolah lainnya, mereka menganggap
bahwa teman-teman yang baik akan memberi dampak yang baik kepada mereka juga. Walaupun tidak sedikit diantara mereka yang memiliki teman-teman yan berperilaku
Universitas Sumatera Utara
80
menyimpang seperti menjadi , menggunakan obat-obatan terlarang, pemakai narkoba, minum-minuman keras, dan berjudi. Akan tetapi control orang tua yang yang selalu
memperhatikan mereka, menjadikan mereka terhindar dari perilaku-perilaku buruk teman- teman mereka.
Universitas Sumatera Utara
81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN